Kinerja Asuransi Jiwa Menurun, Asuransi Umum Masih Lebih Baik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kinerja industri asuransi umum sepanjang tahun 2019 tercatat relatif lebih baik dibanding asuransi jiwa . Bahkan, sejumlah indikator kinerja keuangan menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan.
Hal itu diungkapkan Chairman Infobank Institute Eko B Supriyanto dalam Infobank Talk "INSURTECH: Peluang dan Tantangan Asuransi di Era Digital" di Jakarta, Kamis (30/7/2020). Secara umum, kata Eko, kinerja industri asuransi umum pada 2019 lebih baik ketimbang 2018.
(Baca Juga: Setor Polis 17 Tahun Jadi Korban Gagal Bayar, Nasabah Bumiputera Ngadu ke Dewan)
Hanya saja, imbuh dia, masih ada persoalan lama yang belum teratasi oleh industri ini, yakni besarnya biaya dalam berkompetisi. "Sebelumnya, banyak perusahaan asuransi umum yang tertekan oleh biaya pemasaran akibat kompetisi yang ketat. Apalagi di tengah kondisi perekonomian yang belum bergairah, supaya tidak kehilangan kue pasar, perusahaan-perusahaan asuransi jor-joran memberi komisi," ujar Eko.
Terkait kinerja, Eko memaparkan bahwa berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tahun lalu industri asuransi umum yang diwakili 78 perusahaan meraup pendapatan premi bruto sebesar Rp69,79 triliun. Secara tahunan, angka itu tumbuh 16,29% atau jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan premi bruto pada 2018 yang tercatat 9,80%.
(Baca Juga: Saldo Polis Anjlok, Nasabah Asuransi Meradang)
"Perolehan laba industri asuransi umum pada 2019 tercatat lebih mengembang. Tahun lalu laba sebelum pajak industri ini mencetal laba Rp6,57 triliun, tumbuh 13,31% secara tahunan. Pertumbuhan laba 2019 juga lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan laba 2018 yang sebesar 8,87%," ucapnya.
Namun, lanjut Eko, per Mei 2020 kinerja asuransi umum mengalami penurunan. Dari total 74 asuransi umum, pendapatan premi bruto mengalami minus 6,37% menjadi Rp26,77 triliun dan laba minus 7,51% menjadi hanya Rp2,23 triliun.
Hal itu diungkapkan Chairman Infobank Institute Eko B Supriyanto dalam Infobank Talk "INSURTECH: Peluang dan Tantangan Asuransi di Era Digital" di Jakarta, Kamis (30/7/2020). Secara umum, kata Eko, kinerja industri asuransi umum pada 2019 lebih baik ketimbang 2018.
(Baca Juga: Setor Polis 17 Tahun Jadi Korban Gagal Bayar, Nasabah Bumiputera Ngadu ke Dewan)
Hanya saja, imbuh dia, masih ada persoalan lama yang belum teratasi oleh industri ini, yakni besarnya biaya dalam berkompetisi. "Sebelumnya, banyak perusahaan asuransi umum yang tertekan oleh biaya pemasaran akibat kompetisi yang ketat. Apalagi di tengah kondisi perekonomian yang belum bergairah, supaya tidak kehilangan kue pasar, perusahaan-perusahaan asuransi jor-joran memberi komisi," ujar Eko.
Terkait kinerja, Eko memaparkan bahwa berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tahun lalu industri asuransi umum yang diwakili 78 perusahaan meraup pendapatan premi bruto sebesar Rp69,79 triliun. Secara tahunan, angka itu tumbuh 16,29% atau jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan premi bruto pada 2018 yang tercatat 9,80%.
(Baca Juga: Saldo Polis Anjlok, Nasabah Asuransi Meradang)
"Perolehan laba industri asuransi umum pada 2019 tercatat lebih mengembang. Tahun lalu laba sebelum pajak industri ini mencetal laba Rp6,57 triliun, tumbuh 13,31% secara tahunan. Pertumbuhan laba 2019 juga lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan laba 2018 yang sebesar 8,87%," ucapnya.
Namun, lanjut Eko, per Mei 2020 kinerja asuransi umum mengalami penurunan. Dari total 74 asuransi umum, pendapatan premi bruto mengalami minus 6,37% menjadi Rp26,77 triliun dan laba minus 7,51% menjadi hanya Rp2,23 triliun.
(fai)