Terima Kunjungan Deputi PM Australia, Wapres Dorong Peningkatan Kerja Sama Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menerima Courtesy Call (Kunjungan Kehormatan) Deputi Perdana Menteri (PM) Australia Richard Marles di Istana Wapres, Senin (5/6).
Dalam kesempatan tersebut, Indonesia dan Australia sepakat meningkatkan kerja sama ekonomi . Apalagi, kedua negara telah menandatangani Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang berlaku efektif pada 5 Juli 2020. Wapres menekankan peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara dengan memaksimalkan IA-CEPA.
"Saya berharap kita dapat memaksimalkan implementasi IA-CEPA melalui perluasan akses pasar bagi produk Indonesia, serta peningkatan peluang kerja bagi WNI di Australia," ujar Wapres dalam pernyataan resminya.
Baca Juga: Wapres RI dari Masa ke Masa, Siapa Selanjutnya?
Australia Bureau of Statistics melaporkan investasi Australia di Indonesia pada 2019 mencapai USD 348,27 juta (1.378 proyek) sementara pada 2020 USD 348,55 juta (1.562 proyek). Pada 2021 mengalami penurunan menjadi USD 195,2 juta (1.748 proyek), namun 2022 kembali meningkat sebesar USD 524,4 juta (982 proyek). Berdasarkan laporan tersebut, Wapres berharap investasi dapat diperluas di sektor energi terbarukan.
"Saya senang mencatat bahwa investasi Australia telah meningkat secara signifikan dalam setahun terakhir, khususnya untuk sektor strategis," kata dia.
Labih labjut, ke depan Wapres mendorong investasi di renewable energy dan pembuatan baterai kendaraan listrik dapat terus ditingkatkan guna memanfaatkan sumber daya lithium Australia dan kemampuan cadangan nikel Indonesia yang besar.
Sementara, Richard Marles menyampaikan bahwa meskipun investasi dan perdagangan kedua negara sudah baik, namun masih banyak yang harus dilakukan.
"Anda benar Yang Mulia, kita memiliki kesamaan dalam sumber daya alam nikel dan lithium. Mungkin ada kerja sama yang bisa kita lakukan ke depan," tuturnya. "Hubungan Indonesia-Australia sangat penting. Indonesia adalah negara yang juga memiliki populasi yang besar. Fokus kami adalah bagaimana memaksimalkan berbagai kerja sama kedua negara," imbuhnya.
Sebagai informasi, IA-CEPA menjadi highlight kerja sama ekonomi Indonesia dan Australia sejak berlaku 5 Juli 2020 lalu. Beberapa poin yang dimasukkan dalam IA-CEPA ini di antaranya, komitmen penghapusan tarif untuk produk Indonesia yang masuk ke Australia serta penurunan tarif untuk produk Australia yang masuk ke pasar Indonesia.
Kemudian, komitmen untuk membantu meningkatkan investasi dua arah, capacity building untuk sumber daya manusia, jasa keuangan, serta konsep economic powerhouse yang menguntungkan kedua negara; serta konsep economic powerhouse memungkinkan Indonesia-Australia untuk memanfaatkan keunggulan masing-masing (bahan baku berkualitas Australia dengan industri pengolahan Indonesia) untuk menghasilkan produk unggulan yang dapat diekspor ke negara ketiga dan berkontribusi terhadap global value chain.
Dalam kesempatan tersebut, Indonesia dan Australia sepakat meningkatkan kerja sama ekonomi . Apalagi, kedua negara telah menandatangani Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang berlaku efektif pada 5 Juli 2020. Wapres menekankan peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara dengan memaksimalkan IA-CEPA.
"Saya berharap kita dapat memaksimalkan implementasi IA-CEPA melalui perluasan akses pasar bagi produk Indonesia, serta peningkatan peluang kerja bagi WNI di Australia," ujar Wapres dalam pernyataan resminya.
Baca Juga: Wapres RI dari Masa ke Masa, Siapa Selanjutnya?
Australia Bureau of Statistics melaporkan investasi Australia di Indonesia pada 2019 mencapai USD 348,27 juta (1.378 proyek) sementara pada 2020 USD 348,55 juta (1.562 proyek). Pada 2021 mengalami penurunan menjadi USD 195,2 juta (1.748 proyek), namun 2022 kembali meningkat sebesar USD 524,4 juta (982 proyek). Berdasarkan laporan tersebut, Wapres berharap investasi dapat diperluas di sektor energi terbarukan.
"Saya senang mencatat bahwa investasi Australia telah meningkat secara signifikan dalam setahun terakhir, khususnya untuk sektor strategis," kata dia.
Labih labjut, ke depan Wapres mendorong investasi di renewable energy dan pembuatan baterai kendaraan listrik dapat terus ditingkatkan guna memanfaatkan sumber daya lithium Australia dan kemampuan cadangan nikel Indonesia yang besar.
Sementara, Richard Marles menyampaikan bahwa meskipun investasi dan perdagangan kedua negara sudah baik, namun masih banyak yang harus dilakukan.
"Anda benar Yang Mulia, kita memiliki kesamaan dalam sumber daya alam nikel dan lithium. Mungkin ada kerja sama yang bisa kita lakukan ke depan," tuturnya. "Hubungan Indonesia-Australia sangat penting. Indonesia adalah negara yang juga memiliki populasi yang besar. Fokus kami adalah bagaimana memaksimalkan berbagai kerja sama kedua negara," imbuhnya.
Sebagai informasi, IA-CEPA menjadi highlight kerja sama ekonomi Indonesia dan Australia sejak berlaku 5 Juli 2020 lalu. Beberapa poin yang dimasukkan dalam IA-CEPA ini di antaranya, komitmen penghapusan tarif untuk produk Indonesia yang masuk ke Australia serta penurunan tarif untuk produk Australia yang masuk ke pasar Indonesia.
Kemudian, komitmen untuk membantu meningkatkan investasi dua arah, capacity building untuk sumber daya manusia, jasa keuangan, serta konsep economic powerhouse yang menguntungkan kedua negara; serta konsep economic powerhouse memungkinkan Indonesia-Australia untuk memanfaatkan keunggulan masing-masing (bahan baku berkualitas Australia dengan industri pengolahan Indonesia) untuk menghasilkan produk unggulan yang dapat diekspor ke negara ketiga dan berkontribusi terhadap global value chain.
(nng)