Apa Itu Predatory Pricing? Kenali Dampaknya yang Bisa Muncul
loading...
A
A
A
JAKARTA - Istilah predatory pricing mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Baru-baru ini, cukup banyak ditemui pembahasan yang berkaitan dengan istilah tersebut.
Beberapa waktu lalu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyampaikan bahwa kehadiran predatory pricing telah dirasakan para pelaku usaha tekstil di Tanah Air. Turunnya permintaan disinyalir menjadi salah satu akibat dari maraknya pakaian impor yang tak terkendali di pasar online atau marketplace .
Melihat banyaknya perbincangan seputar predatory pricing, salah satu platform yang disorot adalah TikTok. Namun, segera setelahnya mereka langsung membantah tudingan tersebut.
Sebagai platform, TikTok menyebut pihaknya tidak bisa menentukan harga produk. Sebaliknya, penjual memasarkan produknya dengan tingkat harga yang ditentukan sendiri sesuai strategis bisnisnya.
Lantas, apa itu sebenarnya istilah predatory pricing? Bagaimana dampaknya?
Secara umum, predatory pricing bisa diartikan sebagai aktivitas menjual barang di bawah harga atau jauh dari modal. Tujuan tindakan ini adalah sebagai salah satu strategis bersaing dengan para kompetitor.
Mengutip laman Investopedia, Kamis (28/9/2023), predatory pricing juga bisa dimaknai sebagai praktik bisnis ilegal yang menetapkan harga sebuah produk di angka terlalu rendah. Tujuannya satu, yakni untuk menghilangkan bentuk persaingan dengan kompetitornya.
Lebih jauh, praktik predatory pricing sejatinya melanggar ketentuan karena tujuannya menciptakan monopoli. Namun, para pelaku sulit dituntut karena mereka akan menganggap langkah menurunkan harga produk ini sebagai strategi bisnis dan bukan untuk sengaja melemahkan pasar.
Bukan tanpa alasan mengapa praktik seperti predatory pricing ini dianggap ilegal. Salah satunya adalah karena bisa mengacaukan kestabilan pasar dan timbulnya praktik monopoli.
Teknisnya cukup sederhana. Untuk mengalahkan para pesaing, pelaku predatory pricing akan memotong harga di bawah biaya produksi.
Nantinya, ketika para kompetitor sudah kalah atau menyerah, pelaku bisa menaikkan harga kembali ke angka normal atau bahkan lebih mahal.
Meski demikian, sejatinya praktik predatory pricing tidak selalu berhasil dan terkadang menjadi bumerang dalam jangka panjang. Hal ini bisa terjadi ketika kompetitor tiba-tiba masuk kembali setelah mengetahui harga barang sudah stabil.
Demikian ulasan mengenai pengertian dan dampak predatory pricing. Semoga bermanfaat.
Beberapa waktu lalu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyampaikan bahwa kehadiran predatory pricing telah dirasakan para pelaku usaha tekstil di Tanah Air. Turunnya permintaan disinyalir menjadi salah satu akibat dari maraknya pakaian impor yang tak terkendali di pasar online atau marketplace .
Melihat banyaknya perbincangan seputar predatory pricing, salah satu platform yang disorot adalah TikTok. Namun, segera setelahnya mereka langsung membantah tudingan tersebut.
Sebagai platform, TikTok menyebut pihaknya tidak bisa menentukan harga produk. Sebaliknya, penjual memasarkan produknya dengan tingkat harga yang ditentukan sendiri sesuai strategis bisnisnya.
Lantas, apa itu sebenarnya istilah predatory pricing? Bagaimana dampaknya?
Mengenal Predatory Pricing
Secara umum, predatory pricing bisa diartikan sebagai aktivitas menjual barang di bawah harga atau jauh dari modal. Tujuan tindakan ini adalah sebagai salah satu strategis bersaing dengan para kompetitor.
Mengutip laman Investopedia, Kamis (28/9/2023), predatory pricing juga bisa dimaknai sebagai praktik bisnis ilegal yang menetapkan harga sebuah produk di angka terlalu rendah. Tujuannya satu, yakni untuk menghilangkan bentuk persaingan dengan kompetitornya.
Lebih jauh, praktik predatory pricing sejatinya melanggar ketentuan karena tujuannya menciptakan monopoli. Namun, para pelaku sulit dituntut karena mereka akan menganggap langkah menurunkan harga produk ini sebagai strategi bisnis dan bukan untuk sengaja melemahkan pasar.
Dampak Predatory Pricing
Bukan tanpa alasan mengapa praktik seperti predatory pricing ini dianggap ilegal. Salah satunya adalah karena bisa mengacaukan kestabilan pasar dan timbulnya praktik monopoli.
Teknisnya cukup sederhana. Untuk mengalahkan para pesaing, pelaku predatory pricing akan memotong harga di bawah biaya produksi.
Nantinya, ketika para kompetitor sudah kalah atau menyerah, pelaku bisa menaikkan harga kembali ke angka normal atau bahkan lebih mahal.
Meski demikian, sejatinya praktik predatory pricing tidak selalu berhasil dan terkadang menjadi bumerang dalam jangka panjang. Hal ini bisa terjadi ketika kompetitor tiba-tiba masuk kembali setelah mengetahui harga barang sudah stabil.
Demikian ulasan mengenai pengertian dan dampak predatory pricing. Semoga bermanfaat.
(okt)