Pabrik Beras Bisa Dapat Pendanaan Hanya dengan Menyetor Limbah, Begini Caranya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengelolaan dan pemanfaatan limbah yang baik tak hanya bisa mengurangi sampah dan menciptakan produk baru bernilai tambah. Lebih dari itu juga memberikan pendapatan tambahan.
Startup trading limbah, Pituku Group, menyadari potensi tersebut dan belum lama ini membuat gebrakan dengan menciptakan ekosistem Pabrik Pengolahan Beras Tanpa Limbah. Hal ini dilakukan lantaran limbah beras berupa gabah basah dan kering kerap dipandang sebelah mata dan diabaikan begitu saja.
Menggandeng salah satu pabrik beras, PT Sumber Asri Sejahtera (SAS), Pituku telah bergerak mengelola setiap limbah produksi secara efektif.
Nantinya limbah yang semula diabaikan bakal diintegrasikan setiap tahap produksi, sehingga menjadi satu sistem yang terpadu. Di mana semua produk sampingan dapat dimanfaatkan kembali dalam produksi atau digunakan sebagai bahan baku untuk industri lain.
CEO PT Pituku Cordova International, Faiz Rinaldy mengatakan, langkah tersebut bisa mengurangi dampak lingkungan dari limbah produksi yang dihasilkan oleh pabrik.
“Pada saat yang sama juga meningkatkan efisiensi produksi dan terpenting menghasilkan keuntungan tambahan,” ujarnya melalui keterangan tertulis, dikutip Rabu (15/2/2023).
Faiz mengungkapkan, perseroan juga memberikan pendanaan untuk pabrik-pabrik beras di Jawa Timur (Jatim). Adapun bisnis yang dilakukan oleh platform jual beli sampah dan limbah ini adalah dengan membagi hasil limbah produksi.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan mengembangkan pabrik, dengan tidak membuang limbah pabrik beras yang berpotensi mendatangkan keuntungan tambahan.
"Kami dari Pituku Group menyadari bahwa banyak potensi terbuang dari limbah pabrik beras, maka Pituku Group sebagai startup trading limbah terbesar di Indonesia membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk berkolaborasi dengan menawarkan solusi pendanaan dan pemasaran bagi pabrik-pabrik beras di seluruh wilayah Indonesia,” papar Faiz.
Menurut dia, pendanaan yang dilakukan oleh Pituku Group ke pabrik-pabrik beras di Jatim didukung oleh perusahaan internasional seperti nikel untuk kembali dipasarkan di skala global.
Tak hanya di Jatim, Pituku Group juga membuka peluang kerja sama sebesar-besarnya bagi pabrik-pabrik beras di seluruh Tanah Air.
Sementara itu, Direktur Utama PT SAS, Angky Dwi Seffyanto mengaku perusahaannya mendapat keuntungan dari limbah yang semula tak dilirik kini malah mendatangkan penghasilan tambahan.
“Dengan berkolaborasi bersama Pituku Group, kami mendapatkan akses pendanaan nonkonvensional yang cara pembayarannya dengan menyetor limbah,” tuturnya.
“Semenjak itu kami bisa mendapatkan tambahan dengan penjualan limbah ke platform Pituku.id dan juga meningkatkan keuntungan perusahaan lebih dari 50%,” tambah Angky.
Startup trading limbah, Pituku Group, menyadari potensi tersebut dan belum lama ini membuat gebrakan dengan menciptakan ekosistem Pabrik Pengolahan Beras Tanpa Limbah. Hal ini dilakukan lantaran limbah beras berupa gabah basah dan kering kerap dipandang sebelah mata dan diabaikan begitu saja.
Menggandeng salah satu pabrik beras, PT Sumber Asri Sejahtera (SAS), Pituku telah bergerak mengelola setiap limbah produksi secara efektif.
Nantinya limbah yang semula diabaikan bakal diintegrasikan setiap tahap produksi, sehingga menjadi satu sistem yang terpadu. Di mana semua produk sampingan dapat dimanfaatkan kembali dalam produksi atau digunakan sebagai bahan baku untuk industri lain.
CEO PT Pituku Cordova International, Faiz Rinaldy mengatakan, langkah tersebut bisa mengurangi dampak lingkungan dari limbah produksi yang dihasilkan oleh pabrik.
“Pada saat yang sama juga meningkatkan efisiensi produksi dan terpenting menghasilkan keuntungan tambahan,” ujarnya melalui keterangan tertulis, dikutip Rabu (15/2/2023).
Faiz mengungkapkan, perseroan juga memberikan pendanaan untuk pabrik-pabrik beras di Jawa Timur (Jatim). Adapun bisnis yang dilakukan oleh platform jual beli sampah dan limbah ini adalah dengan membagi hasil limbah produksi.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan mengembangkan pabrik, dengan tidak membuang limbah pabrik beras yang berpotensi mendatangkan keuntungan tambahan.
"Kami dari Pituku Group menyadari bahwa banyak potensi terbuang dari limbah pabrik beras, maka Pituku Group sebagai startup trading limbah terbesar di Indonesia membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk berkolaborasi dengan menawarkan solusi pendanaan dan pemasaran bagi pabrik-pabrik beras di seluruh wilayah Indonesia,” papar Faiz.
Menurut dia, pendanaan yang dilakukan oleh Pituku Group ke pabrik-pabrik beras di Jatim didukung oleh perusahaan internasional seperti nikel untuk kembali dipasarkan di skala global.
Tak hanya di Jatim, Pituku Group juga membuka peluang kerja sama sebesar-besarnya bagi pabrik-pabrik beras di seluruh Tanah Air.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama PT SAS, Angky Dwi Seffyanto mengaku perusahaannya mendapat keuntungan dari limbah yang semula tak dilirik kini malah mendatangkan penghasilan tambahan.
“Dengan berkolaborasi bersama Pituku Group, kami mendapatkan akses pendanaan nonkonvensional yang cara pembayarannya dengan menyetor limbah,” tuturnya.
“Semenjak itu kami bisa mendapatkan tambahan dengan penjualan limbah ke platform Pituku.id dan juga meningkatkan keuntungan perusahaan lebih dari 50%,” tambah Angky.
(ind)