Sanksi AS Tumpul?, Miliarder Rusia Justru Dapat Durian Runtuh Rp1.537 Triliun

Rabu, 19 April 2023 - 06:51 WIB
loading...
Sanksi AS Tumpul?, Miliarder Rusia Justru Dapat Durian Runtuh Rp1.537 Triliun
Miliarder Rusia yang kena sanksi oleh negara-negara Barat telah mendapatkan kembali hartanya sebesar USD104 miliar atau setara Rp1.537 triliun secara mengejutkan sejak Maret lalu. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Miliarder Rusia yang dikenai sanksi oleh negara-negara Barat atau tepatnya berjumlah 39 orang telah mendapatkan kembali USD104 miliar atau setara Rp1.537 triliun (Kurs Rp14.785 per USD) secara mengejutkan sejak Maret lalu. Harta mereka juga hanya turun 13% sejak sehari sebelum perang Rusia Ukraina pecah.



Pada 24 Februari 2022, bom mulai jatuh di Kyiv saat pasukan Rusia menginvasi Ukraina. Pada hari yang sama, salah satu oligarki miliarder paling terkemuka di Rusia, Roman Abramovich mengalihkan mayoritas saham miliknya di 10 trust di pusat keuangan lepas pantai Siprus dan Jersey kepada enam anaknya.

Perwalian tersebut setidaknya aset tersebut bernilai USD4 miliar, menurut dokumen yang bocor dari penyedia layanan perusahaan Siprus yang dibagikan dengan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) dan mitranya, termasuk Forbes dan The Guardian.



Sembilan belas hari kemudian, Abramovich kena sanksi oleh Uni Eropa -tetapi asetnya yang berharga telah diteruskan ke anak-anaknya, mengisolasi mereka agar tidak dibekukan atau disita. Pada minggu-minggu berikutnya, Abramovich melangkah lebih jauh, secara fisik memindahkan superyacht-nya keluar dari Eropa dan memarkirnya di pantai yang lebih ramah.

Empat kapal pesiar miliknya -termasuk Eclipse setinggi 533 kaki seharga USD429 juta dan Solaris setinggi 458 kaki senilai USD507 juta- berlayar ke Turki, di mana mereka tidak dapat disita oleh negara-negara Barat. (Turki tetap netral dalam perang Rusia di Ukraina.)

Hingga akhirnya, Abramovich harus menyerahkan tim sepak bola miliknya Chelsea yang menjadi bagian dari Liga Premier Inggris, dalam penjualan yang dipaksa oleh pemerintah Inggris. Tetapi ia berhasil melakukannya dengan baik.

Kekayaan Abramovich turun dari sekitar USD14,3 miliar pada 23 Februari menjadi USD6,9 miliar dua minggu kemudian, setelah rubel runtuh dan pasar saham Rusia ditutup. Sekarang kekayaannya kembali hingga USD9,2 miliar menurut perkiraan Forbes.

Ini adalah kisah yang dialami oleh hampir seluruh miliarder Rusia di tengah gempuran sanksi Barat, meski demikian mereka mendapatkan kembali sebagian besar kekayaannya. Beberapa yang asetnya tertanam di Rusia benar-benar melihat peluang untuk memperkuat pondasi mereka dan mengambil aset yang ingin dibuang orang lain.

Pada April tahun lalu, raja nikel dan perbankan Vladimir Potanin membeli kembali grup perbankan Rusia, Rosbank dari perusahaan Prancis Société Générale, yang awalnya membeli dari Potanin dalam serangkaian kesepakatan sepanjang periode 2006 hingga 2014.

Dua minggu kemudian, Potanin mengambil Tinkoff Bank, salah satu bank swasta terbesar di Rusia, dari mantan miliarder Oleg Tinkov dengan nilai yang tidak diungkapkan. Akuisisi terjadi sebelum Potanin dikenai sanksi oleh Inggris pada bulan Juni dan oleh AS pada bulan Desember.

Kesepakatan tersebut ternyata cukup bagus untuk membuat kekayaan bersih Potanin tumbuh sebesar USD6.4 miliar dari Maret 2022 hingga Maret 2023 berkat sektor perbankan. Hal itu cukup baginya untuk mempertahankan peringkatnya sebagai orang terkaya kedua di Rusia.

"Ini pada dasarnya adalah keuntungan murni bagi Potanin, dan keuntungannya adalah dia melakukan kesepakatan ini sebelum terkena sanksi," kata Anders Aslund, seorang ekonom Swedia dan pakar oligarki Rusia, yang menggambarkan cara beberapa orang Rusia melakukan penghematan.

"Apa yang umumnya terjadi saat ini adalah bahwa orang-orang beremigrasi, atau mereka menjadi hanya (fokus pada Rusia). Potanin adalah contoh yang luar biasa," bebernya.

Sementara itu lonjakan harga komoditas seperti minyak, logam dan mineral pada tahun 2022 juga membantu meningkatkan keuntungan perusahaan-perusahaan Rusia dan membawa miliaran dolar ke pundi-pundi Vladimir Putin. Hal itu sedikitnya berdampak pada rebound di pasar saham Rusia dan nilai rubel.

Indeks MOEX Rusia, yang melacak 50 perusahaan terbesar yang diperdagangkan di Bursa Efek Moskow, telah naik 31% dari titik terendah pada 26 September dan turun hanya 18% dari hari sebelum tank Rusia meluncur ke Ukraina. Mata uang Rubel telah pulih ke nilai sebelum perang terhadap dolar, naik 65% dari titik nadir pada 10 Maret 2022.

Semua sentimen itu telah membantu orang-orang terkaya Rusia menjalani tahun yang cukup baik. Ada 105 miliarder Rusia dalam Daftar Miliarder Dunia 2023 Forbes dengan kekayaan bersih kolektif mencapai USD474 miliar, naik dari 83 orang dengan nilai gabungan sebesar USD320 miliar pada Maret 2022.

(Sebaliknya, 735 miliarder Amerika kehilangan USD200 miliar antara periode Maret 2022 dan 2023. Sedangkan harta orang terkaya China turun USD300 miliar; kekayaan bersih dalam daftar Forbes diukur menggunakan harga saham dan nilai tukar mulai 10 Maret 2023.)

Bahkan mereka (miliarder Rusia) yang terkena sanksi Barat telah muncul relatif tanpa cedera. Menurut hitungan Forbes, setidaknya 46 miliarder kelahiran Rusia telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris sejak 2014.

Sebagian besar dari mereka dihujam sanksi beberapa bulan setelah invasi Putin tahun lalu. Hanya 39 di antaranya yang muncul di daftar Forbes World's Billionaires edisi 2022 dan 2023. Sejak 23 Februari 2022 —sehari sebelum invasi— 39 orang ini telah kehilangan USD45 miliar atau sekitar 13% dari kekayaan bersih kolektif mereka.

Saat melihat bagaimana nasib mereka sejak Maret lalu, ketika rubel terjun bebas dan Bursa Efek Moskow ditutup, gambarannya sangat berbeda. Dari Maret 2022 hingga Maret 2023, 39 miliarder yang terkena sanksi itu secara mengejutkan telah mendapatkan kembali kekayaan mereka USD104 miliar.

Hanya tiga yang mengalami penurunan kekayaan mereka selama periode itu. Tujuh miliarder lain yang terkena sanksi justru melihat pertumbuhan kekayaan mereka untuk kembali ke jajaran orang terkaya di dunia 2023, setelah absen pada Maret tahun lalu.

"Aset mereka bertahan dengan sangat baik," kata Viktor Winkler, seorang pengacara dan mantan kepala standar sanksi global di bank Jerman Commerzbank.

"(Sebelum 2022) sebagian besar kekayaan mereka dengan jumlah cukup signifikan diparkir di negara-negara yang (tidak) mengadopsi sanksi Barat. Banyak yang terdampak sanksi setelah 23 Februari karena mereka... baru kali pertama terkena sanksi setelah invasi Putin."

Pemenang Terbesar

Pemenang terbesar adalah taipan pupuk, Andrey Melnichenko yang saat ini menyandang gelar sebagai orang terkaya Rusia. Dia melihat kekayaan bersihnya membengkak sebesar USD14,1 miliar selama setahun terakhir menjadi USD25,2 miliar, karena melonjaknya harga pupuk dan batu bara.

Hal itu menjadi landasan dari dua perusahaan swasta miliknya yakni, produsen pupuk Eurochem dan perusahaan energi batu bara SUEK. Melnichenko mengalihkan sahamnya di Eurochem dan SUEK ke anggota keluarga yang menjadi wakilnya pada tahun 2006 dan berhenti menjadi penerima perwalian pada 8 Maret 2022, dimana istrinya Aleksandra menggantikannya.

Kemudian Aleksandra juga terkana sanksi pada bulan Juni. Perwakilannya berpendapat bahwa dia seharusnya tidak dimasukkan dalam daftar miliarder karena alasan itu, tetapi Forbes telah menghubungkan kekayaannya dengan Melnichenko dan keluarganya, termasuk istrinya.

Faktanya untuk semua miliarder Rusia, Forbes menghitung kekayaan mereka pada tahun 2023 dengan menggunakan struktur kepemilikan dari Februari 2022, sebelum invasi Rusia ke Ukraina, dan karenanya masih memasukkan Eurochem dan SUEK dalam perkiraan kekayaan bersih Melnichenko.

Menurut Anders Aslund, penting juga membedakan efek sanksi terhadap oligarki dengan aset mereka yang signifikan di luar negeri dan terutama yang berbasis di Rusia.

"Perkiraan saya adalah bahwa mereka telah sangat menderita. Orang-orang yang duduk di antara (Barat dan Rusia) ini telah kalah," katanya, menunjuk pada penurunan nilai bisnis seperti grup perbankan Alfa Bank yang berbasis di Luksemburg, yang dimiliki bersama oleh miliarder yang terkena sanksi Mikhail Fridman, Pyotr Aven, German Khan dan Alexei Kuzmichev.

(Pemilik kelima, Andrei Kosogov, belum dikenai sanksi.) Hal itu membedakan mereka dari sebagian dengan kepemilikan terkonsentrasi di Rusia dan punya hubungan lebih dekat dengan Putin, seperti Arkady dan Boris Rotenberg.

Faktanya, Forbes memperkirakan bahwa Arkady Rotenberg, saudaranya Boris dan putranya Igor semuanya lebih kaya saat ini daripada sebelum perang. Dimana mereka memperoleh USD500 juta hingga USD6,2 miliar secara kolektif.

Dengan sangat sedikit harta yang diketahui di luar Rusia, mereka belum terpukul oleh sanksi Barat yang menargetkan saham di perusahaan asing atau investasi keuangan di luar negeri.

Namun proyeksi ekonomi Rusia lebih beragam daripada nasib yang dialami orang terkaya di negara itu. Ekonomi Rusia tercatat menyusut sekitar 2,5% tahun lalu, menurut statistik pemerintah, jauh lebih rendah dari perkiraan yang meramalkan kejatuhan 12% atau lebih.

Meski begitu apa yang dialami Rusia dilihat masih sebagai penurunan tajam, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDB 3,5% yang tercatat di UE (Uni Eropa) dan AS mencapai 2,1%. Ada juga tanda-tanda bahwa sanksi Barat -terutama pembatasan harga pada minyak Rusia yang diberlakukan pada bulan Desember dan larangan Uni Eropa terhadap produk minyak Rusia yang sepenuhnya dimulai dua bulan lalu- akhirnya membebani ekonomi Rusia.

Kementerian Keuangan Rusia mengumumkan defisit anggaran sebesar USD29,5 miliar pada kuartal pertama tahun 2023, Sebagian besar karena penurunan pendapatan dari sektor minyak dan gas (migas).

Terkait dampaknya sanksi tersebut terhadap jajaran orang-orang terkaya Rusia, hanya satu individu terkena sanksi -Oleg Tinkov- yang keluar dari daftar miliarder selama setahun terakhir. Hal itu terjadi ketika dia diduga dipaksa untuk menjual asetnya dengan harga murah setelah mengkritik perang Putin.

Sanksi bahkan belum menargetkan orang yang tepat, menurut Tinkov. "Jika saya adalah pemerintah Barat, saya akan menargetkan lebih, tepatnya," katanya kepada Forbes Mei lalu.

"Ada orang-orang yang belum dimasukkan dalam daftar yang menjadi dompet Putin."
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1661 seconds (0.1#10.140)