Mau Melek Investasi Sejak Dini? Manfaatkan Teknologi, Kuasai Lanskap Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perencanaan keuangan hingga investasi saat ini bisa dilakukan dengan bantuan berbagai perangkat dan aplikasi digital . Hal ini tentunya menjadi lebih menarik bagi para generasi masa kini yang sejak dini sudah akrab dengan dunia digital.
Tak semata tahu cara menggunakannya, setiap individu harus memahami lanskap digital yang terkait dengan teknologi, antara lain mampu menggunakan mesin pencarian, lokapasar, media sosial, hingga aplikasi percakapan. Juga, memanfaatkannya secara optimal untuk menunjang produktivitas sehari-hari.
Dalam webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2023 untuk komunitas wilayah Kalimantan dengan tema “Perencanaan Keuangan dan Investasi Digital Bagi Generasi Muda”, Jumat (3/3), Dosen Bisnis dan Marketing UIN SATU, Deny Yudiantoro, mengatakan, teknologi digital juga bisa dimaksimalkan serta digunakan untuk melek investasi.
Apalagi sempat ada survei yang menyebutkan bahwa generasi milenial dan Gen Z kesulitan untuk membeli rumah lantaran habit kebutuhan pokok bergeser dari sandang, pangan, papan menjadi sandang, pangan, jalan-jalan.
“Investasi butuh habit, butuh dibiasakan sehingga harus kita tanamkan sejak muda, sejak dini,” ujar anggota Rewan TIK Tulungagung itu, dikutip Senin (6/3/2023).
Menurut dia, investasi seperti halnya menanam pohon, tidak dapat langsung dipanen saat itu juga. Investasi juga berarti menunda konsumsi hari ini untuk kemudian hari yang nilainya jauh lebih tinggi. Pentingnya investasi dilatarbelakangi bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini dan yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri.
Deny menambahkan, untuk memulai investasi maka orang harus memaksa dirinya menyisihkan sebab investasi terkait dengan kebiasaan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menyisihkan mulai dari 20%. Selain itu, buatlah perencanaan pengelolaan keuangan.
Untuk yang memiliki bisnis, pisahkan keuangan pribadi dan usaha. Lalu, buat buku catatan keuangan harian, serta sisihkan juga keuangan untuk pengembangan usaha dan dana darurat. “Ketika sekarang ada teknologi digital, ada begitu banyak instrumen yang bisa dipakai untuk investasi,” tuturnya.
Tak kalah penting adalah pola pikir bahwa investasi adalah kebutuhan, bukan keterpaksaan. Sehingga, ketika menginvestasikan sesuatu maka bagi hasilnya harus di atas angka inflasi yang saat ini berada di kisaran 5,45%.
Adapun saat ini produk investasi yang bisa menjadi pilihan sangat beragam, mulai dari saham, reksadana, properti, obligasi, deposito, hingga emas.
Lebih lanjut, mengingat maraknya kasus investasi bodong, Deny mewanti-wanti masyarakat untuk mencermati produk dan lembaga investasi yang dipilih serta memastikan legalitasnya.
Pada webinar yang sama, Savero Karamiveta dari Kemitraan Portkesmas dan Tim Substansi Juru Bicara Pemerintah untuk G20, mengatakan, dengan banyaknya produk investasi yang berkembang secara digital, diperlukan adanya pemahaman mengenai aman bermedia digital.
“Orang sekarang bisa investasi dari mana pun kapan pun dengan platform apa pun. Mulai dari HP, laptop. Nah, di balik kemudahan ada risiko yang harus diwaspadai. Kadang semakin mudah semakin nggak aman seperti investasi bodong,” tukasnya.
Dia menerangkan, investasi bodong ini terjadi jika seseorang diajak berinvestasi tapi sebenarnya bisnisnya atau wujudnya tidak ada.
Secara umum terdapat ciri-cirinya, sehingga sebelum berinvestasi harus mengecek terlebih dulu perusahaannya melalui situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hati-hati juga dengan investasi yang mencatut nama tokoh tertentu dan tidak memiliki izin resmi. Lalu, harus berhati-hati dengan keuntungan yang besar meski menggiurkan, sehingga harus diimbangi rasionalitas.
“Apalagi investasi itu high risk high return. Jadi, semakin potensi keutungan yang didapat semakin tinggi risikonya,” sambungnya lagi.
Senada, pemateri lainnya yang merupakan writepreneur, Dian Nafiatul, menyatakan bahwa dalam berinvestasi harus dipikirkan apakah ingin investasi jangka panjang atau jangka pendek.
“Umumnya, investasi jangka panjang memberikan keuntungan yang lebih besar, di mana fluktuasi harga lebih terkendali dan banyak kesempatan memanfaatkan potensi pertumbuhan,” paparnya.
Sedangkan investasi jangka pendek, perubahan harga pasar yang signifikan dapat membuat investor kehilangan uang atau memaksa mereka untuk keluar dari investasi sebelum waktunya.
“Investasi jangka panjang lebih cocok untuk tabungan hari tua, sementara investasi jangka pendek bisa untuk kebutuhan sekolah atau biaya pendidikan,” terang dia.
Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Tak semata tahu cara menggunakannya, setiap individu harus memahami lanskap digital yang terkait dengan teknologi, antara lain mampu menggunakan mesin pencarian, lokapasar, media sosial, hingga aplikasi percakapan. Juga, memanfaatkannya secara optimal untuk menunjang produktivitas sehari-hari.
Dalam webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2023 untuk komunitas wilayah Kalimantan dengan tema “Perencanaan Keuangan dan Investasi Digital Bagi Generasi Muda”, Jumat (3/3), Dosen Bisnis dan Marketing UIN SATU, Deny Yudiantoro, mengatakan, teknologi digital juga bisa dimaksimalkan serta digunakan untuk melek investasi.
Apalagi sempat ada survei yang menyebutkan bahwa generasi milenial dan Gen Z kesulitan untuk membeli rumah lantaran habit kebutuhan pokok bergeser dari sandang, pangan, papan menjadi sandang, pangan, jalan-jalan.
“Investasi butuh habit, butuh dibiasakan sehingga harus kita tanamkan sejak muda, sejak dini,” ujar anggota Rewan TIK Tulungagung itu, dikutip Senin (6/3/2023).
Menurut dia, investasi seperti halnya menanam pohon, tidak dapat langsung dipanen saat itu juga. Investasi juga berarti menunda konsumsi hari ini untuk kemudian hari yang nilainya jauh lebih tinggi. Pentingnya investasi dilatarbelakangi bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini dan yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri.
Deny menambahkan, untuk memulai investasi maka orang harus memaksa dirinya menyisihkan sebab investasi terkait dengan kebiasaan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menyisihkan mulai dari 20%. Selain itu, buatlah perencanaan pengelolaan keuangan.
Untuk yang memiliki bisnis, pisahkan keuangan pribadi dan usaha. Lalu, buat buku catatan keuangan harian, serta sisihkan juga keuangan untuk pengembangan usaha dan dana darurat. “Ketika sekarang ada teknologi digital, ada begitu banyak instrumen yang bisa dipakai untuk investasi,” tuturnya.
Tak kalah penting adalah pola pikir bahwa investasi adalah kebutuhan, bukan keterpaksaan. Sehingga, ketika menginvestasikan sesuatu maka bagi hasilnya harus di atas angka inflasi yang saat ini berada di kisaran 5,45%.
Adapun saat ini produk investasi yang bisa menjadi pilihan sangat beragam, mulai dari saham, reksadana, properti, obligasi, deposito, hingga emas.
Lebih lanjut, mengingat maraknya kasus investasi bodong, Deny mewanti-wanti masyarakat untuk mencermati produk dan lembaga investasi yang dipilih serta memastikan legalitasnya.
Pada webinar yang sama, Savero Karamiveta dari Kemitraan Portkesmas dan Tim Substansi Juru Bicara Pemerintah untuk G20, mengatakan, dengan banyaknya produk investasi yang berkembang secara digital, diperlukan adanya pemahaman mengenai aman bermedia digital.
“Orang sekarang bisa investasi dari mana pun kapan pun dengan platform apa pun. Mulai dari HP, laptop. Nah, di balik kemudahan ada risiko yang harus diwaspadai. Kadang semakin mudah semakin nggak aman seperti investasi bodong,” tukasnya.
Dia menerangkan, investasi bodong ini terjadi jika seseorang diajak berinvestasi tapi sebenarnya bisnisnya atau wujudnya tidak ada.
Secara umum terdapat ciri-cirinya, sehingga sebelum berinvestasi harus mengecek terlebih dulu perusahaannya melalui situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hati-hati juga dengan investasi yang mencatut nama tokoh tertentu dan tidak memiliki izin resmi. Lalu, harus berhati-hati dengan keuntungan yang besar meski menggiurkan, sehingga harus diimbangi rasionalitas.
“Apalagi investasi itu high risk high return. Jadi, semakin potensi keutungan yang didapat semakin tinggi risikonya,” sambungnya lagi.
Senada, pemateri lainnya yang merupakan writepreneur, Dian Nafiatul, menyatakan bahwa dalam berinvestasi harus dipikirkan apakah ingin investasi jangka panjang atau jangka pendek.
“Umumnya, investasi jangka panjang memberikan keuntungan yang lebih besar, di mana fluktuasi harga lebih terkendali dan banyak kesempatan memanfaatkan potensi pertumbuhan,” paparnya.
Sedangkan investasi jangka pendek, perubahan harga pasar yang signifikan dapat membuat investor kehilangan uang atau memaksa mereka untuk keluar dari investasi sebelum waktunya.
“Investasi jangka panjang lebih cocok untuk tabungan hari tua, sementara investasi jangka pendek bisa untuk kebutuhan sekolah atau biaya pendidikan,” terang dia.
Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
(ind)