DLH Konkep Tegaskan Tidak Ada Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Tambang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) menegaskan bahwa berdasarkan hasil pelaporan dan pantauan di lapangan, belum ada kesan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas usaha pertambangan di Pulau Wawonii.
"Berdasarkan pemantauan kita dan penelahaan hasil laporan setiap semester baik secara administrasi maupun teknis, kondisi di lapangan belum terkesan menimbulkan kerusakan lingkungan," ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Konawe Kepulauan M Rustam Arifin melalui siaran pers, Kamis (31/8/2023).
Rustam memgaku, selama lebih kurang dua tahun menjabat Kadis DLH Kabupaten Konkep, dirinya sudah mendapatkan 3 kali laporan semester penaatan lingkungan juga pantauan langsung. Dia menegaskan, semuanya masih berjalan dengan baik.
"Kita berharap, kondisi seperti itu tetap dipertahankan. Kalaupun ada isu-isu yang menyudutkan, maka akan terjawab sendiri dengan kondisi yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan," tegas dia.
Sementara, terkait isu pemberitaan yang menyebutkan bahwa beberapa hewan khas Pulau Wawonii terancam punah akibat aktivitas pertambangan, Rustam menegaskan bahwa ada beberapa hewan yang memang pernah ada seperti burung Monde atau semacam Maleo yang pernah hidup di Pulau Wawonii.
"Pada era 70 dan 80-an, burung-burung tersebut memang ada. Namun, memasuki era 90-an burung-burung tersebut sudah tidak pernah terlihat lagi," katanya.
Namun, jelas dia, salah satu penyebabnya adalah karena adanya pertumbuhan penduduk dan juga pembukaan lahan. Sejak era 70-an, penyebaran permukiman penduduk menurutnya juga semakin intens, terutama di daerah-daerah pantai yang menjadi area bertelur dan berkembang biak buring-burung tersebut.
"Akibatnya, lambat laun keberadaan burung monde pun hilang. Jadi, jauh sebelum kegiatan pertambangan berjalan. Saya beberapa kali ngobrol dengan warga di daerah Roko-Roko Raya, rerata yang berusia 30-35 tahun, tidak pernah tahu jenis burung itu lagi," jelasnya.
Demikian halnya juga dengan rusa lokal yang oleh masyarakat Wawonii disebut dengan Jonga. Jumlahnya yang dulu lumayan banyak, sekira tahun 80-an, seiring dengan bertambahnya penduduk dan pembukaan lahan, hewan tersebut semakin jarang terlihat. Untuk kasus Jonga, imbuh dia, ada pula perburuan yang membuat populasinya terus berkurang.
"Berdasarkan pemantauan kita dan penelahaan hasil laporan setiap semester baik secara administrasi maupun teknis, kondisi di lapangan belum terkesan menimbulkan kerusakan lingkungan," ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Konawe Kepulauan M Rustam Arifin melalui siaran pers, Kamis (31/8/2023).
Rustam memgaku, selama lebih kurang dua tahun menjabat Kadis DLH Kabupaten Konkep, dirinya sudah mendapatkan 3 kali laporan semester penaatan lingkungan juga pantauan langsung. Dia menegaskan, semuanya masih berjalan dengan baik.
"Kita berharap, kondisi seperti itu tetap dipertahankan. Kalaupun ada isu-isu yang menyudutkan, maka akan terjawab sendiri dengan kondisi yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan," tegas dia.
Sementara, terkait isu pemberitaan yang menyebutkan bahwa beberapa hewan khas Pulau Wawonii terancam punah akibat aktivitas pertambangan, Rustam menegaskan bahwa ada beberapa hewan yang memang pernah ada seperti burung Monde atau semacam Maleo yang pernah hidup di Pulau Wawonii.
"Pada era 70 dan 80-an, burung-burung tersebut memang ada. Namun, memasuki era 90-an burung-burung tersebut sudah tidak pernah terlihat lagi," katanya.
Namun, jelas dia, salah satu penyebabnya adalah karena adanya pertumbuhan penduduk dan juga pembukaan lahan. Sejak era 70-an, penyebaran permukiman penduduk menurutnya juga semakin intens, terutama di daerah-daerah pantai yang menjadi area bertelur dan berkembang biak buring-burung tersebut.
"Akibatnya, lambat laun keberadaan burung monde pun hilang. Jadi, jauh sebelum kegiatan pertambangan berjalan. Saya beberapa kali ngobrol dengan warga di daerah Roko-Roko Raya, rerata yang berusia 30-35 tahun, tidak pernah tahu jenis burung itu lagi," jelasnya.
Demikian halnya juga dengan rusa lokal yang oleh masyarakat Wawonii disebut dengan Jonga. Jumlahnya yang dulu lumayan banyak, sekira tahun 80-an, seiring dengan bertambahnya penduduk dan pembukaan lahan, hewan tersebut semakin jarang terlihat. Untuk kasus Jonga, imbuh dia, ada pula perburuan yang membuat populasinya terus berkurang.