Semakin Melemah, Rupiah Hari Ini Turun ke Rp15.490
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (26/9/2023). Rupiah turun 87 poin ke level Rp15.490 dari penutupan sebelumnya di Rp15.403.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, meningkatnya kekhawatiran akan penutupan pemerintahan AS tidak banyak menghalangi penguatan dolar. Penguatan dolar juga ditopang oleh imbal hasil obligasi AS yang mencapai puncaknya dalam 16 tahun.
"Kongres mempunyai waktu kurang dari seminggu untuk meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran dan mencegah penutupan pemerintahan. Namun para pemimpin Partai Republik dan Demokrat mengindikasikan hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam mencapai konsensus," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (26/9/2023).
Selain itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan, ia melihat suku bunga naik setidaknya sekali lagi pada tahun 2023, dan kemungkinan akan tetap lebih tinggi hingga tahun 2024. Komentarnya serupa dengan pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pekan lalu, yang mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat kemungkinan akan menyebabkan kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini.
Dari dalam negeri, rupiah sebenarnya mendapat sentimen positif terkait perekonomian nasional. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 akan mengalami peningkatan sebesar 5,2%.
"Walaupun masih ada ketidakpastian global, Namun pertumbuhan ekonomi tersebut dapat ditopang oleh inflasi yang terkendali dan efek pemilihan umum (Pemilu) 2024," katanya.
Sentimen positif lainnya adalah Pemilu 2024 yang dapat menimbulkan dua dampak, di antaranya dampak langsung ke konsumsi pemerintah dan dampak tidak langsung ke konsumsi masyarakat. Sedangkan, belanja pemerintah untuk Pemilu 2024 telah dianggarkan sebesar Rp11,52 triliun di tahun 2023 dan senilai Rp15,97 triliun pada tahun 2024.
Sayangnya, semua sentimen itu belum membuat mata uang garuda mengepak. Bahkan, untuk perdagangan besok rupiah diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.480-Rp15.550.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, meningkatnya kekhawatiran akan penutupan pemerintahan AS tidak banyak menghalangi penguatan dolar. Penguatan dolar juga ditopang oleh imbal hasil obligasi AS yang mencapai puncaknya dalam 16 tahun.
"Kongres mempunyai waktu kurang dari seminggu untuk meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran dan mencegah penutupan pemerintahan. Namun para pemimpin Partai Republik dan Demokrat mengindikasikan hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam mencapai konsensus," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (26/9/2023).
Selain itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan, ia melihat suku bunga naik setidaknya sekali lagi pada tahun 2023, dan kemungkinan akan tetap lebih tinggi hingga tahun 2024. Komentarnya serupa dengan pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pekan lalu, yang mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat kemungkinan akan menyebabkan kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini.
Dari dalam negeri, rupiah sebenarnya mendapat sentimen positif terkait perekonomian nasional. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 akan mengalami peningkatan sebesar 5,2%.
"Walaupun masih ada ketidakpastian global, Namun pertumbuhan ekonomi tersebut dapat ditopang oleh inflasi yang terkendali dan efek pemilihan umum (Pemilu) 2024," katanya.
Sentimen positif lainnya adalah Pemilu 2024 yang dapat menimbulkan dua dampak, di antaranya dampak langsung ke konsumsi pemerintah dan dampak tidak langsung ke konsumsi masyarakat. Sedangkan, belanja pemerintah untuk Pemilu 2024 telah dianggarkan sebesar Rp11,52 triliun di tahun 2023 dan senilai Rp15,97 triliun pada tahun 2024.
Sayangnya, semua sentimen itu belum membuat mata uang garuda mengepak. Bahkan, untuk perdagangan besok rupiah diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.480-Rp15.550.
(uka)