Rupiah Masih Loyo Lawan Dolar AS, Hari Ini Bertengger di Rp14.932
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan pada perdagangan sore ini, Rabu (5/4/2023). Kurs rupiah terpantau jatuh 33 poin ke level Rp14.932 per USD.
Berdasarkan data JISDOR BI, mata uang Garuda juga terlihat tak berdaya di posisi Rp14.933/USD. Raihan itu melemah dibandingkan sesi kemarin yang bertengger pada level Rp14.913/USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi menerangkan, pelemahan rupiah tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di dalam negeri saat ini. Pasalnya, di tengah tekanan ekonomi global, sektor manufaktur Indonesia justru secara konsisten mengalami ekspansi di sepanjang Triwulan pertama 2023.
Indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur nasional menguat kembali ke level 51,9 di bulan Maret 2023 dibandingkan dengan Februari 51,2.
"Tingkat permintaan domestik terindikasi terus mengalami peningkatan, menopang aktivitas produksi manufaktur di tengah permintaan ekspor yang masih relatif tertahan. Selain itu, perbaikan distribusi dan logistik juga terus mengalami perbaikan dalam dua bulan terakhir sehingga mampu mendorong aktivitas produksi di dalam negeri," terang Ibrahim dalam keterangannya.
Ia menilai, industri manufaktur yang terus ekspansif ini mencerminkan tetap kuatnya perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global yang masih dibanyangi oleh tren perlambatan dan ketidakpastian.
Selain itu menguatnya indeks PMI Manufaktur ini juga mengindikasikan optimisme para pelaku usaha dalam melihat potensi perekonomian domestik dalam jangka pendek.
"Memasuki periode Ramadan 2023, inflasi pun dapat terkendali dengan baik. Laju inflasi Maret 2023 tercatat hanya mencapai 4,97% yoy, menurun cukup signifikan dari bulan Februari yang tercatat sebesar 5,47% yoy," tambah Ibrahim.
Di samping itu, dia memprediksi, untuk perdagangan besok, Kamis (6/4) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.900-Rp14.970.
Berdasarkan data JISDOR BI, mata uang Garuda juga terlihat tak berdaya di posisi Rp14.933/USD. Raihan itu melemah dibandingkan sesi kemarin yang bertengger pada level Rp14.913/USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi menerangkan, pelemahan rupiah tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di dalam negeri saat ini. Pasalnya, di tengah tekanan ekonomi global, sektor manufaktur Indonesia justru secara konsisten mengalami ekspansi di sepanjang Triwulan pertama 2023.
Indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur nasional menguat kembali ke level 51,9 di bulan Maret 2023 dibandingkan dengan Februari 51,2.
"Tingkat permintaan domestik terindikasi terus mengalami peningkatan, menopang aktivitas produksi manufaktur di tengah permintaan ekspor yang masih relatif tertahan. Selain itu, perbaikan distribusi dan logistik juga terus mengalami perbaikan dalam dua bulan terakhir sehingga mampu mendorong aktivitas produksi di dalam negeri," terang Ibrahim dalam keterangannya.
Ia menilai, industri manufaktur yang terus ekspansif ini mencerminkan tetap kuatnya perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global yang masih dibanyangi oleh tren perlambatan dan ketidakpastian.
Selain itu menguatnya indeks PMI Manufaktur ini juga mengindikasikan optimisme para pelaku usaha dalam melihat potensi perekonomian domestik dalam jangka pendek.
"Memasuki periode Ramadan 2023, inflasi pun dapat terkendali dengan baik. Laju inflasi Maret 2023 tercatat hanya mencapai 4,97% yoy, menurun cukup signifikan dari bulan Februari yang tercatat sebesar 5,47% yoy," tambah Ibrahim.
Di samping itu, dia memprediksi, untuk perdagangan besok, Kamis (6/4) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.900-Rp14.970.
(akr)