Di Tengah Pandemi Covid-19, Saatnya Industri Sawit Jadi Panglima

Kamis, 23 Juli 2020 - 09:33 WIB
loading...
Di Tengah Pandemi Covid-19,...
Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19, pemerintah perlu serius mengurai segala hambatan yang dihadapi pebisnis sawit. Kontribusi industri sawit yang tidak kecil terhadap total ekspor nonmigas harus jadi pertimbangan pemerintah.

Sepanjang Januari hingga Mei 2020, ekspor CPO dan turunannya tercatat USD7,6 miliar. Berkontribusi terhadap ekspor non migas sebesar 12,5%. Secara nilai, ekspornya meningkat ketimbang dari tahun sebelumnya.

Tentu jumlah tersebut terbilang besar, sehingga wajar jika Hal itu disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono meminta kepada pemerintah kalau ekspor sawit bisa jadi panglima dalam perdagangan luar negeri atau internasional. (Baca: Industri Sawit Tahan Banting di Tengah Pandemi Covid-19)

Dia berharap, pemerintah memprioritaskan penyelesaian atas berbagai hambatan di sektor perdagangan luar negeri. “Seluruh hambatan perdagangan harus menjadi tujuan utama untuk dicarikan solusinya. Misalnya, memperkuat G to G,” papar Joko dalam Webinar yang diadakan Forum Jurnalis Sawit (FJS), bertajuk "Mendongkrak Pasar Domestik dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia”, di Jakarta, kemarin.

Terkait Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang belum tuntas, Joko meminta pemerintah konsisten dalam memperjuangkan sawit Indonesia di kancah internasional. Termasuk dari sisi regulasi terhadap industri sawit dalam negeri, perlu ada kajian. Salah satunya terkait aturan logisitik yakni over dimension over load (ODOL). “No Palm Oil No CEPA, pemerintah sudah benar. Dalam hal ini, perlu konsistensi. Atau aturan ODOL,” tuturnya. (Baca juga: KSAL Resmikan Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Bogor)

Sementara, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengatakan, pasar ekspor produk sawit Indonesia didominasi India, UE, China, Pakistan, Bangladesh, AS, Timur Tengah dan Afrika.

Saat Pandemi Covid-19, kata Derom, permintaan akan minyak sawit dan produk turunannya, boleh dibilang longsor. Seiring penurunan minyak nabati non sawit. Semisal Juni 2020, permintaan minyak sawit di India anjlok hingga 56%. “Kelemahan produk sawit di Indonesia karena promosi dan iklan minim. Beda dengan produk lainnya,” ungkap Derom.

Terkait kebijakan pemerintah mendorong penggunaan biodiesel dari minyak sawit , dirinya optimistis dalam menatap pasar domestik. Namun, semuanya perlu waktu karena harus dikaji secara mendalam dengan melibatkan seluruh stakeholders. “Misalnya D100 yang diakui Pertamina bagus, dan sudah diuji tim ITB, kabar bagus. Namun harus didiskusikan dengan industri terkait,” tuturnya.

Meski permintaan dunia melemah karena pandemi Covid-19, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan masih optimistis akan pulihnya ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan produk turunannya. “Namun Kita perlu mewaspadai tren penurunan pangsa ekspor sawit Indonesia yang terjadi dalam 3 tahun belakangan ini,” tutur Kasan. (Baca juga: Tembak Mati Polisi, Geng Bersenjata Nigeria Culik 4 Pekerja China)

Menurut dia, total ekspor bulanan CPO dan produk turunannya, tercatat anjlok semenjak merebaknya Pandemi Covid-19. Apalagi bila dibandingkan Desember 2019, nilai ekspor minyak sawit dan turunannya mencapai USD15,98 miliar, atau 53,5% pangsa pasar dunia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1995 seconds (0.1#10.140)