Profil H.M. Lukminto, Pendiri Sritex yang Mendunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sritex merupakan salah satu produsen tekstil yang telah mencapai kesuksesannya. Dibalik keberhasilan perusahaan tersebut saat ini terdapat sosok pengusaha hebat H.M. Lukminto sebagai pendirinya.
Sosok Lukminto merupakan gambaran seseorang pekerja keras, ulet dan tekun dalam menjalankan usahanya.
Lukminto juga telah banyak mencicipi pahit getirnya kehidupan. Putus sekolah dan bersusah payah mengembangkan bisnis menjadi sekelumit kecil dari keseluruhan hidupnya.
Ketika dia masih duduk di bangku kelas dua SMA, Lukminto harus merelakan pendidikannya. Setelah putus sekolah dari SMA Chong Hua Chong Hui, pemuda ini lantas mencoba untuk mengais rupiah.
Putus sekolahnya Lukminto ini diduga berasal dari kebijakan larangan segala sesuatu yang berhubungan dengan Etnis Tionghoa.
Awalnya, Lukminto mencoba untuk mengikuti jejak kakaknya untuk berdagang di Pasar Klewer, Solo. Dari sinilah ketertarikannya di dunia bisnis mulai muncul.
Bermodalkan Rp 100 ribu dari orang tua, Lukminto memulai bisnisnya dengan menjual kain blacu yang didapat dari Semarang dan Bandung. Bahan tersebut kemudian dijajakan ke Pasar Klewer, Pasar Kliwon, dan usaha batik rumahan.
Dilansir dari laman resmi Srintex, H.M. Lukminto mulai memulai usaha tekstil ini sejak 1966. Awalnya dia mulai mebangun perusahaan yang berdasar perdagangan tradisional di Pasar Klewer.
Pendirian perusahaan Sritex ini merupakan salah satu pencapaian besar dari Lukminto. Bisnisnya lalu semakin berkembang di setahun berselang. Hingga pada tahun 1972, dia berhasil untuk membuka pabrik pertamanya di Semanggi Solo.
Setelah itu, Lukminto mulai mendirikan pabrik tenun pertamanya pada 1982. Pabrik tersebut diberi nama PT Sri Rejeki Isman atau yang lebih dikenal sebagai PT Sritex.
Mulanya, pabrik tersebut hanya seluas 10 hektar dan kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi lebih dari 100 hektare.
Melihat kesuksesan ini, Presiden Soeharto lalu meresmikan pabrik tersebut bersama pabrik lainnya di daerah Surakarta dan mulai diminta untuk menggarap logistik militer untuk dalam negeri pada tahun 1992.
Pada tahun 1994, Sritex mulai mengerjakan seragam pesanan pasukan negara-negara di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Sritex berhasil mengantongi sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu sehingga pesanan pun mulai berdatangan. Hingga kini, Sritex telah membuat pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.
Sebelum Lukminto meninggal dunia pada tahun 2014, dia sempat menyaksikan perusahaan yang didirikannya ini melantai di bursa saham dan mengubah namanya menjadi PT Sri Rejeki Isman Tbk dengan kode emiten (SRIL) di tahun 2013.
Sosok Lukminto merupakan gambaran seseorang pekerja keras, ulet dan tekun dalam menjalankan usahanya.
Lukminto juga telah banyak mencicipi pahit getirnya kehidupan. Putus sekolah dan bersusah payah mengembangkan bisnis menjadi sekelumit kecil dari keseluruhan hidupnya.
H.M. Lukminto Memulai Bisnis
H.M. Lukminto merupakan pebisnis yang lahir pada 1 Juni 1946 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Dia terlahir dari keluarga Tionghoa yang sempat terpuruk.Ketika dia masih duduk di bangku kelas dua SMA, Lukminto harus merelakan pendidikannya. Setelah putus sekolah dari SMA Chong Hua Chong Hui, pemuda ini lantas mencoba untuk mengais rupiah.
Putus sekolahnya Lukminto ini diduga berasal dari kebijakan larangan segala sesuatu yang berhubungan dengan Etnis Tionghoa.
Awalnya, Lukminto mencoba untuk mengikuti jejak kakaknya untuk berdagang di Pasar Klewer, Solo. Dari sinilah ketertarikannya di dunia bisnis mulai muncul.
Bermodalkan Rp 100 ribu dari orang tua, Lukminto memulai bisnisnya dengan menjual kain blacu yang didapat dari Semarang dan Bandung. Bahan tersebut kemudian dijajakan ke Pasar Klewer, Pasar Kliwon, dan usaha batik rumahan.
Dilansir dari laman resmi Srintex, H.M. Lukminto mulai memulai usaha tekstil ini sejak 1966. Awalnya dia mulai mebangun perusahaan yang berdasar perdagangan tradisional di Pasar Klewer.
Pendirian perusahaan Sritex ini merupakan salah satu pencapaian besar dari Lukminto. Bisnisnya lalu semakin berkembang di setahun berselang. Hingga pada tahun 1972, dia berhasil untuk membuka pabrik pertamanya di Semanggi Solo.
Setelah itu, Lukminto mulai mendirikan pabrik tenun pertamanya pada 1982. Pabrik tersebut diberi nama PT Sri Rejeki Isman atau yang lebih dikenal sebagai PT Sritex.
Mulanya, pabrik tersebut hanya seluas 10 hektar dan kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi lebih dari 100 hektare.
Melihat kesuksesan ini, Presiden Soeharto lalu meresmikan pabrik tersebut bersama pabrik lainnya di daerah Surakarta dan mulai diminta untuk menggarap logistik militer untuk dalam negeri pada tahun 1992.
Pada tahun 1994, Sritex mulai mengerjakan seragam pesanan pasukan negara-negara di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Sritex berhasil mengantongi sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu sehingga pesanan pun mulai berdatangan. Hingga kini, Sritex telah membuat pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.
Sebelum Lukminto meninggal dunia pada tahun 2014, dia sempat menyaksikan perusahaan yang didirikannya ini melantai di bursa saham dan mengubah namanya menjadi PT Sri Rejeki Isman Tbk dengan kode emiten (SRIL) di tahun 2013.
(bim)