Investasi Properti di Asia Pasifik Tak Diminati, Anjlok 32%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dampak pandemi Covid-19 terhadap pasar properti di Asia Pasifik terasa lebih kuat pada kuartal kedua 2020 dibanding kuartal sebelumnya. Menurut data terbaru Jones Lang LaSalle (JLL), volume investasi semester pertama turun 32% secara tahunan dengan pelemahan sebesar 39% di kuartal kedua dan penurunan sebesar 26% di kuartal pertama.
Singapura dan Hong Kong mencatat penurunan investasi tahunan terbesar dengan angka 68% dan 65% pada kuartal kedua. Sementara penurunan investasi di Australia sebesar 58%, Korea Selatan 45% dan China 15%). ( Baca juga:Bahlil dan Kang Emil Sepakat: Pengusaha Jakarta Dilarang Cari Untung dari Investasi di Daerah )
“Aktivitas transaksi yang menurun tajam pada kuartal kedua mencerminkan kurangnya minat pelaku usaha dan ketidakpastian akan pemulihan pasar,” kata CEO, Capital Markets, Asia Pacific, JLL Stuart Crow dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Sementara itu, sektor perkantoran Asia Pasifik lagi-lagi melaporkan volume investasi tertinggi berkat minat kuat para investor institusional pada pasar utama. Aset-aset defensif serta yang utama bagi kegiatan operasional - pusat logistik, pendidikan, dan pusat data juga mencuri perhatian investor, sehingga munculah aliran dana dan usaha patungan baru.
"Aktivitas transaksi ritel dan hotel tetap stagnan pada semester pertama tahun ini," katanya.
Dia melanjutkan, penurunan tingkat suku bunga pinjaman di sebagian besar pasar utama, data dari JLL menunjukkan bahwa prime yield dan bond yield berada di batas yang aman di sebagian besar sektor di Asia Pasifik. Hal ini menciptakan pasar yang menarik untuk investor luar yang ingin menempatkan dana sekitar USD40 miliar dalam bentuk cash di kawasan tersebut.
Singapura dan Hong Kong mencatat penurunan investasi tahunan terbesar dengan angka 68% dan 65% pada kuartal kedua. Sementara penurunan investasi di Australia sebesar 58%, Korea Selatan 45% dan China 15%). ( Baca juga:Bahlil dan Kang Emil Sepakat: Pengusaha Jakarta Dilarang Cari Untung dari Investasi di Daerah )
“Aktivitas transaksi yang menurun tajam pada kuartal kedua mencerminkan kurangnya minat pelaku usaha dan ketidakpastian akan pemulihan pasar,” kata CEO, Capital Markets, Asia Pacific, JLL Stuart Crow dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Sementara itu, sektor perkantoran Asia Pasifik lagi-lagi melaporkan volume investasi tertinggi berkat minat kuat para investor institusional pada pasar utama. Aset-aset defensif serta yang utama bagi kegiatan operasional - pusat logistik, pendidikan, dan pusat data juga mencuri perhatian investor, sehingga munculah aliran dana dan usaha patungan baru.
"Aktivitas transaksi ritel dan hotel tetap stagnan pada semester pertama tahun ini," katanya.
Dia melanjutkan, penurunan tingkat suku bunga pinjaman di sebagian besar pasar utama, data dari JLL menunjukkan bahwa prime yield dan bond yield berada di batas yang aman di sebagian besar sektor di Asia Pasifik. Hal ini menciptakan pasar yang menarik untuk investor luar yang ingin menempatkan dana sekitar USD40 miliar dalam bentuk cash di kawasan tersebut.
(uka)