BEI Pede Tembus Rekor IPO Perusahaan Sebelum Tutup Tahun 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini mampu mencetak rekor jumlah perusahaan tercatat baru yang melakukan initial public offering ( IPO ) sebelum tutup tahun 2023. Hingga 18 April, sudah ada sebanyak 34 perusahaan melantai di bursa sepanjang tahun ini.
Sementara dalam laman e-IPO, terdapat 6 calon emiten yang mengantre. "Iya, menarik kan. Di pipeline masih ada 50, itu baru bulan April, ini masih ada beberapa bulan lagi," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna saat ditemui di Gedung BEI, Selasa (18/4/2023).
Berdasarkan perhitungan MNC Portal Indonesia, apabila rata-rata frekuensi penerbitan mencapai 6-8 perusahaan baru secara konsiten setiap bulan bulan sejak Mei 2023. Dengan demikian, maka potensi emiten anyar (emiten saham) yang listing di bursa dapat menembus rekor pencapaian tahun lalu, bahkan sebelum tutup tahun 2023.
Sebagaimana diketahui, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat 71 emiten baru telah melantai di bursa terdiri dari 59 emiten saham, dan sisanya adalah emiten efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS).
"Kalau kita bandingkan bursa-bursa di ASEAN, kita masih lead. Jadi memang harapannya bisa tembus (rekor) dari sebelumnya," tandas Nyoman.
Sementara dalam laman e-IPO, terdapat 6 calon emiten yang mengantre. "Iya, menarik kan. Di pipeline masih ada 50, itu baru bulan April, ini masih ada beberapa bulan lagi," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna saat ditemui di Gedung BEI, Selasa (18/4/2023).
Berdasarkan perhitungan MNC Portal Indonesia, apabila rata-rata frekuensi penerbitan mencapai 6-8 perusahaan baru secara konsiten setiap bulan bulan sejak Mei 2023. Dengan demikian, maka potensi emiten anyar (emiten saham) yang listing di bursa dapat menembus rekor pencapaian tahun lalu, bahkan sebelum tutup tahun 2023.
Sebagaimana diketahui, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat 71 emiten baru telah melantai di bursa terdiri dari 59 emiten saham, dan sisanya adalah emiten efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS).
"Kalau kita bandingkan bursa-bursa di ASEAN, kita masih lead. Jadi memang harapannya bisa tembus (rekor) dari sebelumnya," tandas Nyoman.
(akr)