Tips Menjadi Phoenix Business di Era Disrupsi Digital

Selasa, 28 Juli 2020 - 23:42 WIB
loading...
Tips Menjadi Phoenix...
Dalam menghadapi disrupsi ekonomi digital, bisnis-bisnis harus bisa beradaptasi dan berinovasi untuk survive layaknya burung phoenix, ini tipsnya. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Dalam menghadapi disrupsi ekonomi digital, bisnis-bisnis harus bisa beradaptasi dan berinovasi untuk survive. Head of Apps Oracle Indonesia Iman Muhammad menyebutkan, bahwa bisnis yang bisa survive di tengah disrupsi ini bisa diumpamakan layaknya burung phoenix.

"Itu burung api legendaris dari mitologi Mesir yang bisa hidup hingga ribuan tahun, namun begitu mati, bisa bangkit kembali dan menjadi lebih kuat. Jadi, bisnis harus tahu bagaimana untuk bisa bertahan seperti burung phoenix di era ini?," ujar Iman dalam konferensi virtual di Jakarta, Selasa (28/7/2020).

(Baca Juga: Generasi Pekerja Baru Muncul Saat Lockdown, Cara Lama Ditinggalkan )

Dia menyampaikan, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan perusahaan, khususnya untuk bagian HRD (Human Resources Development). Ketiga aspek itu adalah digital resilience, empathy, dan strong partnership.

"Sekarang kita lihat, bahwa transisi ke lifestyle digital ini bukan hanya soal interaksi yang berubah, tapi juga menggunakan teknologi digital untuk perubahan business environment. Disinilah digital resilience dibutuhkan, perusahaan harus bisa beradaptasi dan mengadopsi teknologi baru dengan mudah dan juga membuat karyawannya merasa terlindungi dengan teknologi," jelas Iman.

Selain itu, menurut dia, perusahaan juga harus mengutamakan empati. Hal ini dilakukan dengan mengutamakan karyawannya. "Put your people first, perusahaan tidak bisa melulu bicara soal revenue, tapi juga empati pada kondisi dan kesejahteraan karyawan perlu diperhatikan," tambah Iman.

(Baca Juga: Kerek Pertumbuhan Ekonomi, Perry Warjiyo Gantungkan Nasib ke Ekosistem Digital )

Sambung dia menambahkan, zaman sekarang sudah menjadi zamannya membeli service. Oleh karena itu, perusahaan tidak perlu melakukan apa-apa serba sendirian.

"Sekarang sudah ada namanya SaaS (Software as a Service), jadi tidak perlu lagi membeli hardware, cukup beli servicenya. Makanya sekarang banyak SaaS, tinggal subscribe saja. Untuk subscribe ini, kita juga perlu partner yang strong, dan juga bagus sepak terjangnya di market. Ini kunci kita bisa maju ke depan menghadapi krisis," pungkas Iman.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1485 seconds (0.1#10.140)