Hilirisasi Produk Berbasis Alam Dorong Daya Saing Daerah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Transformasi ekonomi melalui hilirisasi komoditas dipercaya dapat mendorong daya saing nasional. Hilirisasi komoditas secara berkelanjutan dinilai akan mendukung keseimbangan, inklusi sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan dan berkontribusi terhadap Indeks Daya Saing Daerah Berkelanjutan.
Dalam upaya mendorong transformasi tersebut, pemerintah daerah melalui Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mendorong sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terlibat dalam program hilirisasi komoditas dan berperan serta dalam rantai pasok pengadaan barang dan jasa.
"Upaya yang sudah dilakukan di antaranya menginisiasi pembentukan ekosistem pendukung UMKM agar lebih lestari dalam bentuk tiga sentra, yakni Sentra Inkubasi Lestari, Sentra Inovasi Lestari, dan Sentra Produksi Lestari," ujar Koordinator Bisnis Lestari LTKL Oke Fifi, dalam Diskusi Temu Bisnis Pasar Lestari, di Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Ketiga sentra ini menjalankan beberapa program penguatan UMKM di daerah, seperti meningkatkan kapasitas pelaku UMKM, menyediakan data dan informasi, serta membantu akses pasar bagi produk UMKM, baik pasar/business to business (B2B) maupun business to consumer (B2C). Dengan begitu, UMKM dapat berkontribusi meningkatkan IDSDB bagi daerahnya.
Fifi menambahkan, ketiga sentra ini telah menghasilkan produk ramah lingkungan dan ramah sosial bernama Albugo di Kabupaten Siak, Riau. Produk ini menjadi solusi atas kebakaran hutan yang terjadi pada 2017 silam dengan menciptakan produk hilir dari ikan gabus yang dibudidayakan di kanal-kanal gambut. Albugo merupakan produk dari PT Alam Siak Lestari, perusahaan masyarakat. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari masyarakat dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dayun Mandiri.
Sama halnya Kabupaten Siak, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, juga bersiap menyambut peluang pembangunan lestari yang lebih inklusif dan ramah lingkungan. Kabupaten Sigi mendorong komoditas unggulan seperti kakao, bambu, dan daun kelor sebagai produk hilirisasi untuk meningkatkan daya saing daerah.
Pemerintah Kabupaten Sigi bersama Cocoa Sustainability Partnership (CSP), PisAgro dan LTKL memberikan contoh nyata melalui portofolio investasi berbasis yurisdiksi dengan mengembangkan dan memperkuat komoditas kakao. Sigi saat ini sedang mengembangkan komoditas kakao baik dari sisi hulu maupun hilir.
Dari sisi hilir proses pengembangan melibatkan serangkaian proses seperti menciptakan pusat inovasi, produksi dan inkubasi, serta kolaborasi multi pihak. Termasuk peran pemerintah daerah sebagai regulator dan penetapan Peraturan Daerah Sigi Hijau sebagai payung utama untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan.
Sementara di sisi hilir, Sigi mengembangkan produk hilir kakao dengan bermitra dengan badan usaha untuk menyediakan infrastruktur dan sumber daya bersama bagi produsen cokelat UMKM lokal, sehingga mendorong pertumbuhan mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada anggaran pemerintah.
"Kabupaten LTKL dan pemangku kepentingan menggunakan pendekatan yurisdiksi melalui insentif untuk solusi berbasis alam. Sebagai contoh, upaya konservasi Kabupaten Sigi menggunakan komoditas alam seperti kakao dan bambu sebagai komoditas berbasis alam untuk menjaga dan melestarikan hutannya," kata Deputy Partnership and Communication LTKL Evi Ratnasari.
Evi menjelaskan, skema investasi ini penting diterapkan lantaran hampir 75% kawasan Sigi merupakan hutan. Dengan begitu, upaya konservasi alam juga dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi masyarakat. Dalam rangka mensosialisasikan upaya tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Sigi akan menyelenggarakan Festival Lestari pada 23-25 Juni mendatang. Salah satu mata acara utama yang strategis dalam festival ini adalah kegiatan Investment Forum Cagar Biosfer yang melibatkan beberapa kabupaten di Sulawesi Tengah.
Dalam upaya mendorong transformasi tersebut, pemerintah daerah melalui Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mendorong sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terlibat dalam program hilirisasi komoditas dan berperan serta dalam rantai pasok pengadaan barang dan jasa.
"Upaya yang sudah dilakukan di antaranya menginisiasi pembentukan ekosistem pendukung UMKM agar lebih lestari dalam bentuk tiga sentra, yakni Sentra Inkubasi Lestari, Sentra Inovasi Lestari, dan Sentra Produksi Lestari," ujar Koordinator Bisnis Lestari LTKL Oke Fifi, dalam Diskusi Temu Bisnis Pasar Lestari, di Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Ketiga sentra ini menjalankan beberapa program penguatan UMKM di daerah, seperti meningkatkan kapasitas pelaku UMKM, menyediakan data dan informasi, serta membantu akses pasar bagi produk UMKM, baik pasar/business to business (B2B) maupun business to consumer (B2C). Dengan begitu, UMKM dapat berkontribusi meningkatkan IDSDB bagi daerahnya.
Fifi menambahkan, ketiga sentra ini telah menghasilkan produk ramah lingkungan dan ramah sosial bernama Albugo di Kabupaten Siak, Riau. Produk ini menjadi solusi atas kebakaran hutan yang terjadi pada 2017 silam dengan menciptakan produk hilir dari ikan gabus yang dibudidayakan di kanal-kanal gambut. Albugo merupakan produk dari PT Alam Siak Lestari, perusahaan masyarakat. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari masyarakat dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dayun Mandiri.
Sama halnya Kabupaten Siak, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, juga bersiap menyambut peluang pembangunan lestari yang lebih inklusif dan ramah lingkungan. Kabupaten Sigi mendorong komoditas unggulan seperti kakao, bambu, dan daun kelor sebagai produk hilirisasi untuk meningkatkan daya saing daerah.
Pemerintah Kabupaten Sigi bersama Cocoa Sustainability Partnership (CSP), PisAgro dan LTKL memberikan contoh nyata melalui portofolio investasi berbasis yurisdiksi dengan mengembangkan dan memperkuat komoditas kakao. Sigi saat ini sedang mengembangkan komoditas kakao baik dari sisi hulu maupun hilir.
Dari sisi hilir proses pengembangan melibatkan serangkaian proses seperti menciptakan pusat inovasi, produksi dan inkubasi, serta kolaborasi multi pihak. Termasuk peran pemerintah daerah sebagai regulator dan penetapan Peraturan Daerah Sigi Hijau sebagai payung utama untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan.
Sementara di sisi hilir, Sigi mengembangkan produk hilir kakao dengan bermitra dengan badan usaha untuk menyediakan infrastruktur dan sumber daya bersama bagi produsen cokelat UMKM lokal, sehingga mendorong pertumbuhan mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada anggaran pemerintah.
"Kabupaten LTKL dan pemangku kepentingan menggunakan pendekatan yurisdiksi melalui insentif untuk solusi berbasis alam. Sebagai contoh, upaya konservasi Kabupaten Sigi menggunakan komoditas alam seperti kakao dan bambu sebagai komoditas berbasis alam untuk menjaga dan melestarikan hutannya," kata Deputy Partnership and Communication LTKL Evi Ratnasari.
Evi menjelaskan, skema investasi ini penting diterapkan lantaran hampir 75% kawasan Sigi merupakan hutan. Dengan begitu, upaya konservasi alam juga dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi masyarakat. Dalam rangka mensosialisasikan upaya tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Sigi akan menyelenggarakan Festival Lestari pada 23-25 Juni mendatang. Salah satu mata acara utama yang strategis dalam festival ini adalah kegiatan Investment Forum Cagar Biosfer yang melibatkan beberapa kabupaten di Sulawesi Tengah.
(fjo)