Hilirisasi MIND ID Dongrak Daya Saing RI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia diyakini menjadi game changer dalam ekosistem kendaraan listrik yang menjadi salah satu upaya transisi energi menuju nol emisi yang menjadi kesepakatan global. Hal ini lantaran Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah dan tak dimiliki negara lainnya, salah satunya sumber daya dalam bentuk mineral seperti nikel, tembaga, bauksit, dan lainnya.
Dengan adanya kebijakan hilirisasi komoditas yang dilakukan pemerintah, diyakini tak sekadar memperkuat daya saing ekonomi nasional, tetapi juga memberikan multiplier effect terhadap beragam sektor industri. ‘’Hilirisasi itu penting, karena jangan sampai kita produksi mobil di dalam negeri tapi komponennya impor,” ujar Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara kepada SINDOnews Kamis (14/9/2023).
Di tengah target pemerintah untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan kendaraan listrik, maka yang dibutuhkan oleh industri otomotif adalah nikel. Di dalam negeri, produsen nikel terbesar adalah MIND ID yang merupakan holding lima perusahaan tambang yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Timah Tbk (TINS). MIND ID saat ini menjalankan kebijakan hilirisasi dengan tiga fokus utama yaitu industri pertambangan dan mineral, industri batubara dan bahan bakar, serta agroindustri.
“Dengan adanya hilirisasi maka ada peluang untuk menghadirkan sebuah ekosistem yang terintegrasi. Tentunya untuk memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan pabrikan perlu diskusi lebih lanjut dengan MIND ID,” katanya.
Namun yang pasti, lanjut dia, dengan adanya hilirisasi yang dilakukan MIND ID bisa menghadirkan peluang yang besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap komponen impor.
Sedangkan Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, hilirisasi merupakan langkah strategis yang bisa menhadirkan nilai tambah bagi negara dan industri. Karena produk hasil hilirisasi bisa langsung digunakan oleh industri di dalam negeri.
“Ada MIND ID yang mengelola bahan baku, itu bagus. Karena bisa memotong biaya produksi bagi industri. Salah satunya biaya logistik impor, tidak perlu lagi. Dengan adanya hilirisasi yang ada hanya biaya logistik domestik,”paparnya.
Dengan hilirisasi, lanjut Soerjopranoto, tidak ada ekspor raw material keluar negeri. Industri di dalam negeri pun bisa mendapatkan kepastian pasokan material yang dibutuhkan.
Dia mencontohkan, Hyundai membuat pabrik battery cell senilai USD1,6 miliar, ditambah dengan pembangunan battery management system USD60 juta yang membutuhkan pasokan bahan baku.
“Dengan membangun pabrik baterai harapannya raw material tidak diekspor tapi menjadi barang yang bisa langsung digunakan di dalam negeri,” tegasnya.
Keberadaan hilirisasi dapat memberikan dampak positif bagi perkonomian negara. Selain dapat meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas dari gejolak harga.
Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Muhammad Toha menilai, hilirisasi akan menghadirkan Peningkatan nilai tambah yang berlipat-lipat.
“Karena hilirisasi tak sekadar meningkatkan nilai tambah, tetapi juga menciptakan multiplier effect dan transfer teknologi,”sebutnya kepada SINDOnews.
Dengan adanya transfer teknologi, berpotensi mengakselerasi daya saing Indonesia.
Dalam proses hilirisasi, penyerapan tenaga kerja tinggi, kebutuhan barang dan jasa pendukung hilirisasi juga meningkat sehingga akan memberikan dampak positif bagi industri lainnya.
“Barang dan jasa yang akan berkembang karena dibutuhkan untuk men-support. Setiap proses dalam hilirasi menghadirkan nilai tambah,” katanya.
Hilirisasi, lanjut dia, menjadi akselerator langkah pemerintah mentransformasi ekonomi Indonesia dari berbasis komiditas menjadi berbasis industri. Tak sekadar nikel, hilirisasi dari bauksit, tembaga, dan timah juga akan memperkuat rantai pasok dalam ekosistem kendaraan listrik.
Secara global, transisi kendaraan konvensional ke electric vehicle (EV) bergerak semakin cepat dan Indonesia menjadi salah satu pemain kunci. Nilai tambah dari hilirisasi produk tambang dan mineral pun sangat besar.
Nilai tambah bauksit menjadi barang setengah jadi seperti alumina misalnya, bisa mencapai 40%. Sementara jika diolah lagi dari alumina menjadi barang jadi aluminium nilai tambahnya meningkat menjadi 100%.
Untuk tembaga, dari bijih diolah menjadi konsentrat tembaga nilai tambahnya mencapai 95%. Sedangkan dari konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga nilai tambahnya naik lagi sekitar 5-7% menjadi 100%.
Nikel memang merupakan komoditas dengan jumlah cadangan terbesar di Indonesia. Data dari U.S. Geological Survey menyebutkan, cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22% cadangan global. Produksi nikel Indonesia juga menempati peringkat pertama yakni sebesar satu juta ton.
Hilirisasi menjadi salah fokus pemerintah untuk mengakselerasi perekonomian nasional melalui penambahan nilai jual dari produk mentah menjadi setengah jadi ataupun produk jadi.
Riset McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen bisnis global menyebut Indonesia berada di peringkat 1 sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat 2 produsen timah di dunia, peringkat 3 produsen batu bara, ranking 4 produsen bauksit, peringkat 10 produsen emas dan peringkat 12 konsentrat tembaga.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, peningkatan nilai tambah nikel sebagai salah satu komoditas mineral dapat mencapai 19 kali jika diolah menjadi bahan baku baterai.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyebutkan, untuk mencapai visi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, pemanfaatan dan optimalisasi komoditas mineral yang Indonesia miliki menjadi penting.
Pengolahan bahan mentah menjadi produk industri (hilirisasi) dan penerapan transformasi ekonomi menjadi salah satu kunci. Terlebih dengan meningkatnya permintaan pasar global terhadap komoditas mineral dan produk turunannya serta pengembangan produk teknologi ramah lingkungan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memainkan peran strategis di pasar global.
MIND ID sendiri memegang mandat dari pemerintah untuk mengelola cadangan dan sumber daya strategis, hilirisasi, dan optimalisasi komoditas mineral dan ekspansi bisnis. "MIND ID mengambil peran penting dalam pilar keberlanjutan. Grup MIND ID mengedepankan prinsip tata kelola pertambangan yang baik dan berkelanjutan," kata Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso dalam keterangan resmi.
Salah satu yang menjadi kunci dan fokus MIND ID saat ini adalah hilirisasi. Hilirisasi dan penguatan rantai pasok cadangan mineral yang ada mampu menjamin pertambangan yang sehat sekaligus memberikan nilai tambah bagi negara dan masyarakat.
Lewat proses pengolahan di dalam negeri, maka akan memberikan multiplier effect bagi seluruh sektor. Selain itu, pengembangan standar manajemen proyek dalam perusahaan terus dilakukan untuk mencapai hasil maksimal, salah satunya mampu melakukan akselerasi proyek berkualitas tinggi.
“Tujuan dari pembenahan yang dilakukan untuk mengembangkan aset hilir dalam skala global,” tuturnya.
Di sektor hilirisasi industri pertambangan, MIND ID sedang menggarap beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) salah satunya, pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek denganinvestasi senilai USD831 itu ditargetkan beroperasi pada 2025 mendatang.
Proyek ini dimiliki oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dan dikerjakan oleh Konsorsium China Alumunium International Engineering Co. Ltd., (CHALIECO) bersama dengan PT PP (Persero) Tbk.
SGAR diproyeksikan menjadi penghubung rantai pasok antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium milik PT INALUM. SGAR akan memiliki kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun dengan perkiraan bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun.
Rencananya,kedepan Indonesia bisa melakukan sendiri proses pengolahan bauksit menjadi aluminium sehingga tak lagi bergantung kepada negara lain.
Dalam publikasinya, MIND ID juga memiliki proyek Smelter Tembaga Single Line yang digarap oleh PT Freeport Indonesia. Proyek di Gresik, Jawa Timur itu digadang-gadang menjadi pabrik peleburan tembaga single line terbesar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 2 mtpa concentrate.
Hilirisasi industri pertambangan dengan nilai USD2,87 miliar yang ditargetkan beroperasi pada 2024 itu menyerap 15 ribu tenaga kerja dengan rincian 98 % tenaga kerja Indonesia khususnya untuk masyarakat di Jawa Timur dengan alokasi mencapai 50%.
MIND ID juga mengembangkan Smelter Feronikel Halmahera Timur (P3FH) yang kini sudah mulai beroperasi. Proyek pembangunan pabrik peleburan feronikel tersebut merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional yang berlokasi di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara. Proyek dengan nilai investasi USD264,07 juta itu akan memiliki kapasitas produksi 13.500 ton feronikel.
"Target MIND ID tentunya sangat jelas yakni menjalankan mandat pemerintah untuk menjadi perusahaan kelas dunia melalui penguasaan dan pemanfaatan cadangan minerba yang dimiliki Indonesia," ucap Corporate Secretary MIND ID Heri Yusuf dalam keterangan tertulis.
Selain melakukan pembangunan pabrik peleburan, MIND ID pun ikut mendorong percepatan ekosistem kendaraan listrik. Indonesia memiliki potensi besar untuk urusan perkembangan kendaraan listrik. Untuk ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) MIND ID melalui anggotanya PT ANTAM Tbk. berencana membangun pabrik baterai kendaraan listrik berkapasitas 15 Giga Watt (GW) pada 2027 mendatang.
Heri Yusuf menambahkan, sebagai perusahaan induk pertambangan di Tanah Air, MIND ID terus berkomitmen dalam menjalankan program hilirisasi melalui peningkatan jumlah smelter pengolahan komoditas bahan mentah menjadi bahan setengah jadi ataupun produk jadi.
"Harapannya dengan adanya hilirisasi ini mampu meningkatkan pendapatan negara melalui penambahan nilai dari pengolahan barang tambang, ," ucapnya.
MIND ID memiliki target besar untuk menjadi pemain kelas dunia dalam industri pertambangan dan turunannya, mulai dari sektor hulu hingga hilir. Perusahaan pun terus mengembangkan kapabilitas dan mengoptimalkan portofolionya untuk membangun organisasi dan budaya pada perusahaan, mengembangkan kemampuan teknologi melalui skema kemitraan, mengoptimalkan portofolio melalui konsep terintegrasi, dan meresktrukturasi manajemen perusahaan agar dapat lebih menguntungkan.
Dengan adanya kebijakan hilirisasi komoditas yang dilakukan pemerintah, diyakini tak sekadar memperkuat daya saing ekonomi nasional, tetapi juga memberikan multiplier effect terhadap beragam sektor industri. ‘’Hilirisasi itu penting, karena jangan sampai kita produksi mobil di dalam negeri tapi komponennya impor,” ujar Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara kepada SINDOnews Kamis (14/9/2023).
Baca Juga
Di tengah target pemerintah untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan kendaraan listrik, maka yang dibutuhkan oleh industri otomotif adalah nikel. Di dalam negeri, produsen nikel terbesar adalah MIND ID yang merupakan holding lima perusahaan tambang yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Timah Tbk (TINS). MIND ID saat ini menjalankan kebijakan hilirisasi dengan tiga fokus utama yaitu industri pertambangan dan mineral, industri batubara dan bahan bakar, serta agroindustri.
“Dengan adanya hilirisasi maka ada peluang untuk menghadirkan sebuah ekosistem yang terintegrasi. Tentunya untuk memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan pabrikan perlu diskusi lebih lanjut dengan MIND ID,” katanya.
Namun yang pasti, lanjut dia, dengan adanya hilirisasi yang dilakukan MIND ID bisa menghadirkan peluang yang besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap komponen impor.
Sedangkan Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, hilirisasi merupakan langkah strategis yang bisa menhadirkan nilai tambah bagi negara dan industri. Karena produk hasil hilirisasi bisa langsung digunakan oleh industri di dalam negeri.
“Ada MIND ID yang mengelola bahan baku, itu bagus. Karena bisa memotong biaya produksi bagi industri. Salah satunya biaya logistik impor, tidak perlu lagi. Dengan adanya hilirisasi yang ada hanya biaya logistik domestik,”paparnya.
Dengan hilirisasi, lanjut Soerjopranoto, tidak ada ekspor raw material keluar negeri. Industri di dalam negeri pun bisa mendapatkan kepastian pasokan material yang dibutuhkan.
Dia mencontohkan, Hyundai membuat pabrik battery cell senilai USD1,6 miliar, ditambah dengan pembangunan battery management system USD60 juta yang membutuhkan pasokan bahan baku.
“Dengan membangun pabrik baterai harapannya raw material tidak diekspor tapi menjadi barang yang bisa langsung digunakan di dalam negeri,” tegasnya.
Keberadaan hilirisasi dapat memberikan dampak positif bagi perkonomian negara. Selain dapat meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas dari gejolak harga.
Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Muhammad Toha menilai, hilirisasi akan menghadirkan Peningkatan nilai tambah yang berlipat-lipat.
“Karena hilirisasi tak sekadar meningkatkan nilai tambah, tetapi juga menciptakan multiplier effect dan transfer teknologi,”sebutnya kepada SINDOnews.
Dengan adanya transfer teknologi, berpotensi mengakselerasi daya saing Indonesia.
Dalam proses hilirisasi, penyerapan tenaga kerja tinggi, kebutuhan barang dan jasa pendukung hilirisasi juga meningkat sehingga akan memberikan dampak positif bagi industri lainnya.
“Barang dan jasa yang akan berkembang karena dibutuhkan untuk men-support. Setiap proses dalam hilirasi menghadirkan nilai tambah,” katanya.
Hilirisasi, lanjut dia, menjadi akselerator langkah pemerintah mentransformasi ekonomi Indonesia dari berbasis komiditas menjadi berbasis industri. Tak sekadar nikel, hilirisasi dari bauksit, tembaga, dan timah juga akan memperkuat rantai pasok dalam ekosistem kendaraan listrik.
Secara global, transisi kendaraan konvensional ke electric vehicle (EV) bergerak semakin cepat dan Indonesia menjadi salah satu pemain kunci. Nilai tambah dari hilirisasi produk tambang dan mineral pun sangat besar.
Nilai tambah bauksit menjadi barang setengah jadi seperti alumina misalnya, bisa mencapai 40%. Sementara jika diolah lagi dari alumina menjadi barang jadi aluminium nilai tambahnya meningkat menjadi 100%.
Untuk tembaga, dari bijih diolah menjadi konsentrat tembaga nilai tambahnya mencapai 95%. Sedangkan dari konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga nilai tambahnya naik lagi sekitar 5-7% menjadi 100%.
Nikel memang merupakan komoditas dengan jumlah cadangan terbesar di Indonesia. Data dari U.S. Geological Survey menyebutkan, cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22% cadangan global. Produksi nikel Indonesia juga menempati peringkat pertama yakni sebesar satu juta ton.
Hilirisasi menjadi salah fokus pemerintah untuk mengakselerasi perekonomian nasional melalui penambahan nilai jual dari produk mentah menjadi setengah jadi ataupun produk jadi.
Riset McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen bisnis global menyebut Indonesia berada di peringkat 1 sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat 2 produsen timah di dunia, peringkat 3 produsen batu bara, ranking 4 produsen bauksit, peringkat 10 produsen emas dan peringkat 12 konsentrat tembaga.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, peningkatan nilai tambah nikel sebagai salah satu komoditas mineral dapat mencapai 19 kali jika diolah menjadi bahan baku baterai.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyebutkan, untuk mencapai visi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, pemanfaatan dan optimalisasi komoditas mineral yang Indonesia miliki menjadi penting.
Pengolahan bahan mentah menjadi produk industri (hilirisasi) dan penerapan transformasi ekonomi menjadi salah satu kunci. Terlebih dengan meningkatnya permintaan pasar global terhadap komoditas mineral dan produk turunannya serta pengembangan produk teknologi ramah lingkungan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memainkan peran strategis di pasar global.
Mengakselerasi Nilai Tambah Komoditas
Sebagai holding perusahaan tambang, yang memegang mandat dari pemerintah, MIND ID melaju dengan beragam program dan proyek yang digarap untuk memberikan nilai lebih bagi bangsa dan negara. Salah satu pilar penting yang diusung adalah keberlanjutan. Pilar ini memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sumber daya alam yang tetap menjaga kelestarian lingkungan, memberikan multiplier effect kepada masyarakat, serta menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.MIND ID sendiri memegang mandat dari pemerintah untuk mengelola cadangan dan sumber daya strategis, hilirisasi, dan optimalisasi komoditas mineral dan ekspansi bisnis. "MIND ID mengambil peran penting dalam pilar keberlanjutan. Grup MIND ID mengedepankan prinsip tata kelola pertambangan yang baik dan berkelanjutan," kata Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso dalam keterangan resmi.
Salah satu yang menjadi kunci dan fokus MIND ID saat ini adalah hilirisasi. Hilirisasi dan penguatan rantai pasok cadangan mineral yang ada mampu menjamin pertambangan yang sehat sekaligus memberikan nilai tambah bagi negara dan masyarakat.
Lewat proses pengolahan di dalam negeri, maka akan memberikan multiplier effect bagi seluruh sektor. Selain itu, pengembangan standar manajemen proyek dalam perusahaan terus dilakukan untuk mencapai hasil maksimal, salah satunya mampu melakukan akselerasi proyek berkualitas tinggi.
“Tujuan dari pembenahan yang dilakukan untuk mengembangkan aset hilir dalam skala global,” tuturnya.
Di sektor hilirisasi industri pertambangan, MIND ID sedang menggarap beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) salah satunya, pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek denganinvestasi senilai USD831 itu ditargetkan beroperasi pada 2025 mendatang.
Proyek ini dimiliki oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dan dikerjakan oleh Konsorsium China Alumunium International Engineering Co. Ltd., (CHALIECO) bersama dengan PT PP (Persero) Tbk.
SGAR diproyeksikan menjadi penghubung rantai pasok antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium milik PT INALUM. SGAR akan memiliki kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun dengan perkiraan bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun.
Rencananya,kedepan Indonesia bisa melakukan sendiri proses pengolahan bauksit menjadi aluminium sehingga tak lagi bergantung kepada negara lain.
Dalam publikasinya, MIND ID juga memiliki proyek Smelter Tembaga Single Line yang digarap oleh PT Freeport Indonesia. Proyek di Gresik, Jawa Timur itu digadang-gadang menjadi pabrik peleburan tembaga single line terbesar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 2 mtpa concentrate.
Hilirisasi industri pertambangan dengan nilai USD2,87 miliar yang ditargetkan beroperasi pada 2024 itu menyerap 15 ribu tenaga kerja dengan rincian 98 % tenaga kerja Indonesia khususnya untuk masyarakat di Jawa Timur dengan alokasi mencapai 50%.
MIND ID juga mengembangkan Smelter Feronikel Halmahera Timur (P3FH) yang kini sudah mulai beroperasi. Proyek pembangunan pabrik peleburan feronikel tersebut merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional yang berlokasi di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara. Proyek dengan nilai investasi USD264,07 juta itu akan memiliki kapasitas produksi 13.500 ton feronikel.
"Target MIND ID tentunya sangat jelas yakni menjalankan mandat pemerintah untuk menjadi perusahaan kelas dunia melalui penguasaan dan pemanfaatan cadangan minerba yang dimiliki Indonesia," ucap Corporate Secretary MIND ID Heri Yusuf dalam keterangan tertulis.
Selain melakukan pembangunan pabrik peleburan, MIND ID pun ikut mendorong percepatan ekosistem kendaraan listrik. Indonesia memiliki potensi besar untuk urusan perkembangan kendaraan listrik. Untuk ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) MIND ID melalui anggotanya PT ANTAM Tbk. berencana membangun pabrik baterai kendaraan listrik berkapasitas 15 Giga Watt (GW) pada 2027 mendatang.
Heri Yusuf menambahkan, sebagai perusahaan induk pertambangan di Tanah Air, MIND ID terus berkomitmen dalam menjalankan program hilirisasi melalui peningkatan jumlah smelter pengolahan komoditas bahan mentah menjadi bahan setengah jadi ataupun produk jadi.
"Harapannya dengan adanya hilirisasi ini mampu meningkatkan pendapatan negara melalui penambahan nilai dari pengolahan barang tambang, ," ucapnya.
MIND ID memiliki target besar untuk menjadi pemain kelas dunia dalam industri pertambangan dan turunannya, mulai dari sektor hulu hingga hilir. Perusahaan pun terus mengembangkan kapabilitas dan mengoptimalkan portofolionya untuk membangun organisasi dan budaya pada perusahaan, mengembangkan kemampuan teknologi melalui skema kemitraan, mengoptimalkan portofolio melalui konsep terintegrasi, dan meresktrukturasi manajemen perusahaan agar dapat lebih menguntungkan.
(akr)