Kinerja Cemerlang Produsen Semen Merah Putih, Raup Pendapatan Rp9,7 T di 2022
loading...
A
A
A
Secara keseluruhan, total penjualan domestik semen dan klinker di tahun 2022 naik 7,1% menjadi 4,9 juta ton dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 4,57 juta ton. Sedangkan total penjualan dari dua market utama (Indonesia dan Vietnam) di tahun 2022 mencapai 12,4 juta ton atau naik 1% dibandingkan tahun 2021.
Untuk pertumbuhan penjualan ekspor mengalami peningkatan sebesar 4% dari tahun sebelumnya, dari 3,86 juta ton menjadi 4,025 juta ton.
“Pertumbuhan penjualan tersebut didukung antara lain pengembangan produk-produk inovatif seperti water repellent cement, pengembangan jalur distribusi, penambahan distributor semen dimana di beberapa daerah jumlahnya meningkat,” ujarnya.
Dengan kinerja yang bagus ini, Cemindo berhasil menempati peringkat 4 besar dari 8 perusahaan semen terbesar di Tanah Air berdasarkan market share. Tercatat market share Cemindo di tahun 2022 sebesar 6,92% atau naik 0,7% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 6,19%.
Sedangkan untuk posisi 3 besar yakni Semen Indonesia Group+SBI (ex Holcim), Indocement dan Conch total market share tahun 2022 sebesar 84,22%. Dan untuk market share 4 industri semen lainnya sebesar 8,86%.
Kinerja yang gemilang ini menunjukkan, bahwa perusahaan semen dengan kode CMNT ini mampu bertahan dan bertumbuh sepanjang tahun 2022 di tengah permintaan semen di Indonesia yang sedang menurun sebesar 2,9%, dari 65,2 juta ton menjadi 63,3 juta ton. Tak hanya Indonesia, pasar utama Cemindo lainnya, yakni Vietnam juga mengalami stagnan.
Penurunan permintaan semen secara nasional tersebut disebabkan dampak dari perlambatan realisasi sejumlah proyek konstruksi karena pandemi Covid-19. Sementara kenaikan harga jual rata-rata disebabkan oleh melonjaknya harga energi seperti BBM dan batubara.
Terkait kegiatan operasional pada tahun 2022, terjadi kenaikan biaya energi dan pengangkutan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan biaya penjualan dan distribusi meningkat tajam pada 2022 dibanding sebelumnya. Namun hal tersebut bisa teratasi atas keputusan tepat manajemen, yakni dengan mengamankan bahan baku dengan harga yang kompetitif, inovasi produk dan ditambah dengan sedikit kenaikan harga Semen.
Sedangkan margin laba kotor mengalami peningkatan dari 25,65% menjadi 26,05%. "Ini termasuk EBITDA sebesar Rp1.827 miliar pada 2022 berada pada level yang sama dengan tahun 2021," jelas Vince.
Perseroan juga terus memantau pergerakan utang dan mengoptimalkan biaya keuangan. Hasilnya, Perseroan dapat mengurangi beban bunganya dari Rp681 miliar menjadi Rp628 miliar pada 2022. Sedangkan untuk laba komprehensif mengalami kerugian lebih dari Rp550 miliar untuk tahun 2022 akibat rupiah yang terdepresiasi. Pasalnya, utang dalam kurs dollar.
Untuk pertumbuhan penjualan ekspor mengalami peningkatan sebesar 4% dari tahun sebelumnya, dari 3,86 juta ton menjadi 4,025 juta ton.
“Pertumbuhan penjualan tersebut didukung antara lain pengembangan produk-produk inovatif seperti water repellent cement, pengembangan jalur distribusi, penambahan distributor semen dimana di beberapa daerah jumlahnya meningkat,” ujarnya.
Dengan kinerja yang bagus ini, Cemindo berhasil menempati peringkat 4 besar dari 8 perusahaan semen terbesar di Tanah Air berdasarkan market share. Tercatat market share Cemindo di tahun 2022 sebesar 6,92% atau naik 0,7% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 6,19%.
Sedangkan untuk posisi 3 besar yakni Semen Indonesia Group+SBI (ex Holcim), Indocement dan Conch total market share tahun 2022 sebesar 84,22%. Dan untuk market share 4 industri semen lainnya sebesar 8,86%.
Kinerja yang gemilang ini menunjukkan, bahwa perusahaan semen dengan kode CMNT ini mampu bertahan dan bertumbuh sepanjang tahun 2022 di tengah permintaan semen di Indonesia yang sedang menurun sebesar 2,9%, dari 65,2 juta ton menjadi 63,3 juta ton. Tak hanya Indonesia, pasar utama Cemindo lainnya, yakni Vietnam juga mengalami stagnan.
Penurunan permintaan semen secara nasional tersebut disebabkan dampak dari perlambatan realisasi sejumlah proyek konstruksi karena pandemi Covid-19. Sementara kenaikan harga jual rata-rata disebabkan oleh melonjaknya harga energi seperti BBM dan batubara.
Terkait kegiatan operasional pada tahun 2022, terjadi kenaikan biaya energi dan pengangkutan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan biaya penjualan dan distribusi meningkat tajam pada 2022 dibanding sebelumnya. Namun hal tersebut bisa teratasi atas keputusan tepat manajemen, yakni dengan mengamankan bahan baku dengan harga yang kompetitif, inovasi produk dan ditambah dengan sedikit kenaikan harga Semen.
Sedangkan margin laba kotor mengalami peningkatan dari 25,65% menjadi 26,05%. "Ini termasuk EBITDA sebesar Rp1.827 miliar pada 2022 berada pada level yang sama dengan tahun 2021," jelas Vince.
Perseroan juga terus memantau pergerakan utang dan mengoptimalkan biaya keuangan. Hasilnya, Perseroan dapat mengurangi beban bunganya dari Rp681 miliar menjadi Rp628 miliar pada 2022. Sedangkan untuk laba komprehensif mengalami kerugian lebih dari Rp550 miliar untuk tahun 2022 akibat rupiah yang terdepresiasi. Pasalnya, utang dalam kurs dollar.