Kontraktor Pertahanan Jerman Ketiban Durian Runtuh Rp3,2 Triliun di Tengah Perang Ukraina
loading...
A
A
A
BERLIN - Kontraktor pertahanan Jerman , Rheinmetall melaporkan peningkatan laba pada kuartal ketiga tahun 2023, seiring permintaan yang kuat untuk senjata dan amunisi . Laba Rheinmetall diperkirakan bakal melampaui perkiraan konsensus sebesar 15%.
Selanjutnya produsen senjata asal Jerman itu, akan melaporkan hasil lengkap laporan keuangan perusahaan pada 9 November, mendatang. Namun tidak merinci pesanan dari mana yang membantu kinerja Rheinmetall, sehingga bisa melampaui ekspektasi.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa perang Rusia Ukraina telah memicu peningkatan dramatis dalam permintaan amunisi di seluruh industri.
Rheinmetall memproyeksikan, laba kuartal ketiga bakal mencapai 191 juta euro atau USD201,89 juta yang setara Rp3,2 triliun (Kurs Rp15.883/USD), dimana angka tersebut di atas perkiraan konsensus 165,4 juta euro, dan margin laba operasi 10,9% dibandingkan dengan konsensus 9,4%, mengutip skala ekonomi dari peningkatan volume.
Raksasa pembuat senjata asal Jerman itu menegaskan, perkiraan penjualan setahun penuh akan senilai 7,4 miliar hingga 7,6 miliar euro (senilai Rp127,4 triliun), dengan margin laba operasi sekitar 12%. Untuk pertama kalinya, hasil itu termasuk dari kontribusi pembuat amunisi Spanyol yang baru saja diakuisisi, Expal.
"Laba operasi yang jauh lebih tinggi dari perkiraan disebabkan oleh dinamika pasar yang kuat dalam bisnis teknologi keamanan – terutama di divisi Senjata dan Amunisi," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.
Kontraktor pertahanan telah menuai keuntungan tidak terduga ketika negara-negara Uni Eropa berebut memasok Ukraina, dalam memperkuat pertahanannya melawan Rusia, dan mengisi kembali stok amunisi yang dibiarkan berkurang sejak Perang Dingin.
Beberapa sistem andalan Rheinmetall telah dikerahkan di Ukraina, sementara negara-negara tetangga telah mengisi kembali sistem senjata yang telah mereka sumbangkan ke tetangga timur mereka.
Selanjutnya produsen senjata asal Jerman itu, akan melaporkan hasil lengkap laporan keuangan perusahaan pada 9 November, mendatang. Namun tidak merinci pesanan dari mana yang membantu kinerja Rheinmetall, sehingga bisa melampaui ekspektasi.
Baca Juga
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa perang Rusia Ukraina telah memicu peningkatan dramatis dalam permintaan amunisi di seluruh industri.
Rheinmetall memproyeksikan, laba kuartal ketiga bakal mencapai 191 juta euro atau USD201,89 juta yang setara Rp3,2 triliun (Kurs Rp15.883/USD), dimana angka tersebut di atas perkiraan konsensus 165,4 juta euro, dan margin laba operasi 10,9% dibandingkan dengan konsensus 9,4%, mengutip skala ekonomi dari peningkatan volume.
Raksasa pembuat senjata asal Jerman itu menegaskan, perkiraan penjualan setahun penuh akan senilai 7,4 miliar hingga 7,6 miliar euro (senilai Rp127,4 triliun), dengan margin laba operasi sekitar 12%. Untuk pertama kalinya, hasil itu termasuk dari kontribusi pembuat amunisi Spanyol yang baru saja diakuisisi, Expal.
"Laba operasi yang jauh lebih tinggi dari perkiraan disebabkan oleh dinamika pasar yang kuat dalam bisnis teknologi keamanan – terutama di divisi Senjata dan Amunisi," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.
Kontraktor pertahanan telah menuai keuntungan tidak terduga ketika negara-negara Uni Eropa berebut memasok Ukraina, dalam memperkuat pertahanannya melawan Rusia, dan mengisi kembali stok amunisi yang dibiarkan berkurang sejak Perang Dingin.
Beberapa sistem andalan Rheinmetall telah dikerahkan di Ukraina, sementara negara-negara tetangga telah mengisi kembali sistem senjata yang telah mereka sumbangkan ke tetangga timur mereka.
(akr)