Pasar Tanah Abang Sepi, Partai Perindo: Kalau Tak Mau Beradaptasi, seperti Dinosaurus Punah
loading...
A
A
A
BANDUNG - Juru Bicara Nasional DPP Partai Perindo , Yerry Tawalujan mengungkapkan, ada beberapa alasan yang menyebabkan sepinya pembeli di Pasar Tanah Abang . Alasan pertama, adanya perubahan selera konsumen dalam membeli barang secara offline akibat kemajuan era teknologi.
"Kalau dulu publik itu suka datang langsung ke toko untuk belanja secara offline, tetapi sekarang dengan era digital ,maka selera pembeli pun berubah. Kalau dulu datang langsung sekarang lewat gadget," ucap Yerry saat dihubungi, Rabu (18/10/2023).
Yerry mengungkapkan, salah satu keuntungan dari berbelanja online yakni hematnya penggunaan waktu. Pasalnya, dengan berbelanja offline setidaknya akan menghabiskan waktu hingga 5 jam.
"Dengan rincian paling dekat kalau pergi ke Tanah Abang perlu waktu 30-40 menit dari Jakarta kalau tidak macet, kalau ditambah macet bisa 1 jam. Itu untuk PP (pulang pergi) saja 2 jam, untuk belanja kalau 2 jam sudah kehilangan waktu 4-5 jam untuk berbelanja. Jadi dari segi efisiensi waktu sudah kalah dengan online," tuturnya.
Alasan kedua, era saat ini menuntut para pedagang untuk adaptif terhadap kemajuan teknologi agar tidak tergerus dengan perkembangan digital.
"Era ini memang sudah era digital, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau kita sedang ada dalam disrupsi digital. Disrupsi teknologi yang kalau penjual itu tidak mau berubah, maka penjual akan mati," ungkapnya.
Ia pun mengibaratkan seperti dinosaurus. Meski dikenal sebagai hewan paling besar dan kuat, namun karena mereka tidak bisa beradaptasi dengan perubahan alam, maka pada akhirnya dinosaurus ini punah.
"Jadi kalau pedagang ini tidak mau beradaptasi dengan perubahan maka para pedagang di Tanah Abang dan di tempat-tempat lain itu akan seperti dinosaurus akan punah dengan sendirinya," katanya.
"Kalau tidak mau berubah jangan salahkan pemerintah kalau mereka makin kehilangan pelanggan," tambahnya.
Di sisi lain, tarif parkir Pasar Tanah Abang yang mahal juga menjadi pertimbangan sendiri bagi konsumen yang ingin berbelanja langsung ke lokasi tujuan. "Biaya membayar parkir itu sudah bisa membeli 1-2 item lewat online," ujarnya.
Menurut Yerry, semua hal ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah sehingga bagaimana para pedagang di Pasar Tanah Abang ini bisa mengikuti perubahan zaman.
"Pemerintah dalam hal ini kepada Kementerian Koperasi dan UMKM itu harus banyak turun ke pasar-pasar tradisional dan berikan pelatihan bagaimana penggunaan media sosial dan media online supaya bisa hybrid, bisa memakai online juga untuk para pedagang itu supaya menghemat ongkos," tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga menyarankan agar para pedagang bisa berbenah diri dan mengikuti selera dari para konsumen.
"Jangan terbalik. Jangan selera penjual yang harus diikuti pembeli, ya engga akan laku. Yang membutuhkan pembeli itu kan penjual, pedagang jadi jangan paksakan pembeli untuk mengikuti cara berpikirnya pedagang di Tanah Abang, itu akan cepat punah," paparnya.
Terkait maraknya parkir liar dengan mematok harga sangat tinggi, Yerry yang juga Bacaleg DPR RI Dapil Sulawesi Utara ini pun meminta pemerintah untuk segera menindaklanjuti dengan cara melakukan pemetaan.
"Cobalah dibuat pemetaan pusat-pusat perbelanjaan apa saja yang kekurangan pelanggan tidak seperti dulu lagi lalu telusuri masalah sebenarnya ada itu dimana. Ternyata salah satu masalah yang sebenarnya ada di parkir liar dengan biaya parkir yang sangat tinggi, nah itu harus segera ditindaklanjuti," tandasnya.
"Kalau dulu publik itu suka datang langsung ke toko untuk belanja secara offline, tetapi sekarang dengan era digital ,maka selera pembeli pun berubah. Kalau dulu datang langsung sekarang lewat gadget," ucap Yerry saat dihubungi, Rabu (18/10/2023).
Yerry mengungkapkan, salah satu keuntungan dari berbelanja online yakni hematnya penggunaan waktu. Pasalnya, dengan berbelanja offline setidaknya akan menghabiskan waktu hingga 5 jam.
"Dengan rincian paling dekat kalau pergi ke Tanah Abang perlu waktu 30-40 menit dari Jakarta kalau tidak macet, kalau ditambah macet bisa 1 jam. Itu untuk PP (pulang pergi) saja 2 jam, untuk belanja kalau 2 jam sudah kehilangan waktu 4-5 jam untuk berbelanja. Jadi dari segi efisiensi waktu sudah kalah dengan online," tuturnya.
Alasan kedua, era saat ini menuntut para pedagang untuk adaptif terhadap kemajuan teknologi agar tidak tergerus dengan perkembangan digital.
"Era ini memang sudah era digital, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau kita sedang ada dalam disrupsi digital. Disrupsi teknologi yang kalau penjual itu tidak mau berubah, maka penjual akan mati," ungkapnya.
Ia pun mengibaratkan seperti dinosaurus. Meski dikenal sebagai hewan paling besar dan kuat, namun karena mereka tidak bisa beradaptasi dengan perubahan alam, maka pada akhirnya dinosaurus ini punah.
"Jadi kalau pedagang ini tidak mau beradaptasi dengan perubahan maka para pedagang di Tanah Abang dan di tempat-tempat lain itu akan seperti dinosaurus akan punah dengan sendirinya," katanya.
"Kalau tidak mau berubah jangan salahkan pemerintah kalau mereka makin kehilangan pelanggan," tambahnya.
Di sisi lain, tarif parkir Pasar Tanah Abang yang mahal juga menjadi pertimbangan sendiri bagi konsumen yang ingin berbelanja langsung ke lokasi tujuan. "Biaya membayar parkir itu sudah bisa membeli 1-2 item lewat online," ujarnya.
Menurut Yerry, semua hal ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah sehingga bagaimana para pedagang di Pasar Tanah Abang ini bisa mengikuti perubahan zaman.
"Pemerintah dalam hal ini kepada Kementerian Koperasi dan UMKM itu harus banyak turun ke pasar-pasar tradisional dan berikan pelatihan bagaimana penggunaan media sosial dan media online supaya bisa hybrid, bisa memakai online juga untuk para pedagang itu supaya menghemat ongkos," tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga menyarankan agar para pedagang bisa berbenah diri dan mengikuti selera dari para konsumen.
"Jangan terbalik. Jangan selera penjual yang harus diikuti pembeli, ya engga akan laku. Yang membutuhkan pembeli itu kan penjual, pedagang jadi jangan paksakan pembeli untuk mengikuti cara berpikirnya pedagang di Tanah Abang, itu akan cepat punah," paparnya.
Terkait maraknya parkir liar dengan mematok harga sangat tinggi, Yerry yang juga Bacaleg DPR RI Dapil Sulawesi Utara ini pun meminta pemerintah untuk segera menindaklanjuti dengan cara melakukan pemetaan.
"Cobalah dibuat pemetaan pusat-pusat perbelanjaan apa saja yang kekurangan pelanggan tidak seperti dulu lagi lalu telusuri masalah sebenarnya ada itu dimana. Ternyata salah satu masalah yang sebenarnya ada di parkir liar dengan biaya parkir yang sangat tinggi, nah itu harus segera ditindaklanjuti," tandasnya.
(akr)