Lonjakan Inflasi Hantam Rusia, Bank Sentral Naikkan Suku Bunga Jadi 15%

Minggu, 29 Oktober 2023 - 20:50 WIB
loading...
Lonjakan Inflasi Hantam...
Bank sentral Rusia telah menaikkan suku bunga utamanya menjadi 15% untuk mencoba menjinakkan inflasi dan meningkatkan rubel yang melemah. Foto/Dok Sputnik
A A A
MOSKOW - Bank sentral Rusia telah menaikkan suku bunga utamanya menjadi 15% untuk mencoba menjinakkan inflasi dan meningkatkan rubel yang melemah. Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dari perkiraan sebesar dua poin secara persentase meningkatkan biaya pinjaman untuk keempat kalinya berturut-turut.



Secara global laju kenaikan harga semakin tinggi, sebagian disebabkan oleh perang Rusia Ukraina . Tercatat inflasi di Rusia pada bulan September 2023 mencapai 6%.

Selain itu ada juga peningkatan pengeluaran pemerintah di Rusia karena menuangkan sumber daya ke dalam mesin perangnya. Bank Rusia kini telah menaikkan suku bunga sebesar 7,5 poin persentase sejak Juli karena berusaha untuk menurunkan inflasi kembali ke target 4%.



Sebelumnya Kremlin menyerukan kebijakan moneter yang lebih ketat, ketika rubel jatuh melewati 100 terhadap dolar Amerika Serikat (USD). "Tekanan inflasi saat ini telah meningkat secara signifikan di atas ekspektasi Bank Rusia," katanya pada hari Jumat.

Permintaan barang dan jasa melampaui pasokan, dan dikatakan ada pertumbuhan pinjaman yang tinggi. Gangguan rantai pasokan selama pandemi virus corona membantu mendorong kenaikan harga, kemudian invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 mengganggu pasokan pangan global dan menaikkan biaya energi.

Inflasi harga pangan dan energi telah menjadi faktor utama dalam mendorong kenaikan harga secara umum di seluruh dunia. Tekanan juga meningkat pada ekonomi Rusia, karena laju impor melesat lebih cepat daripada ekspor dan pengeluaran militer terus tumbuh imbas perang Ukraina.

Sementara iru Rusia terus menjadi sasaran sanksi Barat sebagai respons atas serangannya ke Ukraina. Mata uang, Rubel anjlok setelah perang pertama kali pecah, tetapi didukung oleh kontrol modal dan ekspor minyak dan gas.

Namun, mata uang tersebut telah kehilangan sekitar seperempat nilainya secara keseluruhan terhadap dolar AS sejak konflik di Ukraina dimulai.

Ini bukan pertama kalinya Bank Rusia menaikkan suku bunga secara tajam. Ketika Rusia pertama kali menyerang Ukraina, bank menaikkan suku bunga dari 9,5% menjadi 20%, tetapi tak lama kemudian mulai memangkasnya kembali.

Akan tetapi kenaikan suku bunga hanya bisa sejauh ini dalam menstabilkan ekonomi, dan analis mengatakan, Rusia masih berjuang untuk menarik investasi karena sanksi Barat. Faktor utama dalam melemahnya rubel adalah perdagangan Rusia yang terkena sanksi, kata para ekonom.

Sejak pecahnya perang, banyak negara Uni Eropa yang bergantung pada minyak dan gas Rusia telah berjanji untuk menghentikan impor dari negara itu dan sejak saat itu banyak yang menemukan pemasok alternatif.

Para pemimpin Uni Eropa telah memperkenalkan pembatasan harga, sebagai upaya membatasi keuntungan yang diperoleh Rusia dari ekspor minyak. Selanjutnya Rusia juga telah dikeluarkan dari Swift, sistem pembayaran internasional yang digunakan oleh ribuan lembaga keuangan.

Komisi Eropa mengklaim sanksi Rusia berjalan sesuai rencana dan berhasil menekan Moskow, dimana ekspor batubara telah jatuh. Lalu produksi minyak di negara itu turun lebih dari seperempat, yang dipaparkan dalam sebuah posting blog komisi UE pada bulan Agustus.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1280 seconds (0.1#10.140)