Aplikasikan Teknologi 4.0 di Proses Produksi Air Minum Kemasan

Senin, 27 Juli 2020 - 21:59 WIB
loading...
Aplikasikan Teknologi 4.0 di Proses Produksi Air Minum Kemasan
Aneka inovasi terkait penerapan teknologi berbasis industri 4.0, di antaranya perekayasaan peralatan sistem kendali kadar oksigen terlarut atau dissolve oxygen (DO) secara otomatis dan pemantauan secara real time untuk proses produksi air minum dalam kema
A A A
JAKARTA - Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, BPPI Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sony Sulaksono mengungkapkan unit penelitian dan pengembangan di Kemenperin telah banyak menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat diadopsi oleh industri mamin. Salah satunya yang dihasilkan Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Surabaya.

(Baca Juga: Viral Air Kemasan Tinggi Zat Besi, Ini Penjelasan Badan POM )

Baristand Industri Surabaya telah mampu menciptakan aneka inovasi terkait penerapan teknologi berbasis industri 4.0, di antaranya perekayasaan peralatan sistem kendali kadar oksigen terlarut atau dissolve oxygen (DO) secara otomatis dan pemantauan secara real time untuk proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK) beroksigen (O2).

Kemudian, ada juga e-Water Meter berbasis Long Range (LoRa) dan teknologi fermentasi teh kombucha otomatis yang juga dilengkapi dengan warning system. “Semua inovasi tersebut telah terbukti memenuhi standar dan telah melalui pengujian yang cermat, sehingga bisa dapat dimanfaatkan oleh industri, terutama industri mamin,” ungkap Sony di Jakarta, Senin (27/7/2020).

Sementara itu, Kepala Baristand Industri Surabaya Aan Eddy Antana menyampaikan, inovasi-inovasi tersebut muncul untuk menjawab permasalahan-permasalahan di bidang industri.

(Baca Juga: Produk Air Minum dalam Kemasan Dipastikan Kemenperin Sesuai SNI )

Aan menjelaskan, upaya menciptakan perekayasaan peralatan sistem kendali kadar oksigen terlarut atau dissolve oxygen (DO) lahir dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat kegagalan produk AMDK beroksigen dalam memenuhi standar SNI AMDK, khususnya parameter kandungan O2 terlarut pada produk. Penyebabnya adalah kurangnya kemampuan perusahaan dalam melakukan monitoring dan kontrol kandungan O2 terlarut secara konsisten dan real time.

“Baristand Industri Surabaya menjalankan fungsi sebagai problem solver bagi dunia industri dengan menawarkan teknologi penelitian pengembangan dan rekayasa (litbangyasa) terbaru,” kata Aan.

Semua inovasi ini, dilakukan untuk terus memacu peningkatan daya saing manufaktur, terutama yang menjadi prioritas pengembangan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satunya adalah industri makanan dan minuman (mamin), sektor yang konsisten memberikan kontribusi positif pada kelompok manufaktur sehingga perlu terus didorong produktivitasnya melalui penerapan teknologi industri 4.0.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1680 seconds (0.1#10.140)