Melawan USD, Rupiah Hari Ini Ditutup Stagnan di Rp15.027
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hari ini ditutup stagnan pada level Rp15.027, setelah sebelumnya ditutup melemah. Pergerakan rupiah disinyalir masih dibayangi sentimen The Fed hingga ekonomi kawasan ASEAN.
Sementara menurut data JISDOR Bank Indonesia (BI), pelemahan masih terjadi pada kurs rupiah pada posisi Rp15.028 per USD. Raihan itu lebih rendah dari sesi sebelumnya, Rp15.026/USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, sinyal tentang lebih banyak dukungan kebijakan di China tidak banyak membantu sentimen yang lemah, dengan ketidakpastian atas rencana Fed untuk tindakan suku bunga di masa depan membuat investor menghindari aset yang digerakkan oleh risiko.
"Bank sentral masih diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu. Tapi apakah itu akan menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini masih harus dilihat, mengingat inflasi AS masih cenderung di atas kisaran target tahunan bank," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (24/7/2023).
Selain itu, Bank of Japan (BoJ) telah memberikan sedikit indikasi bahwa pihaknya berencana untuk memperketat kebijakan ultra-longgarnya dalam waktu dekat dan secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dan langkah-langkah pengendalian kurva imbal hasil Jumat ini.
Pemerintah Jepang mengatakan pada hari ini bahwa inflasi kemungkinan akan melambat lebih lanjut tahun ini, sebelum melambat menjadi sekitar 1,5% tahun depan ketika menghilangkan efek dari faktor-faktor yang terjadi satu kali.
Fokus minggu ini juga pada pertemuan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis, dengan bank akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Dari sentimen domestik, para ekonom memperkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 masih akan bertahan di atas konsensus, yaitu sebesar 5,1%, dimana perkiraan tersebut sejalan dengan hasil produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2023 yang lebih kuat dari perkiraan awal.
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi terus membaik hingga saat ini, karena konsumsi rumah tangga akan terus meningkat di semester kedua 2023 dengan didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilu.
Di samping itu, perkiraan rata-rata inflasi tahun 2023 untuk Indonesia menjadi 3,9% dari sebelumnya 4,1%, dimana hal itu telah mencerminkan inflasi secara ytd yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga ekspektasi terkait inflasi makanan akan relatif stabil.
Selain itu, pertumbuhan di kawasan ASEAN dinilai masih tetap sehat meskipun sedikit terjadi perlambatan, hal tersebut dikarenakan belum adanya dampak positif dari dibukanya kembali China dari pandemic Covid-19. Selain itu perlambatan ekonomi di China sangat berdampak terhadap ekonomi di Kawasan ASEAN.
Dengan melambatnya ekonomi global maka, para ekonom telah memperkirakan beberapa perekonomian ASEAN termasuk Vietnam, Indonesia, dan Filipina akan tumbuh lebih dari 5% di tahun 2023, sementara Thailand dan Malaysia diperkirakan tumbuh di atas 4%.
Dengan adanya sentimen diatas, pergerakan mata uang rupiah besok diprediksi berfluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp15.010 - Rp15.080.
Sementara menurut data JISDOR Bank Indonesia (BI), pelemahan masih terjadi pada kurs rupiah pada posisi Rp15.028 per USD. Raihan itu lebih rendah dari sesi sebelumnya, Rp15.026/USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, sinyal tentang lebih banyak dukungan kebijakan di China tidak banyak membantu sentimen yang lemah, dengan ketidakpastian atas rencana Fed untuk tindakan suku bunga di masa depan membuat investor menghindari aset yang digerakkan oleh risiko.
"Bank sentral masih diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu. Tapi apakah itu akan menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini masih harus dilihat, mengingat inflasi AS masih cenderung di atas kisaran target tahunan bank," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (24/7/2023).
Selain itu, Bank of Japan (BoJ) telah memberikan sedikit indikasi bahwa pihaknya berencana untuk memperketat kebijakan ultra-longgarnya dalam waktu dekat dan secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dan langkah-langkah pengendalian kurva imbal hasil Jumat ini.
Pemerintah Jepang mengatakan pada hari ini bahwa inflasi kemungkinan akan melambat lebih lanjut tahun ini, sebelum melambat menjadi sekitar 1,5% tahun depan ketika menghilangkan efek dari faktor-faktor yang terjadi satu kali.
Fokus minggu ini juga pada pertemuan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis, dengan bank akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Dari sentimen domestik, para ekonom memperkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 masih akan bertahan di atas konsensus, yaitu sebesar 5,1%, dimana perkiraan tersebut sejalan dengan hasil produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2023 yang lebih kuat dari perkiraan awal.
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi terus membaik hingga saat ini, karena konsumsi rumah tangga akan terus meningkat di semester kedua 2023 dengan didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilu.
Di samping itu, perkiraan rata-rata inflasi tahun 2023 untuk Indonesia menjadi 3,9% dari sebelumnya 4,1%, dimana hal itu telah mencerminkan inflasi secara ytd yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga ekspektasi terkait inflasi makanan akan relatif stabil.
Selain itu, pertumbuhan di kawasan ASEAN dinilai masih tetap sehat meskipun sedikit terjadi perlambatan, hal tersebut dikarenakan belum adanya dampak positif dari dibukanya kembali China dari pandemic Covid-19. Selain itu perlambatan ekonomi di China sangat berdampak terhadap ekonomi di Kawasan ASEAN.
Dengan melambatnya ekonomi global maka, para ekonom telah memperkirakan beberapa perekonomian ASEAN termasuk Vietnam, Indonesia, dan Filipina akan tumbuh lebih dari 5% di tahun 2023, sementara Thailand dan Malaysia diperkirakan tumbuh di atas 4%.
Dengan adanya sentimen diatas, pergerakan mata uang rupiah besok diprediksi berfluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp15.010 - Rp15.080.
(akr)