Dirut BRI Ungkap Penyebab Silicon Valley Bank Bisa Bangkrut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan penyebab Silicon Valley Bank bisa bangkrut. Salah satunya penjualan saham yang dilakukan oleh pejabat SVB secara bersamaan akan menimbulkan risiko besar terhadap penurunan kepercayaan bank tersebut.
"Menurut analisis kami penjualan saham perusahaan oleh para petinggi SVB itu berpengaruh terhadap reputation risk," ungkap Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) BUMN Perbankan (Himbara) dengan Komisi VI DPR, Selasa (28/3/2023).
Lebih lanjut, SVB tidak memiliki likuiditas memadai untuk kebutuhan jangka pendek sehingga sangat berbahaya bagi kelangsungan kinerja. Selanjutnya, dampak kenaikan fed fund rate (FFR) dari 0,25% menjadi 4,75% menyebabkan unrealized loss naik signifikan.
"Saya melihat market risk-nya luar biasa. Jadi aset-aset mereka berpotensi rugi. Potensi ruginya 15,54% terhadap modal," ungkap Sunarso.
Tidak hanya itu, SVB yang hanya fokus pendanaan startup dan teknologi juga memiliki risiko yang sangat besar. Adapun 55% surat berharga SVB merupakan MBS dan 79,5% surat berharga SVB juga bertenor panjang di atas 10 tahun dan 95% deposit merupakan Non Maturity Deposit (giro/tabungan). "Protofolio satu keranjang saja ini sangat berbahaya. Sebab itu, kami tidak mau hanya mengumpulkan satu potofolio," jelasnya.
Tak berhenti di situ, tidak tersedianya fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dari regulator juga menjadi risiko besar. Terjadinya kelonggaran terhadap kewajiban liquidity coverage ratio (LCR) dan net stable funding ratio (NSFR) juga menjadi penyebab.
"Menurut analisis kami penjualan saham perusahaan oleh para petinggi SVB itu berpengaruh terhadap reputation risk," ungkap Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) BUMN Perbankan (Himbara) dengan Komisi VI DPR, Selasa (28/3/2023).
Lebih lanjut, SVB tidak memiliki likuiditas memadai untuk kebutuhan jangka pendek sehingga sangat berbahaya bagi kelangsungan kinerja. Selanjutnya, dampak kenaikan fed fund rate (FFR) dari 0,25% menjadi 4,75% menyebabkan unrealized loss naik signifikan.
"Saya melihat market risk-nya luar biasa. Jadi aset-aset mereka berpotensi rugi. Potensi ruginya 15,54% terhadap modal," ungkap Sunarso.
Tidak hanya itu, SVB yang hanya fokus pendanaan startup dan teknologi juga memiliki risiko yang sangat besar. Adapun 55% surat berharga SVB merupakan MBS dan 79,5% surat berharga SVB juga bertenor panjang di atas 10 tahun dan 95% deposit merupakan Non Maturity Deposit (giro/tabungan). "Protofolio satu keranjang saja ini sangat berbahaya. Sebab itu, kami tidak mau hanya mengumpulkan satu potofolio," jelasnya.
Tak berhenti di situ, tidak tersedianya fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dari regulator juga menjadi risiko besar. Terjadinya kelonggaran terhadap kewajiban liquidity coverage ratio (LCR) dan net stable funding ratio (NSFR) juga menjadi penyebab.
(nng)