Jualan BBM, Ahok: Terus Terang Pertamina Hanya Ambil Untung Tipis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama mengaku, keuntungan yang diperoleh Pertamina dari penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terbilang kecil. Menurutnya keuntungan yang diperoleh Pertamina paling tipis, jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan kompetitor, seperti Shell, Vivo, dan perusahaan swasta di pasar retail BBM Indonesia.
Lelaki yang akrab dipanggil Ahok itu menilai sebab utama keuntungan tipis yang diperoleh Pertamina lantaran pemerintah memilih tidak menaikan harga BBM bersubsidi, manakalah harga minyak mentah dunia melambung tinggi.
"Dibandingkan dengan swasta, mereka naikan, kita gak naikan, kita terus terang jual minyak di SPBU itu ambil untung paling tipis," ujar Ahok saat ditemui wartawan, Selasa (18/7).
BUMN minyak dan gas bumi (migas) itu memang berhasil membukukan pencapaian laba bersih tertinggi sepanjang berdirinya perseroan. Dari laporan konsolidasi 2022, laba bersih perusahaan mencapai USD3,81 miliar atau setara Rp56,6 triliun.
Angka tersebut naik 86% dibanding tahun buku 2021 yakni berada di posisi USD2,05 miliar atau Rp29,3 triliun. Ahok mengatakan, keuntungan Pertamina lantaran adanya optimalisasi biaya.
"Pertamina untung karena optimalisasi biaya sebetulnya. Kita kan jual minyak, orang suka salah paham soal subsidi, ini supaya masyarakat paham, kita ditentukan Rp1.100. Kalau minyak lagi tinggi, pemerintah tidak naikan minyak," katanya.
Lantaran harga BBM subsidi tidak mengalami penyesuaian terhadap dinamika pasar retail minyak dunia, Pertamina pun nombok alias menutupi kerugian dengan menggunakan arus kas perusahaan, yang menyebabkan cash flow perseroan migas ini memerah atau negatif.
Namun begitu, Pertamina mengambil inisiatif dengan melakukan optimalisasi biaya dan penghematan.
"Pertamina itu nombok, satu hari nombok, itu kalau liat arus kas Pertamina itu merah semua, kalau apa yang membuat dia tidak bisa nombok? Itu optimalisasi biaya, penghematan, termasuk revenue enhancement, termasuk cost avoidance," tutur eks Gubernur DKI Jakarta.
Lelaki yang akrab dipanggil Ahok itu menilai sebab utama keuntungan tipis yang diperoleh Pertamina lantaran pemerintah memilih tidak menaikan harga BBM bersubsidi, manakalah harga minyak mentah dunia melambung tinggi.
"Dibandingkan dengan swasta, mereka naikan, kita gak naikan, kita terus terang jual minyak di SPBU itu ambil untung paling tipis," ujar Ahok saat ditemui wartawan, Selasa (18/7).
BUMN minyak dan gas bumi (migas) itu memang berhasil membukukan pencapaian laba bersih tertinggi sepanjang berdirinya perseroan. Dari laporan konsolidasi 2022, laba bersih perusahaan mencapai USD3,81 miliar atau setara Rp56,6 triliun.
Angka tersebut naik 86% dibanding tahun buku 2021 yakni berada di posisi USD2,05 miliar atau Rp29,3 triliun. Ahok mengatakan, keuntungan Pertamina lantaran adanya optimalisasi biaya.
"Pertamina untung karena optimalisasi biaya sebetulnya. Kita kan jual minyak, orang suka salah paham soal subsidi, ini supaya masyarakat paham, kita ditentukan Rp1.100. Kalau minyak lagi tinggi, pemerintah tidak naikan minyak," katanya.
Lantaran harga BBM subsidi tidak mengalami penyesuaian terhadap dinamika pasar retail minyak dunia, Pertamina pun nombok alias menutupi kerugian dengan menggunakan arus kas perusahaan, yang menyebabkan cash flow perseroan migas ini memerah atau negatif.
Namun begitu, Pertamina mengambil inisiatif dengan melakukan optimalisasi biaya dan penghematan.
"Pertamina itu nombok, satu hari nombok, itu kalau liat arus kas Pertamina itu merah semua, kalau apa yang membuat dia tidak bisa nombok? Itu optimalisasi biaya, penghematan, termasuk revenue enhancement, termasuk cost avoidance," tutur eks Gubernur DKI Jakarta.
(akr)