Komitmen ESG di Tiga Pilar Medco Energi untuk Perkuat Bisnis Berkelanjutan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri minyak dan gas (migas) menghelat hajatan besar ditengah membaiknya kondisi ekonomi pascapandemi. Meskipun masih menghadapi beragam tangangan namun, pelaku industri migas menunjukkan optimisme yang kuat. Hal ini lantaran keyakinan bahwa transisi energi untuk memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak serta merta akan menghilangkan penggunaan migas.
Melalui asosianya yakni Indonesian Petroleum Association (IPA), industri migas nasional menggelar Konvensi dan ameran IPA ke-47 tahun 2023 (47th IPA Convex 2023) dengan mengusung tema “Enabling Oil & Gas Investment and Energy Transition for Energy Security” yang berlangsung pada 25-27 Juli 2023, di ICE, BSD City, Tangerang Selatan, Banten.
Dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, perusahaan-perusahaan migas yang ikut serta tampak antusias memaparkan kinerja dan program masa depannya. Salah satunya PT Medco Energi Internasional, Tbk. (MedcoEnergi).
Perusahaan yang didirikan oleh almarhum Arifin Panigoro itu tetap optimistis industri migas nasional akan terus bertumbuh.
Terlebih, laporan Wood Mackenzie edisi Desember dan World Energy Outlook 2022 yang dipublikasikan oleh International Energy Agency, keduanya menunjukkan permintaan minyak dan gas akan tetap tinggi hingga 2050. Sedangkan dari sisi celan energy, MedcoEnergi telah menemukan solusi dalam menekan biaya teknologi ramah lingkungan dalam rangka tansisi energi. Capital Market PT Medco Energi Internasional, Tbk. (MedcoEnergi) Ridho Wahyudi menegaskan, MedcoEnergi memiliki komitmen yang kuat untuk menerapkan dekarbonisasi dalam rangka mencapai emisi nol. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi terkini.
“Kami punya strategi untuk menghadirkan teknologi yang murah. Di antaranya proyek pembangkit Ijen di Jawa Timur dan Sarulla. Kami berpartner dengan Ormat (Orma International, Inc.) perusahaan asal Amerika Serikat,” ujarnya kepada SINDOnews Selasa (25/7/2022).
Dia menegaskan, manajemen MedcoEnergi fokus pada prinsip Environment, Social, Governance (ESG) di tiga pilar bisnisnya, yakni oil and gas, clean power, dan mining. “MedcoEnergi tidak hanya di migas tapi juga clean power dan mining. Komitmen ESG kami diantaranya akan terus mengurangi emisi gas rumah kaca. Kami akan memperkuat gas di portofolio kami, sebagai transition fuel dalam rangka transisi energi,” paparnya.
Tak hanya itu, MedcoEnergi juga akan memperbesar portofolio aset di clean power. Sehingga perusahaan ini akan menjadi low carbon energy producer. “Kami terus mengembangkan pembangkit listrik geothermal, surya dan hidrogen,” ungkap Ridho. Sedangkan di sektor pertambangan, dekarbonisasi juga menjadi komitmen MedcoEnergi dengan target pengurangan emisi gas rumah kaca secara masif dan agresif.
Upaya dan komitmen MedcoEnergi dalam membangun bisnis dengan pertumbuhan berkelanjutan, bertujuan untuk memberikan nilai dan imbal hasil jangka panjang bagi para pemegang saham. Juga berkontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi. “Kami akan tetap fokus pada peningkatan ESG dengan target terukur sesuai strategi perubahan iklim kami dan memperluas portofolio energi terbarukan demi mencapai Net Zero Emissions untuk Cakupan 1 dan 2 pada 2050 dan Cakupan 3 pada 2060,” ucap Ridho.
MedcoEnergi terus melakukan pengembangan usaha dengan fokus terhadap tiga segmen bisnis utama Perseroan yaitu minyak dan gas, ketenagalistrikan yang bersih dan berkelanjutan serta pertambangan tembaga dan emas. Pada bidang minyak dan gas, MedcoEnergi terus melanjutkan proyek-proyek utama, yaitu lapangan Forel dan Bronang di PSC South Natuna Sea Block B, lapangan Suban di PSC Corridor dan pengembangan fase 2 PSC Senoro-Toili. Pengembangan-pengembangan baru tersebut juga didukung dengan perpanjangan kontrak jual beli gas di Blok Natuna dan Blok Corridor yang memperpanjang umur cadangan (reserve life) dan keberlanjutan dari blok-blok tersebut.
Di bidang pertambangan tembaga dan emas, melalui Amman Mineral Nusa Tenggara, MedcoEnergi juga berkomitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dengan mengonversi energi dari pembangkit listrik tenaga batubara 112 MW dan diesel 45 MW menjadi PLTGU berkapasitas 450 MW dengan terminal penyimpanan dan regasifikasi LNG di Teluk Benete. Kapasitas sebesar itu didukung PLTS Sumbawa 26 MWp akan dipakai untuk mendukung kegiatan pertambangan yang nantinya akan meningkat dengan dioperasikannya smelter dan perluasan pabrik konsentrator.
Sementara di ketenagalistrikan, melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia, MedcoEnergi berkomitmen untuk menyediakan energi bersih dan terbarukan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas, geothermal, surya dan mini hidro. Setelah sukses menuntaskan proyek PLTGU Riau 275 MW dan PLTS Sumbawa 26MWp pada tahun 2022, Perseroan melanjutkan pengembangan proyek geothermal 34 MW fase 1 di Blawan-Ijen, Jawa Timur dan pengembangan PLTS 2x25 MWp di Bali sehingga ditargetkan kapasitas terpasang dari energi terbarukan mencapai 26% di tahun 2025 dan 30% di tahun 2030.
Direktur Utama PT Medco Power Indonesia, Eka Satria dikutip dari keterangan resminya mengatakan, sebagai perusahaan energi bersih dan terbarukan terkemuka di Indonesia, Medco Power Indonesia melakukan studi bersama untuk mendukung strategi perubahan iklim. Medco Power Indonesia memperluas portofolio energi terbarukan dan mencapai Net Zero Emissions untuk Scope 1, Scope 2 pada 2050 dan Scope 3 pada tahun 2060, yang sejalan dengan program transisi energi pemerintah.
Medco Power telah menandatangani beberapa perjanjian yang terkait dengan studi bersama terkait implementasi Solar PV untuk Grup MedcoEnergi dan Pusat Data di Batam dengan PT PLN (Persero), kepentingan bersama di area panas bumi di Sumatera dengan MOECO, potensi penerapan teknologi maju pada proyek panas bumi dengan GreenFire Energy. Juga potensi pengembangan nergy n hijau dengan ACWA Power dan nota kesepahaman terkait studi bersama atas solusi nergy listrik hijau untuk kebutuhan pusat data PT Telkom Data Ekosistem (NEUTRADC) di Batam dan kebutuhan listrik di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara.
Komaidi memperkirakan, kedepan MedcoEnergi juga sudah siap dengan visi elektrifikasi dengan mengintegrasikan tiga pilar bisnis yang dimiliki. “Sepertinya Medco sudah melihat trennya sudah kearah sana (elektrifikasi) sehingga maka mereka sudah siap,” paparnya. Hal itu akan memberikan pengaruh positif bagi kinerja perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu.
Kinerja MEdcoEnergi juga diperkirakan semakin baik karena dalam beberapa waktu ke depan saat masa transisi, penggunaan energi fosil masih diperlukan. “Terkait migas, tak melulu soal minyak dan gas. Ada produk turunannya yang bisa digunakan industri petrokimia, dan pupuk, juga industry kendaraan bermotor. Ini akan mempekuat kinerja keuangan MedcoEnergi,” katanya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat membuka IPA Convex 2023 mengatakan, kebutuhan energi yang meningkat juga diiringi dengan tuntutan perbaikan kualitas lingkungan salah satunya dengan menekan emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan operasi produksi migas. Ketahanan energi tidak hanya tentang kepastian pasokan serta keterjangkauannya namun juga harus lebih aman dan berkelanjutan serta rendah emisi karbon.
Menurut Arifin ada beberapa cara untuk memastikan industri hulu migas tetap tumbuh untuk memenuhi kebutuhan sekaligus turut berperan dalam upaya penurunan emisi karbon. Efisiensi penggunaan energi untuk menekan emisi gas rumah kaca dalam kegiatan operasional adalah cara paling mudah yang bisa ditempuh para pelaku usaha. “Selain itu juga ada pengurangan gas buang, mengatur emisi gas metana serta secara paralel meningkatkan penggunaan pembangkit listrik rendah karbon memanfaatkan sumber energi baru terbarukan. Langkah selanjutnya adalah dengan meningkatkan penggunaan gas, menginisiasi penggunaan teknologi yang efisien, dan mengembangkan mobilitas rendah karbon, seperti penggunaan kendaraan listrik, biofuel, LNG," kata Arifin.
Arifin menjelaskan, pengembangan hidrogen juga harus terus didorong. Menurut dia, teknologi hidrogen akan menjawab tantangan industri masa depan yang rendah emisi karbon. Hal ini ditopang oleh kemampuan industri migas yang memiliki pengalaman dan kemampuan mumpuni untuk mengembangkan dan memproduksi hidrogen.
Komisaris Utama MedcoEnergi Yani Y. Panigoro dalam keterangan resminya menegaskan, MedcoEnergi akan terus membuat kemajuan dalam menerapkan kebijakan lingkungan, sosial, dan tata kelola, termasuk Strategi Perubahan Iklim, dan komitmen terhadap net zero serta transisi menuju energi yang berkelanjutan, seiring upaya perseroan membantu mengatasi krisis iklim.
Sementara Direktur & Chief Financial Officer MedcoEnergi Anthony R. Mathias dikutip dalam laporan keuangan perseroan mengungkapkan, pada 2022, kombinasi dari kinerja operasional yang kuat dan harga komoditas yang kondusif menghasilkan EBITDA dan Laba Bersih tertinggi selama dua tahun berturut-turut. EBITDA pada 2022 tercatat sebesar USD1,59 miliar, meningkat dari USD667 juta pada 2021. Sedangkan Laba Bersih mencapai USD531 juta dari sebelumnya USD47 juta.
Sedangkan Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro mengatakan, pada 2022, MedcoEnergi membukukan kinerja keuangan terbaiknya dan mencatatkan banyak pencapaian penting pada aspek operasional, termasuk kenaikan signifikan angka produksi minyak dan gas, yang didorong oleh akuisisi aset Corridor. Serta mulai beroperasinya pembangkit listrik berbahan bakar gas dan energi terbarukan secara komersial.
Pada 2023, manajemen MedcoEnergi optimistis prospek bisnis Perseroan tetap positif. “Kami memperkirakan permintaan ketenagalistrikan akan terus meningkat, didorong oleh proyek-proyek smelter baru dan permintaan Minyak dan Gas yang tetap kuat,” ujarnya. MedcoEnergi juga memperkirakan permintaan tembaga yang tinggi, didorong oleh transisi menuju elektrifikasi ekonomi global. “Prioritas kami tetap pada aspek kesehatan dan keselamatan, ESG, dan kinerja operasional. Kami akan tetap mempertahankan standar kesehatan dan keselamatan kerja tertinggi, melanjutkan pelatihan rutin dan akan menyempurnakan KPI untuk targettarget ESG kami,” tegas Hilmi.
MedcoEnergi berharap meraih tonggak operasional baru pada 2023. Perseroan tengah menyusun perjanjian penjualan gas baru South Natuna Sea Block B dan Corridor untuk memenuhi pasar ekspor dan domestik, serta akan mengoperasikan pengembangan baru di Natuna, yaitu lapangan minyak Forel dan gas Bronang. Perseroan juga akan mengupayakan keputusan investasi final untuk PLTS Bali dan terminal regasifikasi LNG Sumbawa. Perseroan juga akan terus mempertimbangkan divestasi aset kecil yang tidak dioperasikan.
Melalui asosianya yakni Indonesian Petroleum Association (IPA), industri migas nasional menggelar Konvensi dan ameran IPA ke-47 tahun 2023 (47th IPA Convex 2023) dengan mengusung tema “Enabling Oil & Gas Investment and Energy Transition for Energy Security” yang berlangsung pada 25-27 Juli 2023, di ICE, BSD City, Tangerang Selatan, Banten.
Dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, perusahaan-perusahaan migas yang ikut serta tampak antusias memaparkan kinerja dan program masa depannya. Salah satunya PT Medco Energi Internasional, Tbk. (MedcoEnergi).
Perusahaan yang didirikan oleh almarhum Arifin Panigoro itu tetap optimistis industri migas nasional akan terus bertumbuh.
Terlebih, laporan Wood Mackenzie edisi Desember dan World Energy Outlook 2022 yang dipublikasikan oleh International Energy Agency, keduanya menunjukkan permintaan minyak dan gas akan tetap tinggi hingga 2050. Sedangkan dari sisi celan energy, MedcoEnergi telah menemukan solusi dalam menekan biaya teknologi ramah lingkungan dalam rangka tansisi energi. Capital Market PT Medco Energi Internasional, Tbk. (MedcoEnergi) Ridho Wahyudi menegaskan, MedcoEnergi memiliki komitmen yang kuat untuk menerapkan dekarbonisasi dalam rangka mencapai emisi nol. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi terkini.
“Kami punya strategi untuk menghadirkan teknologi yang murah. Di antaranya proyek pembangkit Ijen di Jawa Timur dan Sarulla. Kami berpartner dengan Ormat (Orma International, Inc.) perusahaan asal Amerika Serikat,” ujarnya kepada SINDOnews Selasa (25/7/2022).
Dia menegaskan, manajemen MedcoEnergi fokus pada prinsip Environment, Social, Governance (ESG) di tiga pilar bisnisnya, yakni oil and gas, clean power, dan mining. “MedcoEnergi tidak hanya di migas tapi juga clean power dan mining. Komitmen ESG kami diantaranya akan terus mengurangi emisi gas rumah kaca. Kami akan memperkuat gas di portofolio kami, sebagai transition fuel dalam rangka transisi energi,” paparnya.
Tak hanya itu, MedcoEnergi juga akan memperbesar portofolio aset di clean power. Sehingga perusahaan ini akan menjadi low carbon energy producer. “Kami terus mengembangkan pembangkit listrik geothermal, surya dan hidrogen,” ungkap Ridho. Sedangkan di sektor pertambangan, dekarbonisasi juga menjadi komitmen MedcoEnergi dengan target pengurangan emisi gas rumah kaca secara masif dan agresif.
Upaya dan komitmen MedcoEnergi dalam membangun bisnis dengan pertumbuhan berkelanjutan, bertujuan untuk memberikan nilai dan imbal hasil jangka panjang bagi para pemegang saham. Juga berkontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi. “Kami akan tetap fokus pada peningkatan ESG dengan target terukur sesuai strategi perubahan iklim kami dan memperluas portofolio energi terbarukan demi mencapai Net Zero Emissions untuk Cakupan 1 dan 2 pada 2050 dan Cakupan 3 pada 2060,” ucap Ridho.
MedcoEnergi terus melakukan pengembangan usaha dengan fokus terhadap tiga segmen bisnis utama Perseroan yaitu minyak dan gas, ketenagalistrikan yang bersih dan berkelanjutan serta pertambangan tembaga dan emas. Pada bidang minyak dan gas, MedcoEnergi terus melanjutkan proyek-proyek utama, yaitu lapangan Forel dan Bronang di PSC South Natuna Sea Block B, lapangan Suban di PSC Corridor dan pengembangan fase 2 PSC Senoro-Toili. Pengembangan-pengembangan baru tersebut juga didukung dengan perpanjangan kontrak jual beli gas di Blok Natuna dan Blok Corridor yang memperpanjang umur cadangan (reserve life) dan keberlanjutan dari blok-blok tersebut.
Di bidang pertambangan tembaga dan emas, melalui Amman Mineral Nusa Tenggara, MedcoEnergi juga berkomitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dengan mengonversi energi dari pembangkit listrik tenaga batubara 112 MW dan diesel 45 MW menjadi PLTGU berkapasitas 450 MW dengan terminal penyimpanan dan regasifikasi LNG di Teluk Benete. Kapasitas sebesar itu didukung PLTS Sumbawa 26 MWp akan dipakai untuk mendukung kegiatan pertambangan yang nantinya akan meningkat dengan dioperasikannya smelter dan perluasan pabrik konsentrator.
Sementara di ketenagalistrikan, melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia, MedcoEnergi berkomitmen untuk menyediakan energi bersih dan terbarukan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas, geothermal, surya dan mini hidro. Setelah sukses menuntaskan proyek PLTGU Riau 275 MW dan PLTS Sumbawa 26MWp pada tahun 2022, Perseroan melanjutkan pengembangan proyek geothermal 34 MW fase 1 di Blawan-Ijen, Jawa Timur dan pengembangan PLTS 2x25 MWp di Bali sehingga ditargetkan kapasitas terpasang dari energi terbarukan mencapai 26% di tahun 2025 dan 30% di tahun 2030.
Direktur Utama PT Medco Power Indonesia, Eka Satria dikutip dari keterangan resminya mengatakan, sebagai perusahaan energi bersih dan terbarukan terkemuka di Indonesia, Medco Power Indonesia melakukan studi bersama untuk mendukung strategi perubahan iklim. Medco Power Indonesia memperluas portofolio energi terbarukan dan mencapai Net Zero Emissions untuk Scope 1, Scope 2 pada 2050 dan Scope 3 pada tahun 2060, yang sejalan dengan program transisi energi pemerintah.
Medco Power telah menandatangani beberapa perjanjian yang terkait dengan studi bersama terkait implementasi Solar PV untuk Grup MedcoEnergi dan Pusat Data di Batam dengan PT PLN (Persero), kepentingan bersama di area panas bumi di Sumatera dengan MOECO, potensi penerapan teknologi maju pada proyek panas bumi dengan GreenFire Energy. Juga potensi pengembangan nergy n hijau dengan ACWA Power dan nota kesepahaman terkait studi bersama atas solusi nergy listrik hijau untuk kebutuhan pusat data PT Telkom Data Ekosistem (NEUTRADC) di Batam dan kebutuhan listrik di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara.
Adaptif dan Strategis
Semangat MedcoEnergi dalam memperkuat bisnis berkelanjutan itu dinilai Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menunjukkan perusahaan itu lebih siap, adaptif dalam proses transisi energi. “Langkah strategis yang dilakukan menunjukkan mereka sudah siap. Perfomanya semakin bagus. Medco ini dua langkah lebih cepat inovasinya. Dulu saat belum banyak yang membahas bahan bakar nabati, Medco sudah masuk duluan,” sebutnya.Komaidi memperkirakan, kedepan MedcoEnergi juga sudah siap dengan visi elektrifikasi dengan mengintegrasikan tiga pilar bisnis yang dimiliki. “Sepertinya Medco sudah melihat trennya sudah kearah sana (elektrifikasi) sehingga maka mereka sudah siap,” paparnya. Hal itu akan memberikan pengaruh positif bagi kinerja perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu.
Kinerja MEdcoEnergi juga diperkirakan semakin baik karena dalam beberapa waktu ke depan saat masa transisi, penggunaan energi fosil masih diperlukan. “Terkait migas, tak melulu soal minyak dan gas. Ada produk turunannya yang bisa digunakan industri petrokimia, dan pupuk, juga industry kendaraan bermotor. Ini akan mempekuat kinerja keuangan MedcoEnergi,” katanya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat membuka IPA Convex 2023 mengatakan, kebutuhan energi yang meningkat juga diiringi dengan tuntutan perbaikan kualitas lingkungan salah satunya dengan menekan emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan operasi produksi migas. Ketahanan energi tidak hanya tentang kepastian pasokan serta keterjangkauannya namun juga harus lebih aman dan berkelanjutan serta rendah emisi karbon.
Menurut Arifin ada beberapa cara untuk memastikan industri hulu migas tetap tumbuh untuk memenuhi kebutuhan sekaligus turut berperan dalam upaya penurunan emisi karbon. Efisiensi penggunaan energi untuk menekan emisi gas rumah kaca dalam kegiatan operasional adalah cara paling mudah yang bisa ditempuh para pelaku usaha. “Selain itu juga ada pengurangan gas buang, mengatur emisi gas metana serta secara paralel meningkatkan penggunaan pembangkit listrik rendah karbon memanfaatkan sumber energi baru terbarukan. Langkah selanjutnya adalah dengan meningkatkan penggunaan gas, menginisiasi penggunaan teknologi yang efisien, dan mengembangkan mobilitas rendah karbon, seperti penggunaan kendaraan listrik, biofuel, LNG," kata Arifin.
Arifin menjelaskan, pengembangan hidrogen juga harus terus didorong. Menurut dia, teknologi hidrogen akan menjawab tantangan industri masa depan yang rendah emisi karbon. Hal ini ditopang oleh kemampuan industri migas yang memiliki pengalaman dan kemampuan mumpuni untuk mengembangkan dan memproduksi hidrogen.
Komisaris Utama MedcoEnergi Yani Y. Panigoro dalam keterangan resminya menegaskan, MedcoEnergi akan terus membuat kemajuan dalam menerapkan kebijakan lingkungan, sosial, dan tata kelola, termasuk Strategi Perubahan Iklim, dan komitmen terhadap net zero serta transisi menuju energi yang berkelanjutan, seiring upaya perseroan membantu mengatasi krisis iklim.
Sementara Direktur & Chief Financial Officer MedcoEnergi Anthony R. Mathias dikutip dalam laporan keuangan perseroan mengungkapkan, pada 2022, kombinasi dari kinerja operasional yang kuat dan harga komoditas yang kondusif menghasilkan EBITDA dan Laba Bersih tertinggi selama dua tahun berturut-turut. EBITDA pada 2022 tercatat sebesar USD1,59 miliar, meningkat dari USD667 juta pada 2021. Sedangkan Laba Bersih mencapai USD531 juta dari sebelumnya USD47 juta.
Sedangkan Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro mengatakan, pada 2022, MedcoEnergi membukukan kinerja keuangan terbaiknya dan mencatatkan banyak pencapaian penting pada aspek operasional, termasuk kenaikan signifikan angka produksi minyak dan gas, yang didorong oleh akuisisi aset Corridor. Serta mulai beroperasinya pembangkit listrik berbahan bakar gas dan energi terbarukan secara komersial.
Pada 2023, manajemen MedcoEnergi optimistis prospek bisnis Perseroan tetap positif. “Kami memperkirakan permintaan ketenagalistrikan akan terus meningkat, didorong oleh proyek-proyek smelter baru dan permintaan Minyak dan Gas yang tetap kuat,” ujarnya. MedcoEnergi juga memperkirakan permintaan tembaga yang tinggi, didorong oleh transisi menuju elektrifikasi ekonomi global. “Prioritas kami tetap pada aspek kesehatan dan keselamatan, ESG, dan kinerja operasional. Kami akan tetap mempertahankan standar kesehatan dan keselamatan kerja tertinggi, melanjutkan pelatihan rutin dan akan menyempurnakan KPI untuk targettarget ESG kami,” tegas Hilmi.
MedcoEnergi berharap meraih tonggak operasional baru pada 2023. Perseroan tengah menyusun perjanjian penjualan gas baru South Natuna Sea Block B dan Corridor untuk memenuhi pasar ekspor dan domestik, serta akan mengoperasikan pengembangan baru di Natuna, yaitu lapangan minyak Forel dan gas Bronang. Perseroan juga akan mengupayakan keputusan investasi final untuk PLTS Bali dan terminal regasifikasi LNG Sumbawa. Perseroan juga akan terus mempertimbangkan divestasi aset kecil yang tidak dioperasikan.
(fjo)