Durian dan Kelapa Turut Membuat Neraca Perdagangan Surplus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di saat pertumbuhan ekonomi yang merosot, ternyata ada kabar baik dari pasar ekspor. Ternyata menurut catatan BPS, sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar USD5,5 miliar. Kondisi ini berbalik arah, setelah sebelumnya pada rentang waktu yang sama tahun lalu (semester I-2019) Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan USD1,87 miliar.
Surplus neraca perdagangan ini menujukkan bahwa dalam rentang waktu tertentu nilai total ekspor Indonesia lebih besar ketimpang impor. Sementara defisit memperlihatkan nilai impor lebih tinggi ketimbang ekspor.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan kinerja ekspor sepanjang Januari-Juni 2020 mencapai USD76,4 miliar sedangkan impor hanya USD70,9 miliar, sehingga diperolehlah surplus USD5,5 miliar.
Pada sektor perdagangan Migas mengalami defisit sebesar USD 3,5 miliar . Sebab, ekspor Migas hanya mencapai USD 3,9 miliar dolar AS sedangkan impor tembus hingga USD 7,5 miliar.Namun, di sektor nonmigas mampu mencatatkan surplus USD 9,05 miliar. Di mana ekspor nonmigas mencapai USD 72,4 miliar sementara impor lebih rendah yakni USD 63,9 miliar.
Pangsa ekspor terbesar masih ke Cina yakni 17,7% dengan nilai mencapai USD 12,83 miliar. Diikuti Amerika Serikat sebesar USD 8,59 miliar dan Jepang USD 6,29 miliar.
Salah satu komoditas ekspor yang mencatatkan kenaikan cukup besar adalah produk-produk hasil pertanian. “Untuk ekspor pertanian, selama Januari-Mei 2020 pertumbuhannya cukup mengembirakan sebesar 5,63% yang disebabkan oleh meningkatnya ekspor buah-buahan tahunan,”ujar Suhariyanto.
Dari komoditas buah-buahan, data yang disampaikan Karantina Pertanian Belawan Medan, Kementerian Pertanian, mencatat ekspor durian asal Sumatera Utara sebanyak 441,1 ton di tengah pandemi virus Corona atau sampai Semester I 2020.
Kepala Karantina Belawan Hasrul mengatakan memang ada peningkatan ekspor durian di tengah pandemi corona saat ini. Tahun lalu saja, ekspor durian dari Sumut mencapai 521,6 ton. Artinya hingga semester pertama tahun ini saja ekspor Durian dari Sumut sudah mencapai 84% dari totoal ekspor tahun lalu.
Dua negara utama yang jadi pasar ekspor Durian Sumut adalah China dan Malaysia. Rinciannya, China mengimpor durian asal Sumut sebanyak 249,2 ton dengan total sertifikasi dokumen karantina sebanyak 19 kali. Sementara, Malaysia mengimpor sebanyak 190,9 ton dengan 13 kali sertifikasi dokumen karantina.
Duta Besar Republik Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan, Indonesia berpeluang besar menjadi negara eksportir utama buah durian ke Asia Timur. Potensi nilai pasar yang bisa diraih tidak main-main, bisa mencapai USD2 miliar per tahun. nilai sebsar itu setara dengan ekspor produk kayu Indonesia ke China.
Perlu diketahui ekspor Durian dari Sumut ini bukan berbentuk buah gelondongan. Durian yang diekspor ini sudah berbentuk beku (pasta), yang dikemas dalam plastik yang kedap udara dan disimpan dengan suhu minus 15 hingga minus 20 derajat celcius agar kualitas durian tetap baik dan aman dikonsumsi.
Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengungkapkan, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara lain dalam komoditas ekspor buah tropis. Contohnya perkebunan buah durian yang diyakini bisa melejitkan ekspor Indonesia.
Merambah Enam Benua
Pasalnya, durian ini tidak bisa diproduksi di semua negara. Saat menjadi Menteri BUMN, Dahlan menceritakan pernah membuat proyek perkebunan durian 5.000 hektare dan perkebunan pisang 5.000 hektare. Tapi tiga tahun kemudian program tersebut gagal dan investor mengambil alih perkebunan tersebut.
Ke depan menurutya, durian bisa menjadi andalan komoditas ekspor Indonesia, khsusnya ke China. Sebab, Negeri Panda ini merupakan penikmat durian terbesar di dunia. Saat ini China hanya mengandalkan Thailand untuk memasok buah berduri itu ke negeri mereka.
Produk pertanian Indonesia lainya yang juga disenangi pasar ekspor adalah kelapa. Banyak yang belum mengetahui bahwa seluruh bagian dari kelapa dapat diekspor. Seperti yang disampaikan Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, hampir seluruh bagian dari kelapa sudah bisa diekspor.
Mulai dari daging kelapa, air kelapa, tempurung kelapa, sabut kelapa, bahkan kini sampai batang kelapa juga dimanati pasar ekspor. Badan Karantina Pertanian (Barantan) mencatat setidaknya ada 13 ragam komoditas turunan kelapa dari Indonesia yang laris di pasar global.
Ali Jamil menjelaskan, berdasarkan data dari sistem fasilitasi sertifikasi ekspor, produk olahan ekspor kelapa selama periode Januari–Mei 2020 mencapai 463,5 ribu ton. Puluhan negara yang tersebar di 6 benua tercatat menjadi pasar tujuan eskpor dari produk ini.
Sebenarnya selain Indonesia, ada 4 negara lain penghasil olahan kelapa terbesar di dunia. Yakni Filipina, India, Brazil dan Srilangka. Nah saat ini, dari catatan Barantan sepanjang 2020, India telah mengimpor olahan kelapa dari Indonesia sebanyak 59,3 ribu ton. Brazil juga demikian, jumlahnya mencapai 1,2 ribu ton.
Diikuti Srilangka yang impor 169,6 ribu ton olahan kelapa dari Indonesia, dan Filipina sebanyak 65,5 ribu ton. Hal ini dapat diartikan bahwa produk kelapa dari Indonesia telah menduduki posisi nomor satu di dunia.
Salah satu pelabuhan ekspor dengan permintaan sertifikasi ekspor kelapa yang terus mengalami peningkatan adalah Batam. Kepala Karantina Pertanian Batam, Joni Anwar mengungkapkan, pada caturwulan pertama 2020, tercatat ekspor daging kelapa putih sebanyak 74 kali dengan total 1.500 ton dengan nominal Rp 18 miliar. Dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang hanya sebanyak 750 ton.
Meningkatnya volume ekspor dari kelapa juga dinimati di tingkat produsennya. Faktanya, , harga jual kelapa pada 2020 meningkat 63.3% dibandingkan tahun lalu. Saat ini harga kelapa rata-rata mencapai p 12.600 per kg. Sementara di 2019 harga hanya Rp 7.700 per Kg. Harapannya, ini menjadi angin segar bagi pelaku industri kelapa termasuk para petani kelapa.
Selain produk pertanian, produk lainnya yang tidak disangka-sangka melonjak ekspornya saat pandemi adalah furniture.Data yang disampaikan oleh Global Trade Atlas 2020 menunjukkan ekspor furnitur Indonesia ke Amerika selama periode Januari-Mei 2020 berhasil mencapai USD582,11 juta.Nilai ekspor ini melonjak 51,3% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD384,82 juta.
Kepala Indonesia Trade Promotion Center Los Angeles Bayu Nugroho menyatakan peningkatan tersebut merupakan kabar baik, khuusnya kepada pelaku UMKM di sektor furniture.
Bayu mengatakan, furniture buatan Indonesia memang mendapatkan banyak permintaan di Amerika, khususnya di kawasan Pantai Barat. Ekspor furniture Indonesia ke wilayah tersebut mencapai USD366,21 juta pada Januari-Mei 2020, melonjak 72,15% dibandingkan periode sama 2019 lalu yang hanya USD212,72 juta.
Surplus neraca perdagangan ini menujukkan bahwa dalam rentang waktu tertentu nilai total ekspor Indonesia lebih besar ketimpang impor. Sementara defisit memperlihatkan nilai impor lebih tinggi ketimbang ekspor.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan kinerja ekspor sepanjang Januari-Juni 2020 mencapai USD76,4 miliar sedangkan impor hanya USD70,9 miliar, sehingga diperolehlah surplus USD5,5 miliar.
Pada sektor perdagangan Migas mengalami defisit sebesar USD 3,5 miliar . Sebab, ekspor Migas hanya mencapai USD 3,9 miliar dolar AS sedangkan impor tembus hingga USD 7,5 miliar.Namun, di sektor nonmigas mampu mencatatkan surplus USD 9,05 miliar. Di mana ekspor nonmigas mencapai USD 72,4 miliar sementara impor lebih rendah yakni USD 63,9 miliar.
Pangsa ekspor terbesar masih ke Cina yakni 17,7% dengan nilai mencapai USD 12,83 miliar. Diikuti Amerika Serikat sebesar USD 8,59 miliar dan Jepang USD 6,29 miliar.
Salah satu komoditas ekspor yang mencatatkan kenaikan cukup besar adalah produk-produk hasil pertanian. “Untuk ekspor pertanian, selama Januari-Mei 2020 pertumbuhannya cukup mengembirakan sebesar 5,63% yang disebabkan oleh meningkatnya ekspor buah-buahan tahunan,”ujar Suhariyanto.
Dari komoditas buah-buahan, data yang disampaikan Karantina Pertanian Belawan Medan, Kementerian Pertanian, mencatat ekspor durian asal Sumatera Utara sebanyak 441,1 ton di tengah pandemi virus Corona atau sampai Semester I 2020.
Kepala Karantina Belawan Hasrul mengatakan memang ada peningkatan ekspor durian di tengah pandemi corona saat ini. Tahun lalu saja, ekspor durian dari Sumut mencapai 521,6 ton. Artinya hingga semester pertama tahun ini saja ekspor Durian dari Sumut sudah mencapai 84% dari totoal ekspor tahun lalu.
Dua negara utama yang jadi pasar ekspor Durian Sumut adalah China dan Malaysia. Rinciannya, China mengimpor durian asal Sumut sebanyak 249,2 ton dengan total sertifikasi dokumen karantina sebanyak 19 kali. Sementara, Malaysia mengimpor sebanyak 190,9 ton dengan 13 kali sertifikasi dokumen karantina.
Duta Besar Republik Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan, Indonesia berpeluang besar menjadi negara eksportir utama buah durian ke Asia Timur. Potensi nilai pasar yang bisa diraih tidak main-main, bisa mencapai USD2 miliar per tahun. nilai sebsar itu setara dengan ekspor produk kayu Indonesia ke China.
Perlu diketahui ekspor Durian dari Sumut ini bukan berbentuk buah gelondongan. Durian yang diekspor ini sudah berbentuk beku (pasta), yang dikemas dalam plastik yang kedap udara dan disimpan dengan suhu minus 15 hingga minus 20 derajat celcius agar kualitas durian tetap baik dan aman dikonsumsi.
Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengungkapkan, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara lain dalam komoditas ekspor buah tropis. Contohnya perkebunan buah durian yang diyakini bisa melejitkan ekspor Indonesia.
Merambah Enam Benua
Pasalnya, durian ini tidak bisa diproduksi di semua negara. Saat menjadi Menteri BUMN, Dahlan menceritakan pernah membuat proyek perkebunan durian 5.000 hektare dan perkebunan pisang 5.000 hektare. Tapi tiga tahun kemudian program tersebut gagal dan investor mengambil alih perkebunan tersebut.
Ke depan menurutya, durian bisa menjadi andalan komoditas ekspor Indonesia, khsusnya ke China. Sebab, Negeri Panda ini merupakan penikmat durian terbesar di dunia. Saat ini China hanya mengandalkan Thailand untuk memasok buah berduri itu ke negeri mereka.
Produk pertanian Indonesia lainya yang juga disenangi pasar ekspor adalah kelapa. Banyak yang belum mengetahui bahwa seluruh bagian dari kelapa dapat diekspor. Seperti yang disampaikan Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, hampir seluruh bagian dari kelapa sudah bisa diekspor.
Mulai dari daging kelapa, air kelapa, tempurung kelapa, sabut kelapa, bahkan kini sampai batang kelapa juga dimanati pasar ekspor. Badan Karantina Pertanian (Barantan) mencatat setidaknya ada 13 ragam komoditas turunan kelapa dari Indonesia yang laris di pasar global.
Ali Jamil menjelaskan, berdasarkan data dari sistem fasilitasi sertifikasi ekspor, produk olahan ekspor kelapa selama periode Januari–Mei 2020 mencapai 463,5 ribu ton. Puluhan negara yang tersebar di 6 benua tercatat menjadi pasar tujuan eskpor dari produk ini.
Sebenarnya selain Indonesia, ada 4 negara lain penghasil olahan kelapa terbesar di dunia. Yakni Filipina, India, Brazil dan Srilangka. Nah saat ini, dari catatan Barantan sepanjang 2020, India telah mengimpor olahan kelapa dari Indonesia sebanyak 59,3 ribu ton. Brazil juga demikian, jumlahnya mencapai 1,2 ribu ton.
Diikuti Srilangka yang impor 169,6 ribu ton olahan kelapa dari Indonesia, dan Filipina sebanyak 65,5 ribu ton. Hal ini dapat diartikan bahwa produk kelapa dari Indonesia telah menduduki posisi nomor satu di dunia.
Salah satu pelabuhan ekspor dengan permintaan sertifikasi ekspor kelapa yang terus mengalami peningkatan adalah Batam. Kepala Karantina Pertanian Batam, Joni Anwar mengungkapkan, pada caturwulan pertama 2020, tercatat ekspor daging kelapa putih sebanyak 74 kali dengan total 1.500 ton dengan nominal Rp 18 miliar. Dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang hanya sebanyak 750 ton.
Meningkatnya volume ekspor dari kelapa juga dinimati di tingkat produsennya. Faktanya, , harga jual kelapa pada 2020 meningkat 63.3% dibandingkan tahun lalu. Saat ini harga kelapa rata-rata mencapai p 12.600 per kg. Sementara di 2019 harga hanya Rp 7.700 per Kg. Harapannya, ini menjadi angin segar bagi pelaku industri kelapa termasuk para petani kelapa.
Selain produk pertanian, produk lainnya yang tidak disangka-sangka melonjak ekspornya saat pandemi adalah furniture.Data yang disampaikan oleh Global Trade Atlas 2020 menunjukkan ekspor furnitur Indonesia ke Amerika selama periode Januari-Mei 2020 berhasil mencapai USD582,11 juta.Nilai ekspor ini melonjak 51,3% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD384,82 juta.
Kepala Indonesia Trade Promotion Center Los Angeles Bayu Nugroho menyatakan peningkatan tersebut merupakan kabar baik, khuusnya kepada pelaku UMKM di sektor furniture.
Bayu mengatakan, furniture buatan Indonesia memang mendapatkan banyak permintaan di Amerika, khususnya di kawasan Pantai Barat. Ekspor furniture Indonesia ke wilayah tersebut mencapai USD366,21 juta pada Januari-Mei 2020, melonjak 72,15% dibandingkan periode sama 2019 lalu yang hanya USD212,72 juta.
(eko)