Inilah Cara Perusahaan E-Commerce Meredam Peningkatan Sampah dari Aktivitas Belanja Online
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sampah menjadi permasalahan lingkungan yang seakan tak ada habisnya. Praktik bisnis yang lebih ‘hijau’ dan bertanggung jawab diharapkan bisa meredam masalah tersebut.
Aktivitas belanja online yang digandrungi masyarakat modern juga memicu peningkatan sampah, termasuk sampah plastik. Menurut Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), pandemi Covid-19 juga telah meningkatkan aktivitas jual beli online hingga 37%.
Sementara, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2020 menyebutkan bahwa 96% paket e-commerce dibungkus dengan bahan plastik. Kemasan yang kerap dijumpai adalah selotip, plastik wrap, dan bubble wrap.
Tak dimungkiri tren belanja online menciptakan dampak ekonomi yang besar namun permasalahan yang muncul terkait sampah paket e-commerce tersebut juga harus diredam. Masalah ini tentunya menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, swasta, akademisi, dan juga masyarakat itu sendiri.
Sebagai upaya membangun kolaborasi semua pihak dalam penyelesaian masalah sampah, Archipelagic and Island States (AIS) Forum di bawah naungan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, dan Lazada Indonesia menggelar rangkaian program untuk membersihkan ekosistem pantai, mangrove dan laut kita bernama Islands Clean-up.
Acara ini dihadiri lebih dari 100 relawan dari berbagai komunitas seperti Divers Clean Action, serta perwakilan dari beberapa Duta Besar negara partisipan AIS Forum, UNDP Indonesia, Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), dan Lazada Indonesia.
Para relawan memulai kegiatan bersih-bersih pantai, mangrove, dan koral, serta penanaman koral, di sekitar wilayah Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
"Kami senang bisa berkolaborasi dengan AIS Forum dan Kemenko Marves untuk menjalankan inisiatif lingkungan ini,” kata VP Government Affairs Lazada Indonesia, Budi Primawan melalui siaran pers, dikutip Senin (13/3/2023).
Menurut Budi, Lazada sejak lama memiliki kepedulian untuk bisa berkontribusi dalam melindungi lingkungan termasuk dengan menjalankan operasional bisnis yang lebih ‘hijau’ dengan menyediakan kemasan paket yang lebih ramah lingkungan untuk para pelanggan.
“Kami berharap kolaborasi ini juga bisa menjadi pendorong para pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama memecahkan masalah-masalah lingkungan demi kelestarian alam Indonesia,” ucapnya.
Mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 14, kegiatan ini juga telah mengimplementasi 10 coral dome sebagai upaya untuk menjaga keberagaman hayati di laut, seperti mangrove dan koral yang merupakan tempat tinggal bagi banyak spesies laut.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenko Marves, Jodi Mahardi menyampaikan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk memastikan keberlanjutan lingkungan laut dan lebih memahami laut.
"Kita semua tahu bahwa solusi untuk tantangan global ini banyak dan memerlukan pertimbangan pendekatan sistemik terhadap berbagai sumber yang menghasilkan polusi, baik kontributor berbasis darat dan laut, dan kombinasi intervensi di berbagai sektor dan pada tingkat yang berbeda," tuturnya.
Untuk itulah, sambung Jodi, semua unsur mulai dari pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi masyarakat perlu bekerja sama dan mengoordinasikan upaya untuk mengatasi tantangan tersebut.
Aktivitas belanja online yang digandrungi masyarakat modern juga memicu peningkatan sampah, termasuk sampah plastik. Menurut Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), pandemi Covid-19 juga telah meningkatkan aktivitas jual beli online hingga 37%.
Sementara, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2020 menyebutkan bahwa 96% paket e-commerce dibungkus dengan bahan plastik. Kemasan yang kerap dijumpai adalah selotip, plastik wrap, dan bubble wrap.
Tak dimungkiri tren belanja online menciptakan dampak ekonomi yang besar namun permasalahan yang muncul terkait sampah paket e-commerce tersebut juga harus diredam. Masalah ini tentunya menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, swasta, akademisi, dan juga masyarakat itu sendiri.
Sebagai upaya membangun kolaborasi semua pihak dalam penyelesaian masalah sampah, Archipelagic and Island States (AIS) Forum di bawah naungan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, dan Lazada Indonesia menggelar rangkaian program untuk membersihkan ekosistem pantai, mangrove dan laut kita bernama Islands Clean-up.
Acara ini dihadiri lebih dari 100 relawan dari berbagai komunitas seperti Divers Clean Action, serta perwakilan dari beberapa Duta Besar negara partisipan AIS Forum, UNDP Indonesia, Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), dan Lazada Indonesia.
Para relawan memulai kegiatan bersih-bersih pantai, mangrove, dan koral, serta penanaman koral, di sekitar wilayah Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
"Kami senang bisa berkolaborasi dengan AIS Forum dan Kemenko Marves untuk menjalankan inisiatif lingkungan ini,” kata VP Government Affairs Lazada Indonesia, Budi Primawan melalui siaran pers, dikutip Senin (13/3/2023).
Menurut Budi, Lazada sejak lama memiliki kepedulian untuk bisa berkontribusi dalam melindungi lingkungan termasuk dengan menjalankan operasional bisnis yang lebih ‘hijau’ dengan menyediakan kemasan paket yang lebih ramah lingkungan untuk para pelanggan.
“Kami berharap kolaborasi ini juga bisa menjadi pendorong para pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama memecahkan masalah-masalah lingkungan demi kelestarian alam Indonesia,” ucapnya.
Mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 14, kegiatan ini juga telah mengimplementasi 10 coral dome sebagai upaya untuk menjaga keberagaman hayati di laut, seperti mangrove dan koral yang merupakan tempat tinggal bagi banyak spesies laut.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenko Marves, Jodi Mahardi menyampaikan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk memastikan keberlanjutan lingkungan laut dan lebih memahami laut.
"Kita semua tahu bahwa solusi untuk tantangan global ini banyak dan memerlukan pertimbangan pendekatan sistemik terhadap berbagai sumber yang menghasilkan polusi, baik kontributor berbasis darat dan laut, dan kombinasi intervensi di berbagai sektor dan pada tingkat yang berbeda," tuturnya.
Untuk itulah, sambung Jodi, semua unsur mulai dari pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi masyarakat perlu bekerja sama dan mengoordinasikan upaya untuk mengatasi tantangan tersebut.
(ind)