Bos Pertamina Trauma Mau Akuisisi Ladang Migas di Luar Negeri, Ada Apa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus hukum yang membelit mantan Direktur Pertamina Pertamina Karen Agustiawan terkait akuisisi ladang minyak dan gas bumi beberapa waktu lalu teryata membuat bos Pertamina yang sekarang, yakni Nicke Widyawati menjadi trauma. Namun supaya akuisisi ladang migas tetap jalan terus, pihaknya mengaku sekarang harus lebih hati-hati dan waspada.
"Insyaallah kita terus lakukan akuisisi dengan penuh kehati-hatian, tapi juga cepat karena kita perlu lakukan tahun ini karena ini waktu yang tepat untuk akuiisi," ujar dia saat diskusi online, di Jakarta, Minggu (26/7/2020).
Baca Juga: Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Didakwa Rugikan Negara Rp568 M
Menurut dia untuk menjamin akuisisi berjalan mulus pihaknya melibatkan Presiden Joko Widodo, pemegang saham yakni Kementerian BUMN dan terus konsultasi dengan jajaran komisaris hingga Kementerian Luar Negeri. "Jadi jangan sampai ada lagi perbedaan pandangan, pemegang saham, lalu Pak Presiden, menteri luar negeri kita semua libatkan," ungkap Nicke.
Dia menjelaskan akuisisi blok migas di luar negeri pernting dilakukan karena cadangan rasio migas di dalam negeri tinggal tujuh tahun saja. Sebab itu, perseroan terus gencar melakukan akuisisi lapangan migas di luar negeri untuk mencukupi kebutuhan energi domestik.
Pihaknya menyebut saat ini produksi minyak Pertamina baru sebesar 420.000 barel per hari (bph) sedangkan dalam kurun waktu sampai 2028 mendatang ditargetkan bisa mencapai 1 juta bph. Dengan demikian, akuisisi tersebut penting untuk mencapa target tersebut. "Sekalian bocoran saja, memang Pertamina sekarang sedang melakukan akuisisi blok migas di luar negeri untuk meningkatkan RTP kita dan cadangan kita," ungkapnya.
Lihat Juga: Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bebas dari Tahanan
Namun begitu, Nicke tidak menyebutkan secara detail ladang migas negara mana yang diakuisi. Tapi yang jelas, akuisisi ditargetkan dilakukan tahun ini. Pasalnya jika tidak segera dilakukan akuisisi, maka cadangan migas akan habis dan operasional perusahaan akan terganggu.
"Jadi dengan akuisisi ini langsungn harapannya langsung meningkatkan cadangan dan produksi. Bayangkan saja kalau nggak melakukan atau menemukan cadangan baru atau tidak akuisisi perusahaan migas dengan cadangan besar maka dalam tujuh tahun cadangan ini akan habis," ujarnya.
"Insyaallah kita terus lakukan akuisisi dengan penuh kehati-hatian, tapi juga cepat karena kita perlu lakukan tahun ini karena ini waktu yang tepat untuk akuiisi," ujar dia saat diskusi online, di Jakarta, Minggu (26/7/2020).
Baca Juga: Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Didakwa Rugikan Negara Rp568 M
Menurut dia untuk menjamin akuisisi berjalan mulus pihaknya melibatkan Presiden Joko Widodo, pemegang saham yakni Kementerian BUMN dan terus konsultasi dengan jajaran komisaris hingga Kementerian Luar Negeri. "Jadi jangan sampai ada lagi perbedaan pandangan, pemegang saham, lalu Pak Presiden, menteri luar negeri kita semua libatkan," ungkap Nicke.
Dia menjelaskan akuisisi blok migas di luar negeri pernting dilakukan karena cadangan rasio migas di dalam negeri tinggal tujuh tahun saja. Sebab itu, perseroan terus gencar melakukan akuisisi lapangan migas di luar negeri untuk mencukupi kebutuhan energi domestik.
Pihaknya menyebut saat ini produksi minyak Pertamina baru sebesar 420.000 barel per hari (bph) sedangkan dalam kurun waktu sampai 2028 mendatang ditargetkan bisa mencapai 1 juta bph. Dengan demikian, akuisisi tersebut penting untuk mencapa target tersebut. "Sekalian bocoran saja, memang Pertamina sekarang sedang melakukan akuisisi blok migas di luar negeri untuk meningkatkan RTP kita dan cadangan kita," ungkapnya.
Lihat Juga: Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Bebas dari Tahanan
Namun begitu, Nicke tidak menyebutkan secara detail ladang migas negara mana yang diakuisi. Tapi yang jelas, akuisisi ditargetkan dilakukan tahun ini. Pasalnya jika tidak segera dilakukan akuisisi, maka cadangan migas akan habis dan operasional perusahaan akan terganggu.
"Jadi dengan akuisisi ini langsungn harapannya langsung meningkatkan cadangan dan produksi. Bayangkan saja kalau nggak melakukan atau menemukan cadangan baru atau tidak akuisisi perusahaan migas dengan cadangan besar maka dalam tujuh tahun cadangan ini akan habis," ujarnya.
(nng)