Ditopang Pengeluaran Rumah Tangga, ADB Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8% di 2023

Selasa, 04 April 2023 - 13:11 WIB
loading...
Ditopang Pengeluaran Rumah Tangga, ADB Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8% di 2023
ADB memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5% di 2024. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Asian Development Bank ( ADB ) memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 4,8% pada 2023 dan 5,0% pada 2024. Perkiraan itu seiring melemahnya lonjakan komoditas dan mulai normalnya permintaan dalam negeri.



“Lonjakan komoditas ekspor mendorong pertumbuhan hingga 5,3% pada 2022, menggantikan permintaan dalam negeri yang lemah,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga, di Jakarta, Selasa (4/4/2023).

Tekanan global pada 2023 diproyeksikan akan memangkas pertumbuhan ekspor, meskipun transaksi berjalan semestinya akan tetap mendekati seimbang. Namun karena pengeluaran rumah tangga merupakan bagian besar dari perekonomian Indonesia, kembali normalnya belanja konsumen dan berbagai manfaat dari penurunan inflasi akan menopang pertumbuhan.

"Meskipun demikian, investasi kemungkinan belum akan menguat karena dunia usaha masih melihat situasi," ungkap Tominaga.

Besarnya angka ekspor menghasilkan tambahan pendapatan yang memungkinkan Indonesia memangkas defisit anggaran hingga di bawah batas wajib 3% dari produk domestik bruto, setahun sebelum tenggatnya, demikian menurut Asian Development Outlook (ADO) April 2023. Inflasi mencapai puncaknya hingga hampir 6% pada September, melebihi batas inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 4%.

Namun inflasi sudah menurun, berkat melemahnya harga komoditas dan pengetatan kebijakan moneter, serta diproyeksikan akan turun ke sekitar 3,5% pada Desember dan mencapai rata-rata 4,2% pada 2023, tambah laporan tersebut.

"Yang menjadi perhatian untuk jangka menengah dan panjang adalah bahwa hilangnya pendapatan para pekerja dan hilangnya pembelajaran anak-anak selama pandemi dapat mengurangi potensi pertumbuhan. Sebagian besar indikator ketenagakerjaan penting telah membaik dibandingkan dengan angka-angka pada 2020, tetapi belum kembali ke tingkat sebelum pandemi," jelasnya.

Berbagai indikator itu termasuk pengangguran, informalitas, dan upah riil. Tominaga menilai bahwa sebuah langkah yang dapat memitigasi dampak buruk terhadap pasar tenaga kerja adalah Program Kartu Prakerja dari pemerintah, yang memberikan keterampilan teknis dan kejuruan melalui pembelajaran digital, pelatihan untuk memulai usaha, dan beasiswa.



"ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem" pungkas Tominaga.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1207 seconds (0.1#10.140)