Perjalanan Rusia Bangkit dari Keruntuhan Ekonomi Era Soviet, Kini Menegaskan Konsistensi
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia menjadi sorotan dunia usai memicu perang Ukraina pada Februari 2022, dan telah berkecambuk selama satu tahun lebih. Sebagai negara terbesar di dunia, Rusia muncul dari satu dekade kekacauan ekonomi dan politik pasca- Soviet untuk berusaha menegaskan kembali dirinya sebagai kekuatan dunia.
Pendapatan dari sumber daya alam yang luas, terutama minyak dan gas telah membantu Rusia mengatasi keruntuhan ekonomi tahun 1998. Tetapi kemerosotan harga minyak pada tahun 2014 mengakhiri kemakmuran jangka panjang. Gazprom terus melakukan monopoli gas yang dikelola negara untuk masih memasok sebagian besar kebutuhan Eropa saat itu.
Rusia memiliki minyak, gas alam dan logam berharga dengan jumlah sangat besar, yang menyumbang sebagian besar dari ekspor negara ini. Hingga 2012, sektor migas menyumbang 16% PDB, 52% pendapatan budget federal, dan lebih dari 70% ekspor.
Pasca runtuhnya Uni Soviet 1991, ekonomi Rusia mengalami kontraksi berkepanjangan hingga 1998. Negara yang sebelumnya tergabung dalam bagian Uni Soviet tersebut bahkan sempat mengalami kontraksi sedalam 14,53% pada 1992.
Sepanjang 2000-2020, produk domestik bruto (PDB) Rusia mengalami kontraksi sebanyak 3 kali. Terdalam terjadi pada 2009, di mana pertumbuhan ekonomi negara tersebut mengalami pertumbuhan negatif sedalam 7,8%.
Kini setelah perang Rusia Ukraina pecah pada Februari 2022 lalu, ekonomi Rusia semakin terisolasi dan haus akan investasi karena perusahaan-perusahaan asing terus meninggalkan pasar negara tersebut.
Di tengah kontraksi ekonomi yang paling tajam di Rusia setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, ekonomi Rusia menghadapi tantangan untuk mendorong pertumbuhan yang sangat bergantung pada ekspor bahan baku dan harus melawan inflasi yang mencapai puncaknya dalam 20 tahun terakhir.
Ekonomi Rusia sejauh ini masih berjalan dengan baik di tengah badai sanksi Barat. Perekonomian Rusia terkontraksi tidak seperti yang diharapkan meskipun melakukan invasi ke Ukraina. Badan Stastitik Federal Rusia melaporkan ekonomi Rusia terkontraksi 2,1% di 2022 tidak sesuai dengan prediksi turun hingga 12%.
Pendapatan dari sumber daya alam yang luas, terutama minyak dan gas telah membantu Rusia mengatasi keruntuhan ekonomi tahun 1998. Tetapi kemerosotan harga minyak pada tahun 2014 mengakhiri kemakmuran jangka panjang. Gazprom terus melakukan monopoli gas yang dikelola negara untuk masih memasok sebagian besar kebutuhan Eropa saat itu.
Rusia memiliki minyak, gas alam dan logam berharga dengan jumlah sangat besar, yang menyumbang sebagian besar dari ekspor negara ini. Hingga 2012, sektor migas menyumbang 16% PDB, 52% pendapatan budget federal, dan lebih dari 70% ekspor.
Pasca runtuhnya Uni Soviet 1991, ekonomi Rusia mengalami kontraksi berkepanjangan hingga 1998. Negara yang sebelumnya tergabung dalam bagian Uni Soviet tersebut bahkan sempat mengalami kontraksi sedalam 14,53% pada 1992.
Sepanjang 2000-2020, produk domestik bruto (PDB) Rusia mengalami kontraksi sebanyak 3 kali. Terdalam terjadi pada 2009, di mana pertumbuhan ekonomi negara tersebut mengalami pertumbuhan negatif sedalam 7,8%.
Kini setelah perang Rusia Ukraina pecah pada Februari 2022 lalu, ekonomi Rusia semakin terisolasi dan haus akan investasi karena perusahaan-perusahaan asing terus meninggalkan pasar negara tersebut.
Di tengah kontraksi ekonomi yang paling tajam di Rusia setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, ekonomi Rusia menghadapi tantangan untuk mendorong pertumbuhan yang sangat bergantung pada ekspor bahan baku dan harus melawan inflasi yang mencapai puncaknya dalam 20 tahun terakhir.
Ekonomi Rusia sejauh ini masih berjalan dengan baik di tengah badai sanksi Barat. Perekonomian Rusia terkontraksi tidak seperti yang diharapkan meskipun melakukan invasi ke Ukraina. Badan Stastitik Federal Rusia melaporkan ekonomi Rusia terkontraksi 2,1% di 2022 tidak sesuai dengan prediksi turun hingga 12%.