Disrupsi Pacu Transformasi di Industri Keuangan, Digitalisasi dan Sustainability jadi Kunci
loading...
A
A
A
JAKARTA - Disrupsi mendorong terjadinya transformasi di sektor jasa keuangan dan perbankan . Hal ini membuat pelaku usaha harus mengubah strategi, proses dan model bisnisnya agar tetap dapat bersaing serta meraih peluang baru.
Hadirnya pandemi di awal 2020 memaksa perbankan untuk lebih cepat lagi bertransformasi ke arah digitalisasi. Pasalnya, selama pandemi masyarakat mengalami pembatasan ketat sehingga transaksi keuangan pun banyak dilakukan secara digital.
Kondisi tersebut membuat perusahaan Financial Technology atau Fintech kian dikenal dan berkibar. Hal ini lantaran Fintech menawarkan layanan dan solusi keuangan bagi masyarakat, termasuk kemudahan dalam melakukan pembayaran secara daring (online).
“Sebelum pandemi fintech muncul dan saat pandemi makin melesat, maka perbankan harus mampu mengimbangi jika ingin tetap berada dalam arena kompetisi. Kalau tidak ikut dalam digitalisasi perbankan dan pembayaran maka mereka akan tersingkir,” kata Head of Legal & Corporate Secretary PT Bank DBS Indonesia, Yosea Iskandar, saat peluncuran buku ‘Disrupsi Itu Seru!’ dan pengenalan fitur LiveBetter pada aplikasi digibank by DBS, di Jakarta, pekan lalu.
Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi di seluruh aspek hidup masyarakat. Menurut Yosea, ada tiga hal yang menyebabkan disrupsi yaitu teknologi baru, terjadinya perubahan perilaku konsumen, serta dorongan desakan perubahan regulasi.
“Akibat disrupsi selalu ada hal baru untuk dipelajari oleh pelaku usaha jasa keuangan baik berupa peluang maupun tantangan sehingga menyebabkan adanya kebutuhan untuk beradaptasi dan keharusan untuk melakukan inovasi,” tuturnya.
Dia menegaskan, transformasi melalui adaptasi dan inovasi menjadi hal penting untuk dapat memanfaatkan peluang baru dan menghadapi tantangan yang muncul.
Yosea menyebut dua hal penting untuk diperhatikan dalam transformasi yang terjadi yaitu digitalisasi dan keberlanjutan (sustainability).
“Kita tidak bisa memilih salah satu di antaranya karena keduanya harus berjalan beriringan untuk mencapai satu sinergi yang tepat demi masa depan yang lebih baik bagi semua orang,” tandasnya.
Dia menambahkan, adaptasi dan inovasi membantu industri jasa keuangan untuk meningkatkan efisiensi operasionalnya, mengoptimalkan pengalaman nasabah dan mendukung keuangan berkelanjutan.
“Bank punya peran besar membantu konsumen dan regulator dalam mencapai tujuan menuju keuangan yang berkelanjutan. Penerapan prinsip keuangan berkelanjutan adalah langkah strategis bank dalam memitigasi risiko lingkungan dan memperkuat tanggung jawab sosial perusahaan,” beber Yosea.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Bank DBS Indonesia memperkenalkan fitur LiveBetter pada aplikasi digibank by DBS.
Fitur ini memungkinkan nasabah untuk mendapatkan tips gaya hidup keberlanjutan (sustainable lifestyle) dan berinvestasi pada produk berbasis Environment, Social, and Governance (ESG).
Kehadiran fitur LiveBetter menjadikan digibank by DBS sebagai one-stop digital platform untuk memenuhi kebutuhan transaksi finansial sekaligus memberikan dampak nyata pada lingkungan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, pertumbuhan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia dari 38,03% pada 2019 menjadi 49,68% pada 2022.
Hal itu menunjukkan peningkatan pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai produk dan lembaga jasa keuangan, serta keterampilan mereka dalam menggunakannya.
Di sisi lain, survei Rakuten Insight di 2022 mengungkapkan sekitar 79% responden di Indonesia mengaku bersedia membayar lebih untuk produk berkelanjutan, bahkan sebagian besar responden telah mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan dalam satu tahun terakhir.
Head of Digital Banking PT Bank DBS Indonesia Erline Diani mengatakan, fitur LiveBetter turut mendorong tren positif tersebut.
“Tingkat kepedulian masyarakat terhadap investasi dan isu keberlanjutan semakin tinggi. Akan tetapi, banyak dari mereka belum memiliki pemahaman yang cukup tentang investasi berbasis ESG,” ucapnya.
Dia berharap fitur LiveBetter yang akan tersedia pada aplikasi digibank by DBS mulai dari 8 Juli 2023 dapat membantu nasabah untuk lebih memahami isu keberlanjutan melalui tips dan insights serta mempermudah nasabah untuk mempelajari dan mengelola instrumen investasi hijau yang sesuai dengan profil risiko mereka.
“Melalui fitur LiveBetter ini nasabah dapat dengan mudah menumbuhkan uang sekaligus menjaga bumi pada aplikasi digibank by DBS sesuai dengan prinsip kami ‘Live more, Bank less’,” tuturnya.
Menurut Erline, Bank DBS Indonesia berupaya untuk memberikan dampak lebih dari sekadar layanan perbankan dengan menghadirkan produk-produk yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Adapun fitur LiveBetter ini merupakan wujud dari pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia, yaitu Responsible Banking dan Create Impact Beyond Banking.
Sementara itu, aktris dan aktivis lingkungan Nadine Alexandra turut menceritakan caranya berkontribusi dalam melestarikan lingkungan.
“Baru-baru ini, saya mendampingi BOS Foundation dalam pelepasliaran sejumlah orang utan di Kalimantan, dan itu semakin membuka mata saya akan pentingnya pelestarian habitat hutan dan lingkungan secara keseluruhan,” ungkapnya.
Menurut dia, masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan seharusnya lebih sadar dan mau menerapkan sustainable living.
“Karena penggunaan listrik, konsumsi makanan dan minuman serta penggunaan plastik yang tinggi itu adanya di kota-kota, bukan di desa apalagi di hutan,” tukasnya.
Lebih lanjut, Nadine mengaku senang dengan adanya fitur seperti LiveBetter, di mana masyarakat dapat lebih memahami tentang ESG dan tergerak untuk berkontribusi dalam membawa perubahan.
“Ini memudahkan bagi nasabah awam seperti saya untuk melihat dan memilih produk-produk yang lebih hijau atau sustainable,” pungkasnya.
Hadirnya pandemi di awal 2020 memaksa perbankan untuk lebih cepat lagi bertransformasi ke arah digitalisasi. Pasalnya, selama pandemi masyarakat mengalami pembatasan ketat sehingga transaksi keuangan pun banyak dilakukan secara digital.
Kondisi tersebut membuat perusahaan Financial Technology atau Fintech kian dikenal dan berkibar. Hal ini lantaran Fintech menawarkan layanan dan solusi keuangan bagi masyarakat, termasuk kemudahan dalam melakukan pembayaran secara daring (online).
“Sebelum pandemi fintech muncul dan saat pandemi makin melesat, maka perbankan harus mampu mengimbangi jika ingin tetap berada dalam arena kompetisi. Kalau tidak ikut dalam digitalisasi perbankan dan pembayaran maka mereka akan tersingkir,” kata Head of Legal & Corporate Secretary PT Bank DBS Indonesia, Yosea Iskandar, saat peluncuran buku ‘Disrupsi Itu Seru!’ dan pengenalan fitur LiveBetter pada aplikasi digibank by DBS, di Jakarta, pekan lalu.
Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi di seluruh aspek hidup masyarakat. Menurut Yosea, ada tiga hal yang menyebabkan disrupsi yaitu teknologi baru, terjadinya perubahan perilaku konsumen, serta dorongan desakan perubahan regulasi.
“Akibat disrupsi selalu ada hal baru untuk dipelajari oleh pelaku usaha jasa keuangan baik berupa peluang maupun tantangan sehingga menyebabkan adanya kebutuhan untuk beradaptasi dan keharusan untuk melakukan inovasi,” tuturnya.
Dia menegaskan, transformasi melalui adaptasi dan inovasi menjadi hal penting untuk dapat memanfaatkan peluang baru dan menghadapi tantangan yang muncul.
Yosea menyebut dua hal penting untuk diperhatikan dalam transformasi yang terjadi yaitu digitalisasi dan keberlanjutan (sustainability).
“Kita tidak bisa memilih salah satu di antaranya karena keduanya harus berjalan beriringan untuk mencapai satu sinergi yang tepat demi masa depan yang lebih baik bagi semua orang,” tandasnya.
Dia menambahkan, adaptasi dan inovasi membantu industri jasa keuangan untuk meningkatkan efisiensi operasionalnya, mengoptimalkan pengalaman nasabah dan mendukung keuangan berkelanjutan.
“Bank punya peran besar membantu konsumen dan regulator dalam mencapai tujuan menuju keuangan yang berkelanjutan. Penerapan prinsip keuangan berkelanjutan adalah langkah strategis bank dalam memitigasi risiko lingkungan dan memperkuat tanggung jawab sosial perusahaan,” beber Yosea.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Bank DBS Indonesia memperkenalkan fitur LiveBetter pada aplikasi digibank by DBS.
Fitur ini memungkinkan nasabah untuk mendapatkan tips gaya hidup keberlanjutan (sustainable lifestyle) dan berinvestasi pada produk berbasis Environment, Social, and Governance (ESG).
Kehadiran fitur LiveBetter menjadikan digibank by DBS sebagai one-stop digital platform untuk memenuhi kebutuhan transaksi finansial sekaligus memberikan dampak nyata pada lingkungan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, pertumbuhan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia dari 38,03% pada 2019 menjadi 49,68% pada 2022.
Hal itu menunjukkan peningkatan pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai produk dan lembaga jasa keuangan, serta keterampilan mereka dalam menggunakannya.
Di sisi lain, survei Rakuten Insight di 2022 mengungkapkan sekitar 79% responden di Indonesia mengaku bersedia membayar lebih untuk produk berkelanjutan, bahkan sebagian besar responden telah mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan dalam satu tahun terakhir.
Head of Digital Banking PT Bank DBS Indonesia Erline Diani mengatakan, fitur LiveBetter turut mendorong tren positif tersebut.
“Tingkat kepedulian masyarakat terhadap investasi dan isu keberlanjutan semakin tinggi. Akan tetapi, banyak dari mereka belum memiliki pemahaman yang cukup tentang investasi berbasis ESG,” ucapnya.
Dia berharap fitur LiveBetter yang akan tersedia pada aplikasi digibank by DBS mulai dari 8 Juli 2023 dapat membantu nasabah untuk lebih memahami isu keberlanjutan melalui tips dan insights serta mempermudah nasabah untuk mempelajari dan mengelola instrumen investasi hijau yang sesuai dengan profil risiko mereka.
“Melalui fitur LiveBetter ini nasabah dapat dengan mudah menumbuhkan uang sekaligus menjaga bumi pada aplikasi digibank by DBS sesuai dengan prinsip kami ‘Live more, Bank less’,” tuturnya.
Menurut Erline, Bank DBS Indonesia berupaya untuk memberikan dampak lebih dari sekadar layanan perbankan dengan menghadirkan produk-produk yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Adapun fitur LiveBetter ini merupakan wujud dari pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia, yaitu Responsible Banking dan Create Impact Beyond Banking.
Sementara itu, aktris dan aktivis lingkungan Nadine Alexandra turut menceritakan caranya berkontribusi dalam melestarikan lingkungan.
“Baru-baru ini, saya mendampingi BOS Foundation dalam pelepasliaran sejumlah orang utan di Kalimantan, dan itu semakin membuka mata saya akan pentingnya pelestarian habitat hutan dan lingkungan secara keseluruhan,” ungkapnya.
Menurut dia, masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan seharusnya lebih sadar dan mau menerapkan sustainable living.
“Karena penggunaan listrik, konsumsi makanan dan minuman serta penggunaan plastik yang tinggi itu adanya di kota-kota, bukan di desa apalagi di hutan,” tukasnya.
Lebih lanjut, Nadine mengaku senang dengan adanya fitur seperti LiveBetter, di mana masyarakat dapat lebih memahami tentang ESG dan tergerak untuk berkontribusi dalam membawa perubahan.
“Ini memudahkan bagi nasabah awam seperti saya untuk melihat dan memilih produk-produk yang lebih hijau atau sustainable,” pungkasnya.
(ind)