Swasembada Gula Belum Tercapai, Ini Tanggapan Kepala Bapanas
loading...
A
A
A
MALANG - Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) berupaya mendorong terwujudnya swasembada gula dengan menciptakan inovasi varietas tebu unggul. Langkah ini dilakukan dengan menggandeng sejumlah sektor agar kebutuhan gula nasional bisa terpenuhi.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini kebutuhan gula di Indonesia mencapai 3,2-3,4 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya berkisar 2,6 juta ton per tahun. Angka itu berdasarkan data pada bulan Oktober 2022 hingga Januari 2023, dilihat dari neraca komoditas.
"Sehingga memerlukan 991.000 ton. Tetapi, angka ini setiap tiga bulan, neraca komoditas ini akan direview, bersama Kemenko dan kementerian/lembaga," ujarnya saat ditemui di Pabrik Gula (PG) Krebet Bululawang, Kabupaten Malang, Sabtu (6/5/2023).
Berkaca pada kebutuhan tersebut, Arief bilang, gula menjadi salah satu komoditas strategis yang kebutuhannya terus dianalisis tiap periodenya atau tiga bulan sekali. "Jadi setelah ini kita akan review, giling ini, berapa, semester dua berapa," tukasnya,
Guna memenuhi kebutuhan gula nasional, Arief mengakui Indonesia saat ini masih tergantung dengan pasokan gula impor. Namun, ke depan varietas tebu dalam negeri diharapkan mampu terus ditingkatkan sehingga swasembada gula bisa tercapai.
"Jadi mungkin ini lintas sektoral, kita tidak bisa swasembada langsung ya, harus disiapkan lahannya, bibitnya, kemudian bagaimana tahun depan, tadi kita bicara soal varietas unggul, bongkar ratoon (peremajaan). Jadi semua tentunya harus berkolaborasi," tandasnya.
Meski demikian, dirinya memastikan impor gula tak akan mempengaruhi harga beli bagi petani tebu. Faktor penting lainnya yakni penyiapan lahan tebu sebesar 700.000 hektar yang telah dibicarakan dengan Kementerian BUMN dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Untuk swasembada sendiri sebenarnya pemerintah harusnya mulai menyiapkan sampai dengan 700.000 hektar hitungannya dan kemarin sudah diinisiasi oleh menteri BUMN. Tentunya dengan presiden untuk menyiapkan bagaimana supaya kita bisa menyiapkan onfarm sampai off farm," urainya.
"Jadi tidak bisa sepotong-sepotong, harus holistik mulai dari produksinya disiapkan sampai dengan off farm pabriknya," pungkas Arif.
Sementara itu terkait musim giling di Pabrik Gula (PG) Krebet Baru, diperkirakan pada musim giling tahun 2023 ini PG Krebet Baru mampu menghasilkan gula sekitar 130.000-140.000 ton.
“Hari ini memulai musim giling pertama di PG Krebet Baru, target kita (produksi dari PG Krebet) lima persen (dari total produksi gula nasional) pada 2023," ungkap Arief.
General Manager PG Krebet Baru, Mohammad Anis menuturkan, target produksi di musim giling tahun 2023 ini mencapai 1,8 juta ton. Target ini mengalami peningkatkan dari tahun sebelumnya dengan 130.000 ton gula, dengan rendeman di atas 8%.
"Target tahun ini memang harus lebih baik dibanding tahun lalu. Mudah-mudahan tahun ini bisa mencapai 1,8 juta ton tebu yang digiling. Sementara untuk rendemen, bisa sesuain target dari Badan Pangan Nasional," tutur Anis.
Target sebesar 1,8 juta itu disebut Anis ditopang oleh setidaknya 18.000 petani di 17 kecamatan yang ada di Malang raya. Perkiraan target 1,8 juta ton produksi gula ini bakal terealisasi pada lima sampai enam bulan di masa giling tebu tahun 2023.
“Untuk musim giling selama lima hingga enam bulan, setelah itu dilakukan pemeliharaan pabrik. Tahun lalu target berada di 130.000 ton gula, dan diharapkan tahun ini meningkat," pungkasnya.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini kebutuhan gula di Indonesia mencapai 3,2-3,4 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya berkisar 2,6 juta ton per tahun. Angka itu berdasarkan data pada bulan Oktober 2022 hingga Januari 2023, dilihat dari neraca komoditas.
"Sehingga memerlukan 991.000 ton. Tetapi, angka ini setiap tiga bulan, neraca komoditas ini akan direview, bersama Kemenko dan kementerian/lembaga," ujarnya saat ditemui di Pabrik Gula (PG) Krebet Bululawang, Kabupaten Malang, Sabtu (6/5/2023).
Berkaca pada kebutuhan tersebut, Arief bilang, gula menjadi salah satu komoditas strategis yang kebutuhannya terus dianalisis tiap periodenya atau tiga bulan sekali. "Jadi setelah ini kita akan review, giling ini, berapa, semester dua berapa," tukasnya,
Guna memenuhi kebutuhan gula nasional, Arief mengakui Indonesia saat ini masih tergantung dengan pasokan gula impor. Namun, ke depan varietas tebu dalam negeri diharapkan mampu terus ditingkatkan sehingga swasembada gula bisa tercapai.
"Jadi mungkin ini lintas sektoral, kita tidak bisa swasembada langsung ya, harus disiapkan lahannya, bibitnya, kemudian bagaimana tahun depan, tadi kita bicara soal varietas unggul, bongkar ratoon (peremajaan). Jadi semua tentunya harus berkolaborasi," tandasnya.
Meski demikian, dirinya memastikan impor gula tak akan mempengaruhi harga beli bagi petani tebu. Faktor penting lainnya yakni penyiapan lahan tebu sebesar 700.000 hektar yang telah dibicarakan dengan Kementerian BUMN dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Untuk swasembada sendiri sebenarnya pemerintah harusnya mulai menyiapkan sampai dengan 700.000 hektar hitungannya dan kemarin sudah diinisiasi oleh menteri BUMN. Tentunya dengan presiden untuk menyiapkan bagaimana supaya kita bisa menyiapkan onfarm sampai off farm," urainya.
"Jadi tidak bisa sepotong-sepotong, harus holistik mulai dari produksinya disiapkan sampai dengan off farm pabriknya," pungkas Arif.
Baca Juga
Sementara itu terkait musim giling di Pabrik Gula (PG) Krebet Baru, diperkirakan pada musim giling tahun 2023 ini PG Krebet Baru mampu menghasilkan gula sekitar 130.000-140.000 ton.
“Hari ini memulai musim giling pertama di PG Krebet Baru, target kita (produksi dari PG Krebet) lima persen (dari total produksi gula nasional) pada 2023," ungkap Arief.
General Manager PG Krebet Baru, Mohammad Anis menuturkan, target produksi di musim giling tahun 2023 ini mencapai 1,8 juta ton. Target ini mengalami peningkatkan dari tahun sebelumnya dengan 130.000 ton gula, dengan rendeman di atas 8%.
"Target tahun ini memang harus lebih baik dibanding tahun lalu. Mudah-mudahan tahun ini bisa mencapai 1,8 juta ton tebu yang digiling. Sementara untuk rendemen, bisa sesuain target dari Badan Pangan Nasional," tutur Anis.
Target sebesar 1,8 juta itu disebut Anis ditopang oleh setidaknya 18.000 petani di 17 kecamatan yang ada di Malang raya. Perkiraan target 1,8 juta ton produksi gula ini bakal terealisasi pada lima sampai enam bulan di masa giling tebu tahun 2023.
“Untuk musim giling selama lima hingga enam bulan, setelah itu dilakukan pemeliharaan pabrik. Tahun lalu target berada di 130.000 ton gula, dan diharapkan tahun ini meningkat," pungkasnya.
(ind)