Ngarep Cuan dari Dunia Maya? Simak Tipsnya, Kuasai Jurus-jurusnya

Jum'at, 03 Maret 2023 - 12:11 WIB
loading...
Ngarep Cuan dari Dunia...
Banyak kreator konten yang memamfaatkan media sosial sebagai sarana dan ladang mencari cuan. Ilustrasi foto/pexels/liza summer
A A A
JAKARTA - Berselancar di dunia maya melalui internet dan media sosial (medsos) menjadi kebiasaan masyarakat masa kini. Meski tak punya modal atau perusahaan, setiap orang punya kesempatan yang sama untuk meraup cuan dari dunia maya.

Menurut laporan We Are Social dan HootSuite 2022, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 202 juta pengguna atau sekitar 70% lebih dari total populasi.

Adapun penggunaan medsos cukup mendominasi, di mana pengguna rata-rata menghabiskan waktu lebih dari 3 jam lebih per hari untuk mengakses medsos.

Media sosial sekarang ini bahkan juga menjadi sarana dan ladang mencari uang, seperti yang ditawarkan melalui platform TikTok maupun medsos lain untuk para content creator atau influencer.

Melalui fitur-fiturnya, TikTok memberikan keleluasaan penggunanya untuk mengunggah video singkat dengan durasi hingga 30 menit. Video ini bisa berisi konten apa pun asalkan positif, termasuk jualan atau promosi.

Dalam webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2023 untuk komunitas wilayah Kalimantan, Rabu (1/3/2023) dengan tema “Ngemis Online: Fenomena Hasilkan Cuan di Dunia Maya”, Founder Duaide.com, Desty Dwiyanasari membeberkan sejumlah kiat atau tips agar video yang dibuat dan diunggah bisa menarik banyak penonton atau pengikut.

“Teman-teman bisa melihat kebutuhan sepanjang apa video tersebut mau di-upload dan menggunakan trending video musik atau suara, menambahkan stiker dan voice changer, bahkan efek filter, dan yang menarik fitur auto caption,” ujarnya, dikutip Kamis (2/3/2023).

Dia melanjutkan, siaran langsung atau Live juga dapat dilakukan untuk pengguna dengan pengikut lebih dari 1.000 follower, di mana biasanya fitur ini digunakan para pengguna akun bisnis. Lebih jauh Desty berbagi cara memaksimalkan fitur di TikTok sebagai influencer untuk menjadikannya lahan cuan.

Forbes melansir sebuah survey dari MuseFind menyatakan bahwa 92% konsumen mempercayai influencer lebih dari iklan atau endorsement selebriti atau artis. “Sehingga sebenarnya saat menggunakan media sosial tidak hanya scrolling saja tapi bisa menghasilkan cuan di situ,” tuturnya.

Potensi cuan di TikTok bisa didapatkan melalui unggahan konten. Namun, untuk itu perlu ada pengetahuan untuk membuat konten yang menarik.

Desty pun menyarankan untuk memulai dari hobi atau sesuatu yang disukai agar lebih mudah membuat konten dan konsisten dalam membuatnya.

Hobi seperti fotografi atau videografi, mendesain, menyanyi, bercerita, belanja, bahkan memasak bisa menjadi bahan untuk membuat konten yang menarik.

Selain itu, maksimalkan pemanfaatan fitur yang tersedia di aplikasi TikTok. Selanjutnya bisa menganalisa akun-akun lainnya, lalu belajar mengoptimasi konten dengan belajar copywriting, menggunakan hashtag, dan mengunggah konten pada waktu yang tepat. “Upgrade skill dengan literasi digital supaya makin berkembang di era digital,” tandasnya.



Sementara itu, digitalisasi membawa tantangan pada budaya akibat mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan serta menghilangnya budaya Indonesia pengaruh media digital yang justru menjadi panggung budaya asing.

Terkait tantangan tersebut, Direktur Utama PT Tumbuh Bersama Bangsa dan Relawan TIK, A A Ngurah Aristayudha, mengatakan, budaya bermedia digital sebagai kemampuan individu untuk membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan dengan nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari sangatlah diperlukan.

“Budaya Indonesia ini di dunia digital juga harus dilakukan, nggak hanya interaksi sosial kita sehari-hari sehingga harus berbudaya saat bermedia digital,” tandasnya pada kesempatan yang sama.

Adapun ruang lingkup budaya bermedia digital meliputi budaya yang tertuang dalam tiap sila di Pancasila seperti cinta kasih, tolong menolong, toleransi hingga gotong royong. Termasuk di dalamnya adalah mencintai produk dalam negeri dan memahami tentang hak-hak digital.

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang, Frida Kusumastuti mengatakan, tak hanya budaya bermedia digital, pengguna internet juga harus memiliki etika saat menggunakan media digital.

Prinsip etika di dunia digital meliputi aspek kesadaran, integritas dan tanggung jawab, serta kebajikan dalam memanfaatkan media digital.

“Sehingga, pengguna media digital diharapkan memiliki self control atau kontrol diri dan menanamkan prinsip kesadaran, integritas, tanggung jawab, dan kebajikan ini,” ungkapnya.



Dalam hal etika tersebut seperti dalam membuat konten di media sosial, pengguna harus menghindari juga membuat konten negatif atau yang dilarang seperti pornografi, konten judi, radikalisme, yang mengandung hoaks atau berita bohong, ujaran kebencian dan masih banyak lagi.

Semua itu telah tertuang dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang apabila dilanggar bisa mendapatkan sanksi tegas.

Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1140 seconds (0.1#10.140)