Dukung Ketahanan Nasional lewat Keamanan Data di Era Digitalisasi Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perhimpunan Riset Pemasaran Indonesia (PERPI) berkomitmen untuk mendukung ketahanan negara di era digitalisasi ekonomi. Salah satu aspek penting yang mesti dijaga yaitu pengelolaan dan keamanan data .
Tak bisa dipungkiri bahwa perekonomian menjadi salah satu faktor yang menentukan ketahanan negara. Seiring berkembangnya zaman, kini digitalisasi pun sudah menyentuh sektor ekonomi.
Dengan adanya kondisi ini, keamanan data menjadi hal yang harus benar-benar dijaga. Data di tengah arus digitalisasi berperan sangat penting karena dapat meningkatkan perekonomian, namun di sisi juga berpotensi buruk apabila tak dikelola dengan baik.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PERPI, Rhesa Yogaswara saat sesi wawancara di Anami Coffee and Eatery, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2023).
"Kenapa PERPI sangat konsen dengan ini, karena kita kerjaannya adalah mengutak-atik data tiap hari, data masyarakat Indonesia, konsumen Indonesia itu ngapain aja. Mulai dari perilakunya berbelanja, mobilitas, bersosial, dan lain-lain itu kita kaji perilakunya," jelas Rhesa.
Berdasarkan hasil diskusi sebelumnya dengan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Andi Widjajanto, di acara PodCast PERPI - LEMHANNAS, Rhesa mengatakan bahwa keamanan data merupakan salah satu hal yang mesti diperhatikan. Mulai dari penyimpanan hingga pengolahannya.
Rhesa menjelaskan, di dalam asosiasi PERPI sangat menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Sehingga standarisasi dan kode etik SDM yang terlibat penting untuk dipersiapkan. Hal ini juga menjadi penilaian penting bagi lembaga-lembaga riset bisnis yang ingin masuk keanggotaan PERPI.
"Bikin lembaga riset gampang kok. Cuma yang bikin susah itu mengelolanya kan. Dari mulai survei, datanya ke-capture, kita simpan, kita olah, hasil olahan ini akan menjadi sebuah analisa rekomendasi," ungkapnya.
Maka dari itu lanjut Rhesa, perusahaan yang masuk ke PERPI minimal harus sudah berdiri 2-3 tahun dan dilihat bagaimana track record-nya di riset bisnis. Kemudian, perusahaan yang bersangkutan bukan abal-abal dan membuka company profile kepada publik.
Pentingnya integritas bagi PERPI agar jangan sampai publik dibohongi dari hasil riset pasar. Apalagi, jika suatu perusahaan berada di bawah naungan lembaga riset ternama. Otomatis tingkat kepercayaan publik sangat tinggi, terlepas dari benar atau tidaknya data tersebut.
Hal ini akan berimbas pada persepsi masyarakat karena pada dasarnya hasil riset dapat mempengaruhi pemikiran manusia.
"Saking mudahnya bikin riset. Misalnya saya bikin power point dengan grafik bagus, terus saya masukkan data segini. Pasti langsung ditelan kan? Pasti percaya. Sebegitu pentingnya integritas. Kalau saya bohong, publik sudah dibohongi," jelas Rhesa.
Maka dari itu, PERPI yakin dapat berkontribusi dalam ketahanan negara di tengah digitalisasi ekonomi. Hal ini karena proses seleksi lembaga keanggotan PERPI yang sangat ketat. Dengan begitu, pengelolaan data dan hasilnya pun dapat dipastikan tidak sembarangan. Harapannya, seluruh pemangku kepentingan perlu cermat dalam memilih SDM atau Mitra yang mengelola data.
Tak bisa dipungkiri bahwa perekonomian menjadi salah satu faktor yang menentukan ketahanan negara. Seiring berkembangnya zaman, kini digitalisasi pun sudah menyentuh sektor ekonomi.
Dengan adanya kondisi ini, keamanan data menjadi hal yang harus benar-benar dijaga. Data di tengah arus digitalisasi berperan sangat penting karena dapat meningkatkan perekonomian, namun di sisi juga berpotensi buruk apabila tak dikelola dengan baik.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PERPI, Rhesa Yogaswara saat sesi wawancara di Anami Coffee and Eatery, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2023).
"Kenapa PERPI sangat konsen dengan ini, karena kita kerjaannya adalah mengutak-atik data tiap hari, data masyarakat Indonesia, konsumen Indonesia itu ngapain aja. Mulai dari perilakunya berbelanja, mobilitas, bersosial, dan lain-lain itu kita kaji perilakunya," jelas Rhesa.
Berdasarkan hasil diskusi sebelumnya dengan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Andi Widjajanto, di acara PodCast PERPI - LEMHANNAS, Rhesa mengatakan bahwa keamanan data merupakan salah satu hal yang mesti diperhatikan. Mulai dari penyimpanan hingga pengolahannya.
Rhesa menjelaskan, di dalam asosiasi PERPI sangat menjunjung tinggi integritas dan kejujuran. Sehingga standarisasi dan kode etik SDM yang terlibat penting untuk dipersiapkan. Hal ini juga menjadi penilaian penting bagi lembaga-lembaga riset bisnis yang ingin masuk keanggotaan PERPI.
"Bikin lembaga riset gampang kok. Cuma yang bikin susah itu mengelolanya kan. Dari mulai survei, datanya ke-capture, kita simpan, kita olah, hasil olahan ini akan menjadi sebuah analisa rekomendasi," ungkapnya.
Maka dari itu lanjut Rhesa, perusahaan yang masuk ke PERPI minimal harus sudah berdiri 2-3 tahun dan dilihat bagaimana track record-nya di riset bisnis. Kemudian, perusahaan yang bersangkutan bukan abal-abal dan membuka company profile kepada publik.
Pentingnya integritas bagi PERPI agar jangan sampai publik dibohongi dari hasil riset pasar. Apalagi, jika suatu perusahaan berada di bawah naungan lembaga riset ternama. Otomatis tingkat kepercayaan publik sangat tinggi, terlepas dari benar atau tidaknya data tersebut.
Hal ini akan berimbas pada persepsi masyarakat karena pada dasarnya hasil riset dapat mempengaruhi pemikiran manusia.
"Saking mudahnya bikin riset. Misalnya saya bikin power point dengan grafik bagus, terus saya masukkan data segini. Pasti langsung ditelan kan? Pasti percaya. Sebegitu pentingnya integritas. Kalau saya bohong, publik sudah dibohongi," jelas Rhesa.
Maka dari itu, PERPI yakin dapat berkontribusi dalam ketahanan negara di tengah digitalisasi ekonomi. Hal ini karena proses seleksi lembaga keanggotan PERPI yang sangat ketat. Dengan begitu, pengelolaan data dan hasilnya pun dapat dipastikan tidak sembarangan. Harapannya, seluruh pemangku kepentingan perlu cermat dalam memilih SDM atau Mitra yang mengelola data.
(akr)