Luhut: Hengkang dari OPEC Indonesia Hemat Rp26,8 Miliar/Hari

Senin, 05 Desember 2016 - 17:42 WIB
Luhut: Hengkang dari OPEC Indonesia Hemat Rp26,8 Miliar/Hari
Luhut: Hengkang dari OPEC Indonesia Hemat Rp26,8 Miliar/Hari
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengemukakan, keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan agar Indonesia keluar dari keanggotaan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) adalah langkah tepat. Keputusan ini membuat Indonesia hemat USD2 juta/hari atau Rp26,8 miliar/hari.

Dia menuturkan, keputusan Indonesia keluar dari OPEC adalah yang kedua. Sebelumnya, Indonesia sudah pernah keluar dari OPEC dan kemudian pada tahun lalu Menteri ESDM, yang kala itu masih dijabat Sudirman Said memutuskan untuk masuk kembali.

"Ini untuk yang kedua kalinya (keluar dari OPEC). Kita lihat kalau tidak keluar kita rugi hampir USD2 juta/hari. Jadi keputusan ini kita dapat menghemat," ujarnya di Gedung MNC News Center, Jakarta, Senin (5/12/2016).

Menurut Luhut, keputusan tersebut diambil murni datang dari pemerintah Indonesia. Mengingat, Indonesia saat ini bukan lagi negara pengekspor minyak. Sementara OPEC memutuskan bahwa negara anggota harus memangkas produksi minyaknya.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan, status keanggotaan Indonesia di OPEC hanyalah dibekukan. Jika ke depan dirasa perlu untuk kembali masuk dalam keanggotaan, maka Indonesia bisa masuk kembali.

"Sekarang, ya kita keluar dan kita bekukan sampai waktunya kita masuk lagi," tandasnya.

Sebelumnya, sidang OPEC memutuskan untuk memotong produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari. Indonesia sendiri diminta untuk memotong sekitar 5% dari produksinya yang berarti berjumlah sekitar 37 ribu barel minyak per hari.

Menteri ESDM Ignasius Jonan menilai, keputusan tersebut tidak sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. Atas alasan itu Indonesia memutuskan untuk membekukan sementara keanggotaannya.

"Padahal kebutuhan penerimaan negara masih besar dan pada RAPBN 2017 disepakati produksi minyak turun sebesar 5.000 barel dibandingkan 2016," terang Jonan.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7618 seconds (0.1#10.140)