Womanpreneur Nathania Astria: Bangun Bisnis Travel dari Nol dan Bertahan di Era Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Plesiran ke luar negeri menjadi salah satu kegiatan wisatawan domestik yang terus meningkat. Banyaknya tiket-tiket murah dan promo, tidak heran kalau sekarang banyak orang pergi ke luar negeri hanya sekedar untuk shopping hingga liburan.
Salah satu negara yang banyak dituju untuk liburan yaitu Korea Selatan yang telah menjelma menjadi sebuah destinasi liburan favorit bagi wisatawan dunia, termasuk wisatawan Indonesia. Sejak kehadiran K-Pop dan drama Korea yang semakin populer pada 2010 silam, banyak orang yang penasaran ingin datang langsung ke Korea Selatan.
Tujuan mereka cukup beragam, mulai dari benar-benar berlibur dan berkunjung ke destinasi wisata, hingga sekadar pergi ke tempat populer yang menjadi lokasi syuting drama atau sering didatangi selebriti Korea. Selain itu wisata kuliner modern, sejarah, hingga wellness pun turut menjadi daya tarik tersendiri.
(Baca juga:Pasar Tesla Mulai Diserobot Teknologi K-Pop)
Dengan menjamurnya wisatawan ke luar negeri, menjadikan peluang bisnis bagi tour dan travel masih terbuka lebar. Potensi bisnis ini juga sangat menjanjikan. Meski saat ini persaingan semakin sengit. Namun tetap saja, potensi pasar yang sangat besar membuat peluang usaha travel layak dilirik.
Para pelaku bisnis ini harus menyiapkan modal ratusan juta rupiah untuk bisa memulai bisnis. Tiket pesawat juga harus di-print dan pelanggan harus datang ke kantor travel agent untuk mendapatkan tiketnya. Nah, berkat perkembangan dan pemanfaatan teknologi, kini siapa saja bisa dengan mudah untuk mengambil peluang bisnis ini.
Salah seorang womanpreneur Nathania Astria melihat peluang bisnis yang menjanjikan ini. Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap budaya K-Pop dan drama Korea, semakin meningkat pula keinginan orang-orang untuk berkunjung ke Korea Selatan. Hal inilah yang dijadikannya peluang dengan mendirikan ‘Backpacker Korea’ sebagai jasa land tour dan private tour dengan konsep backpacker sejak 2013 silam.
(Baca juga:Serius Kembangkan Wisata Ramah Muslim, Ini Strategi Korea)
Lebih dekat, Backpacker Korea didirikan bermula dari hobby travelling Nathania Astria yang sering menyusun itinerary anti-mainstream pribadi yang dipakai untuk jalan-jalan sendiri lalu mulai mengajak temen-teman untuk ikutan trip anti-mainstream yang disusun oleh Nia (panggilan dari Nathania).
Di luar dugaan, respon permintaan trip anti-mainstream cukup bagus sehingga muncullah ide-ide untuk merambah menjadi peluang bisnis trip anti-mainstream dan mulai mendirikan Backpacker Korea.
Backpacker Korea yang memiliki visi dalam ‘Membantu para traveller merasakan pengalaman yang Next Level’, karena berbeda dengan trip pada umumnya, trip yang disusun menyasar destinasi yang bukan sejuta umat, kulinernya pun benar-benar kuliner hidden gems khas Korea yang tidak banyak turis tahu. Setelah 6 tahun Backpacker Korea membesar dan semakin banyak customer loyal, pada 2020 bisnis mengalami tantangan yang cukup besar akibat pandemi.
(Baca juga:Mengenal Hwacheon Sancheoneo Ice Festival, Wisata Musim Dingin di Korea Selatan)
Pandemi Covid-19 telah berdampak ke semua sektor, termasuk pariwisata. Bisnis tour dan travel di tengah masa pandemi Covid-19 tentu bukan hal yang mudah. Ada begitu banyak tantangan menghampiri.
Masa pandemi semua penerbangan dibatasi hingga dihentikan sementara. Ditambah negara Korea tutup border dan semua perjalanan ke Korea harus terhenti selama 2 tahun 3 bulan. Begitu pun juga dengan Backpacker Korea yang sempat menutup kantor untuk mengurangi biaya operasional dan kebijakan manajemen kas pun harus dirombak untuk mempertahankan bisnis agar tetap survive.
Dalam membangun bisnis pastinya harus memahami bidang usaha yang dijalankan dan harus bertahan di segala kondisi, Nathania Astria selaku Founder Backpacker Korea mengatakan “Pandemi Covid 19 membuat bisnis di bidang pariwisata menurun,” katanya.
(Baca juga:Tempat Wisata di Seoul yang Sering Jadi Lokasi Syuting Drama Korea)
Tapi Nia pantang menyerah. Agar tetap bertahan, dia mengubah strategi bisnis selama masa pandemi. Nia mengubah cara pemasaran dan mencari peluang bisnis lain selama pandemi dengan berbekal pengalaman mengkurasi kuliner hidden gems Korea, dengan menjual makanan & masakan Korea demi membayar gaji pegawai dan biaya operasional lainnya selama masa pandemi.
Tidak terduga 2 tahun lebih masa sulit, perlahan mulai berlalu, pertengahan 2022 muncul kabar baik Korea sudah mulai kembali membuka border. “Permintaan trip Korea kembali membeludak, banyak customer lama dan baru memercayakan perjalanan travel Korea kepada Backpacker Korea baik Group Private maupun Group Series (Open Trip)” ujar Nia.
Menurut Nia, kepercayaan customer adalah hal penting. “Dalam menjalani bisnis ini, sebisa mungkin kami berusaha untuk tidak mengecewakan customer dan selalu maksimal dalam melayani,” katanya.
Baginya, para customer memiliki pengaruh dari mulut ke mulut. Karena tak jarang Nia justru mendapatkan customer baru berdasarkan dari rekomendasi customer-customer sebelumnya. Buat Nia, customer itu adalah marketing. “Jadi penting sekali untuk menjaga kepercayaan mereka,” tutup Nia.
Selain itu, Backpacker Korea memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tour travel lainnya, yang biasanya 1 grup tour berjumlah 35-40 orang, tetapi di Backpacker Korea 1 group maksimal hanya berjumlah 15 orang, sehingga customer bisa lebih nyaman dan lebih private dalam melakukan perjalanan liburannya.
Salah satu negara yang banyak dituju untuk liburan yaitu Korea Selatan yang telah menjelma menjadi sebuah destinasi liburan favorit bagi wisatawan dunia, termasuk wisatawan Indonesia. Sejak kehadiran K-Pop dan drama Korea yang semakin populer pada 2010 silam, banyak orang yang penasaran ingin datang langsung ke Korea Selatan.
Tujuan mereka cukup beragam, mulai dari benar-benar berlibur dan berkunjung ke destinasi wisata, hingga sekadar pergi ke tempat populer yang menjadi lokasi syuting drama atau sering didatangi selebriti Korea. Selain itu wisata kuliner modern, sejarah, hingga wellness pun turut menjadi daya tarik tersendiri.
(Baca juga:Pasar Tesla Mulai Diserobot Teknologi K-Pop)
Dengan menjamurnya wisatawan ke luar negeri, menjadikan peluang bisnis bagi tour dan travel masih terbuka lebar. Potensi bisnis ini juga sangat menjanjikan. Meski saat ini persaingan semakin sengit. Namun tetap saja, potensi pasar yang sangat besar membuat peluang usaha travel layak dilirik.
Para pelaku bisnis ini harus menyiapkan modal ratusan juta rupiah untuk bisa memulai bisnis. Tiket pesawat juga harus di-print dan pelanggan harus datang ke kantor travel agent untuk mendapatkan tiketnya. Nah, berkat perkembangan dan pemanfaatan teknologi, kini siapa saja bisa dengan mudah untuk mengambil peluang bisnis ini.
Salah seorang womanpreneur Nathania Astria melihat peluang bisnis yang menjanjikan ini. Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap budaya K-Pop dan drama Korea, semakin meningkat pula keinginan orang-orang untuk berkunjung ke Korea Selatan. Hal inilah yang dijadikannya peluang dengan mendirikan ‘Backpacker Korea’ sebagai jasa land tour dan private tour dengan konsep backpacker sejak 2013 silam.
(Baca juga:Serius Kembangkan Wisata Ramah Muslim, Ini Strategi Korea)
Lebih dekat, Backpacker Korea didirikan bermula dari hobby travelling Nathania Astria yang sering menyusun itinerary anti-mainstream pribadi yang dipakai untuk jalan-jalan sendiri lalu mulai mengajak temen-teman untuk ikutan trip anti-mainstream yang disusun oleh Nia (panggilan dari Nathania).
Di luar dugaan, respon permintaan trip anti-mainstream cukup bagus sehingga muncullah ide-ide untuk merambah menjadi peluang bisnis trip anti-mainstream dan mulai mendirikan Backpacker Korea.
Backpacker Korea yang memiliki visi dalam ‘Membantu para traveller merasakan pengalaman yang Next Level’, karena berbeda dengan trip pada umumnya, trip yang disusun menyasar destinasi yang bukan sejuta umat, kulinernya pun benar-benar kuliner hidden gems khas Korea yang tidak banyak turis tahu. Setelah 6 tahun Backpacker Korea membesar dan semakin banyak customer loyal, pada 2020 bisnis mengalami tantangan yang cukup besar akibat pandemi.
(Baca juga:Mengenal Hwacheon Sancheoneo Ice Festival, Wisata Musim Dingin di Korea Selatan)
Pandemi Covid-19 telah berdampak ke semua sektor, termasuk pariwisata. Bisnis tour dan travel di tengah masa pandemi Covid-19 tentu bukan hal yang mudah. Ada begitu banyak tantangan menghampiri.
Masa pandemi semua penerbangan dibatasi hingga dihentikan sementara. Ditambah negara Korea tutup border dan semua perjalanan ke Korea harus terhenti selama 2 tahun 3 bulan. Begitu pun juga dengan Backpacker Korea yang sempat menutup kantor untuk mengurangi biaya operasional dan kebijakan manajemen kas pun harus dirombak untuk mempertahankan bisnis agar tetap survive.
Dalam membangun bisnis pastinya harus memahami bidang usaha yang dijalankan dan harus bertahan di segala kondisi, Nathania Astria selaku Founder Backpacker Korea mengatakan “Pandemi Covid 19 membuat bisnis di bidang pariwisata menurun,” katanya.
(Baca juga:Tempat Wisata di Seoul yang Sering Jadi Lokasi Syuting Drama Korea)
Tapi Nia pantang menyerah. Agar tetap bertahan, dia mengubah strategi bisnis selama masa pandemi. Nia mengubah cara pemasaran dan mencari peluang bisnis lain selama pandemi dengan berbekal pengalaman mengkurasi kuliner hidden gems Korea, dengan menjual makanan & masakan Korea demi membayar gaji pegawai dan biaya operasional lainnya selama masa pandemi.
Tidak terduga 2 tahun lebih masa sulit, perlahan mulai berlalu, pertengahan 2022 muncul kabar baik Korea sudah mulai kembali membuka border. “Permintaan trip Korea kembali membeludak, banyak customer lama dan baru memercayakan perjalanan travel Korea kepada Backpacker Korea baik Group Private maupun Group Series (Open Trip)” ujar Nia.
Menurut Nia, kepercayaan customer adalah hal penting. “Dalam menjalani bisnis ini, sebisa mungkin kami berusaha untuk tidak mengecewakan customer dan selalu maksimal dalam melayani,” katanya.
Baginya, para customer memiliki pengaruh dari mulut ke mulut. Karena tak jarang Nia justru mendapatkan customer baru berdasarkan dari rekomendasi customer-customer sebelumnya. Buat Nia, customer itu adalah marketing. “Jadi penting sekali untuk menjaga kepercayaan mereka,” tutup Nia.
Selain itu, Backpacker Korea memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tour travel lainnya, yang biasanya 1 grup tour berjumlah 35-40 orang, tetapi di Backpacker Korea 1 group maksimal hanya berjumlah 15 orang, sehingga customer bisa lebih nyaman dan lebih private dalam melakukan perjalanan liburannya.
(dar)