Perang AS Vs China Merembet ke AI, Dipicu Soal Robot Pembunuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) akan menerapkan peraturan baru dengan membatasi investasi China yang terlibat dalam sektor-sektor canggih seperti semikonduktor lanjutan, kecerdasan buatan (AI), dan komputasi kuantum. Mengutip Gizmochina, aturan baru tersebut bertujuan untuk mengendalikan teknologi dan kecerdasan buatan China.
Pejabat Departemen Keuangan yang bertanggung jawab atas keamanan investasi AS Paul Rosen mengatakan masalah pembatasan investasi China ke AS telah dikaji. Sektor-sektor tersebut mencakup semikonduktor lanjutan, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum.
Dia mengatakan bahwa pejabat-pejabat sedang aktif bekerja untuk menerapkan langkah-langkah membatasi investasi tersebut. Fokus utama adalah pada sektor-sektor dan subsektor-sektor seperti semikonduktor lanjutan, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum. Kekhawatiran terletak pada kecerdasan buatan atau sistem robotik militer China dan implikasi potensial dari memberikan akses tanpa batas terhadap teknologi canggih ini.
Terkait itu, CEO raksasa teknologi Amerika Nvidia sedang merencanakan perjalanan ke China untuk bertemu dengan eksekutif level tinggi. Menurut sumber yang tidak disebutkan, Jensen Huang, CEO Nvidia, dikabarkan berniat mengunjungi China pada Juni untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Nvidia telah menjadi pemain kunci dalam bidang kecerdasan buatan global. Namun, lanskap geopolitik telah menyajikan kompleksitas bagi operasi perusahaan di China. Sanksi AS bahkan telah membatasi Nvidia untuk menjual chipset kecerdasan buatan lanjutan mereka kepada China, termasuk perusahaan-perusahaan besar seperti Tencent dan ByteDance.
Huang pun berencana untuk bertemu dengan eksekutif dari perusahaan-perusahaan terkenal seperti Tencent Holdings, salah satu perusahaan gaming terbesar di dunia dan ByteDance sebagai perusahaan induk TikTok.
Perang dagang antara AS dan China berdampak global karena negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan bergabung dengan AS dalam memberlakukan sanksi. Menteri Perdagangan China Wang Wentao baru-baru ini meminta Jepang untuk menghentikan pembatasan ekspor pada industri manufaktur chip di China dengan menekankan perlunya perubahan kebijakan.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China, Shu Jueting mengatakan bahwa China dengan tegas menyatakan keberatan dan tekad untuk memberikan respons jika AS memberlakukan pembatasan pada investasi perusahaan-perusahaan China di industri semikonduktor.
Shu menegaskan tindakan yang diambil AS untuk membatasi ekspor teknologi ke China tidak hanya akan mengganggu operasi perusahaan, tetapi juga merusak integritas tata ekonomi dan perdagangan internasional.
Pejabat Departemen Keuangan yang bertanggung jawab atas keamanan investasi AS Paul Rosen mengatakan masalah pembatasan investasi China ke AS telah dikaji. Sektor-sektor tersebut mencakup semikonduktor lanjutan, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum.
Dia mengatakan bahwa pejabat-pejabat sedang aktif bekerja untuk menerapkan langkah-langkah membatasi investasi tersebut. Fokus utama adalah pada sektor-sektor dan subsektor-sektor seperti semikonduktor lanjutan, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum. Kekhawatiran terletak pada kecerdasan buatan atau sistem robotik militer China dan implikasi potensial dari memberikan akses tanpa batas terhadap teknologi canggih ini.
Terkait itu, CEO raksasa teknologi Amerika Nvidia sedang merencanakan perjalanan ke China untuk bertemu dengan eksekutif level tinggi. Menurut sumber yang tidak disebutkan, Jensen Huang, CEO Nvidia, dikabarkan berniat mengunjungi China pada Juni untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Nvidia telah menjadi pemain kunci dalam bidang kecerdasan buatan global. Namun, lanskap geopolitik telah menyajikan kompleksitas bagi operasi perusahaan di China. Sanksi AS bahkan telah membatasi Nvidia untuk menjual chipset kecerdasan buatan lanjutan mereka kepada China, termasuk perusahaan-perusahaan besar seperti Tencent dan ByteDance.
Huang pun berencana untuk bertemu dengan eksekutif dari perusahaan-perusahaan terkenal seperti Tencent Holdings, salah satu perusahaan gaming terbesar di dunia dan ByteDance sebagai perusahaan induk TikTok.
Perang dagang antara AS dan China berdampak global karena negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan bergabung dengan AS dalam memberlakukan sanksi. Menteri Perdagangan China Wang Wentao baru-baru ini meminta Jepang untuk menghentikan pembatasan ekspor pada industri manufaktur chip di China dengan menekankan perlunya perubahan kebijakan.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China, Shu Jueting mengatakan bahwa China dengan tegas menyatakan keberatan dan tekad untuk memberikan respons jika AS memberlakukan pembatasan pada investasi perusahaan-perusahaan China di industri semikonduktor.
Shu menegaskan tindakan yang diambil AS untuk membatasi ekspor teknologi ke China tidak hanya akan mengganggu operasi perusahaan, tetapi juga merusak integritas tata ekonomi dan perdagangan internasional.
(nng)