IMF Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5%, Tapi Ada Syaratnya

Senin, 26 Juni 2023 - 16:22 WIB
loading...
IMF Prediksi Ekonomi...
IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia tahun ini. FOTO/Reuters
A A A
JAKARTA - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF ) dalam laporan terbarunya memproyeksikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5% di 2023. Selain itu, inflasi juga diprediksi akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia (3±1 persen) pada paruh kedua tahun ini.

Dalam laporan tersebut, perekonomian Indonesia sebelumnya disebut telah menunjukkan kinerja kuat pada 2022, tumbuh sebesar 5,3%, didorong oleh pemulihan permintaan domestik dan kinerja ekspor yang solid di tengah harga komoditas internasional yang tinggi.

"Pertumbuhan diproyeksikan sedikit moderat menjadi 5% pada tahun 2023, mengingat pengaturan kebijakan yang lebih ketat dan normalisasi harga komoditas," tulis IMF dalam laporan "IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia", dikutip, Senin (26/6/2023).



Selain itu, neraca transaksi yang didukung oleh tingginya harga komoditas berjalan mencapai 1,0% dari PDB pada tahun 2022, dan diproyeksikan akan berubah menjadi defisit kecil pada tahun 2023. Risiko secara umum seimbang dalam jangka pendek, tetapi lingkungan ekonomi global yang sangat tidak pasti terus mengaburkan prospek tersebut.

Meski demikian, terdapat beberapa catatan penting dari IMF terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia. Direktur Eksekutif IMF mencatat ekonomi Indonesia berkinerja kuat, tekanan inflasi sedang, dan kebijakan ekonomi makro telah dikembalikan dengan tepat ke pengaturan pra-pandemi. Prospek tetap menguntungkan, dan risiko secara umum seimbang, tetapi dengan ketidakpastian yang cukup besar terkait dengan lingkungan eksternal.

IMF mencatat, kebijakan moneter telah diperketat dengan tepat untuk menjaga stabilitas harga. Namun, menekankan perlunya kebijakan moneter untuk bertindak tegas jika inflasi mengalami peningkatan. IMF juga menyambut baik berakhirnya pembelian obligasi pemerintah oleh Bank Indonesia di pasar perdana bank sentral sesuai jadwal.

Selanjutnya, IMF mengatakan pengawasan intensif terhadap sektor keuangan tetap penting untuk dilakukan dalam mengatasi kerentanan terkait suku bunga yang lebih tinggi dan hubungan antar bank berdaulat. IMF sepakat langkah-langkah bantuan peraturan terkait krisis tidak boleh diperpanjang ketika berakhir pada Maret 2024 untuk mengurangi risiko, termasuk risiko pengakuan kerugian yang tertunda.

IMF mengamati bahwa Indonesia memiliki ruang kebijakan yang luas untuk menanggapi guncangan yang merugikan. Mereka sepakat bahwa nilai tukar harus memainkan peran penyerap guncangan, dengan catatan penggunaan intervensi valuta asing mungkin tepat untuk guncangan dan keadaan tertentu.

Selain itu, IMF mencatat strategi diversifikasi Indonesia berfokus pada kegiatan hilir dari komoditas mentahnya, seperti nikel. IMF menyambut baik ambisi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dalam ekspor, menarik investasi asing langsung, dan memfasilitasi alih keterampilan dan teknologi, dan mencatat bahwa kebijakan harus diinformasikan melalui analisis biaya-manfaat lebih lanjut, dan dirancang untuk meminimalkan luapan lintas batas.

"Namun, dalam konteks itu para direktur IMF menghimbau untuk mempertimbangkan penghapusan pembatasan ekspor secara bertahap dan tidak memperluas pembatasan pada komoditas lain," kata dia.



Terakhir, IMF menyambut baik langkah yang diambil Indonesia untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan deforestasi. IMF mencatat reformasi subsidi energi dan penetapan harga karbon sangat penting untuk memfasilitasi transisi hijau, tetapi juga sepakat bahwa transisi perlu dikelola dengan hati-hati dan memobilisasi pembiayaan swasta sangat penting.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Ramalan BI: Ekonomi...
Ramalan BI: Ekonomi RI di 2025 Tumbuh Melambat di Kisaran 4,7-5,5 Persen
3 Tahun Berturut-turut...
3 Tahun Berturut-turut Pertumbuhan Ekonomi Negara Eropa Ini Nol Persen
IMF Pangkas Proyeksi...
IMF Pangkas Proyeksi PDB 3 Negara Ekonomi Utama Asia
Harga Emas Antam Terus...
Harga Emas Antam Terus Cetak Rekor Baru, Diramal Tembus Rp2,3 Juta per Gram
Harga Bitcoin Meroket,...
Harga Bitcoin Meroket, Analis Prediksi Arah Pasar Kripto Pekan Ini
Ketidakpastian Melonjak,...
Ketidakpastian Melonjak, IMF Keluarkan Peringatan Ekonomi Global
Gara-gara Tarif, Pertumbuhan...
Gara-gara Tarif, Pertumbuhan Ekonomi Tetangga Indonesia Ini Bisa 0%
Dihantui Tarif Horor...
Dihantui Tarif 'Horor' Trump, Simak Prediksi IHSG Hari Ini
Trump Kenakan Tarif...
Trump Kenakan Tarif Impor 32% ke Indonesia, Ini yang Dilakukan BI
Rekomendasi
BINUS University Luncurkan...
BINUS University Luncurkan Program Pendidikan Profesi Arsitek, Cek Keunggulannya
AI Jadi Kunci LG untuk...
AI Jadi Kunci LG untuk Menguasai Pasar Peralatan Rumah Tangga di Asia
LMA Suku Irarutu Kaimana...
LMA Suku Irarutu Kaimana Imbau Peserta Seleksi CPNS dan P3K Sabar Tunggu Pengumuman
Berita Terkini
Prudential Dukung Keberlanjutan...
Prudential Dukung Keberlanjutan Lingkungan di Kepulauan Seribu
31 menit yang lalu
Deretan Gedung Pendidikan...
Deretan Gedung Pendidikan Garapan Waskita, Lengkap dengan Nilai Proyeknya
38 menit yang lalu
Genjot Transformasi...
Genjot Transformasi Digital, Anak Usaha Raksasa Telekomunikasi Jerman Perluas Pasar di RI
1 jam yang lalu
LG Batal Bangun Pabrik...
LG Batal Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di RI, Menteri Rosan Ungkap Penggantinya
1 jam yang lalu
Deposito Emas Pegadaian...
Deposito Emas Pegadaian Capai 1 Ton, Direktur Utama Dorong Masyarakat untuk Investasi Aktif
1 jam yang lalu
Realisasi Investasi...
Realisasi Investasi Kuartal I/2025 Capai Rp465,2 Triliun, Rosan: Sesuai Target
2 jam yang lalu
Infografis
5 Anggota NATO Terlemah...
5 Anggota NATO Terlemah di 2025, Ada Negara Paling Aman di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved