Menteri Teten Ingin Koperasi Punya Kemampuan Menego Harga
loading...
A
A
A
BANDAR LAMPUNG - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berharap pelaku usaha anggota koperasi simpan pinjam (KSP) juga bisa bergabung dengan jenis koperasi lain, seperti koperasi produksi, pengolahan, hingga koperasi pemasaran, untuk meningkatkan usahanya.
"Saya ingin ada integrasi antara pembiayaan, produksi, pengolahan, hingga pemasaran, dengan berkoperasi," ucap Teten, saat mengunjungi KSP Kopdit Mekar Sai di Kota Bandarlampung, Sabtu (25/7/2020).
Teten mencontohkan, di sektor pertanian harus dilengkapi dengan industri pengolahan. Jadi, koperasi tidak sekadar memberikan pembiayaan saja terhadap UKM yang menjadi anggotanya.
"Petani yang menjadi anggota Kopdit Mekar Sai, bila sudah besar bisa saja membuat atau bergabung dengan koperasi pertanian," katanya. ( Baca juga:Mentan-Menkop UKM Kumpul-Kumpul Bahas Lagi Korporasi Petani )
Menurut Teten, yang petani butuhkan itu modal kerja, modal investasi, hingga modal talangan. Di sini, koperasi harus bisa menjadi offtaker(pembeli) bagi produk pertanian para petani.
Dia mengakui, pihaknya terus melakukan penataan koperasi di Indonesia sehingga koperasi bisa betul-betul melindungi anggota ketika hasil produk melimpah namun tidak bisa diserap pasar. Misalnya, ketika harga bawang merah jatuh, bisa diolah untuk produk bawang goreng.
"Koperasi juga harus melindungi anggota dari kekuatan pasar terkait fluktuatif harga. Koperasi memiliki bargaining kuat untuk nego harga," tandasnya.
Teten pun menekankan konsolidasi UMKM bisa dijalankan melalui koperasi. Pelaku UMKM membutuhkan pembiayaan yang mudah dan murah.
"Koperasi bukan sekadar lembaga pembiayaan saja melainkan juga lembaga bisnis, sosial, dan pendidikan," lanjutnya.
Untuk itu, dia berharap Kopdit Mekar Sai yang sudah berusia 28 tahun dan memiliki anggota sebanyak 18 ribu orang itu ke depan bisa dikembangkan lagi dengan memasuki sektor lain seperti pertanian, perikanan, peternakan, bahkan pariwisata (wisata alam).
"Karena, idealnya, koperasi itu bukan sekadar menjadi rantai ekonomi dari pelaku usaha besar," tuturnya.
"Saya ingin ada integrasi antara pembiayaan, produksi, pengolahan, hingga pemasaran, dengan berkoperasi," ucap Teten, saat mengunjungi KSP Kopdit Mekar Sai di Kota Bandarlampung, Sabtu (25/7/2020).
Teten mencontohkan, di sektor pertanian harus dilengkapi dengan industri pengolahan. Jadi, koperasi tidak sekadar memberikan pembiayaan saja terhadap UKM yang menjadi anggotanya.
"Petani yang menjadi anggota Kopdit Mekar Sai, bila sudah besar bisa saja membuat atau bergabung dengan koperasi pertanian," katanya. ( Baca juga:Mentan-Menkop UKM Kumpul-Kumpul Bahas Lagi Korporasi Petani )
Menurut Teten, yang petani butuhkan itu modal kerja, modal investasi, hingga modal talangan. Di sini, koperasi harus bisa menjadi offtaker(pembeli) bagi produk pertanian para petani.
Dia mengakui, pihaknya terus melakukan penataan koperasi di Indonesia sehingga koperasi bisa betul-betul melindungi anggota ketika hasil produk melimpah namun tidak bisa diserap pasar. Misalnya, ketika harga bawang merah jatuh, bisa diolah untuk produk bawang goreng.
"Koperasi juga harus melindungi anggota dari kekuatan pasar terkait fluktuatif harga. Koperasi memiliki bargaining kuat untuk nego harga," tandasnya.
Teten pun menekankan konsolidasi UMKM bisa dijalankan melalui koperasi. Pelaku UMKM membutuhkan pembiayaan yang mudah dan murah.
"Koperasi bukan sekadar lembaga pembiayaan saja melainkan juga lembaga bisnis, sosial, dan pendidikan," lanjutnya.
Untuk itu, dia berharap Kopdit Mekar Sai yang sudah berusia 28 tahun dan memiliki anggota sebanyak 18 ribu orang itu ke depan bisa dikembangkan lagi dengan memasuki sektor lain seperti pertanian, perikanan, peternakan, bahkan pariwisata (wisata alam).
"Karena, idealnya, koperasi itu bukan sekadar menjadi rantai ekonomi dari pelaku usaha besar," tuturnya.
(uka)