Taliban Larang Tanam Opium, Petani Afghanistan Kehilangan Pendapatan Rp15,5 Triliun

Minggu, 05 November 2023 - 19:50 WIB
loading...
Taliban Larang Tanam...
Petani Afghanistan telah kehilangan pendapatan lebih dari USD1 miliar atau setara Rp15,5 triliun dari penjualan opium setelah Taliban melarang penanaman opium. Foto/Dok Reuters
A A A
KABUL - Petani Afghanistan telah kehilangan pendapatan lebih dari USD1 miliar atau setara Rp15,5 triliun (Kurs Rp15.591 per USD) dari penjualan opium setelah Taliban melarang penanaman opium. Hal ini menurut sebuah laporan dari badan obat-obatan PBB yang diterbitkan, Minggu (5/11/2023).

Afghanistan dikenal sebagai produsen opium terbesar di dunia dan sumber utama heroin di Eropa dan Asia ketika Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021. Namun mereka berjanji untuk menghapus industri budidaya bahan baku narkoba di negara itu dan memberlakukan larangan resmi pada April 2022.



Kebijakan dari Taliban memberikan pukulan berat bagi ratusan ribu petani dan buruh harian yang mengandalkan hasil panen untuk bertahan hidup. Budidaya opium jatuh 95% setelah larangan itu, kata laporan dari Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan.

Hingga 2023, nilai ekspor opiat Afghanistan sering melampaui nilai ekspor legalnya. Para pejabat PBB mengatakan, kontraksi kuat ekonomi opium diperkirakan akan memiliki konsekuensi yang luas bagi negara itu karena ekspor opiat sebelum larangan menyumbang antara 9-14% dari PDB nasional.

"Warga Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak untuk memenuhi kebutuhan mereka yang paling utama, menyerap guncangan pendapatan yang hilang dan menyelamatkan nyawa," kata Direktur Eksekutif UNODC, Ghada Waly.



"Afghanistan sangat membutuhkan investasi dalam mata pencaharian berkelanjutan untuk memberi warga Afghanistan peluang jauh dari opium," katanya.

Warga Afghanistan menghadapi kekeringan, kesulitan ekonomi yang parah dan konsekuensi lanjutan dari perang dan bencana alam selama beberapa dekade.

Penurunan, bersama dengan penghentian pembiayaan internasional yang menopang ekonomi mantan pemerintah yang didukung Barat, mendorong orang ke dalam kemiskinan, kelaparan, dan kecanduan.

Dalam sebuah laporan di September dari UNODC mengatakan, bahwa Afghanistan adalah pembuat metamfetamin dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan penyitaan obat sintetis meningkat ketika penanaman opium menyusut.

Pendapatan yang lebih rendah di sepanjang rantai pasokan opiat dapat merangsang kegiatan ilegal lainnya seperti perdagangan senjata, orang atau obat-obatan sintetis, kata laporan UNODC terbaru.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Orang Terkaya di Thailand...
Orang Terkaya di Thailand Borong Saham Perbankan Rp6,1 Triliun
Perputaran Uang Lebaran...
Perputaran Uang Lebaran 2025 Diprediksi Turun, Sinyal Peringatan Ekonomi RI?
Fakta-fakta Orang Terkaya...
Fakta-fakta Orang Terkaya Hong Kong yang Bikin Marah China usai Jual Pelabuhan Panama ke AS
Khawatir ART mudik?...
Khawatir ART mudik? Tenang Saja! Toko Ini Tetap Buka Selama Libur Lebaran
Perubahan Komisaris...
Perubahan Komisaris BNI, Deputi Protokol Istana Diganti Profesional
IKN Tetap Dibuka Selama...
IKN Tetap Dibuka Selama Lebaran 2025, Catat Jam Kunjungan dan Cara Daftarnya
Profesional dan Begawan...
Profesional dan Begawan Ekonomi Jadi Pengurus, Danantara Diyakini Mampu Tumbuhkan Investasi
Menangkap Peluang di...
Menangkap Peluang di Tengah Meningkatnya Tren Reksa Dana Syariah
Setelah Tembus Pasar...
Setelah Tembus Pasar AS, Krakatau Steel Ekspor Baja Canai Panas ke Eropa
Rekomendasi
Apa Makna Ucapan Kembali...
Apa Makna Ucapan Kembali ke Fitrah?
Ini Pesan Hamas untuk...
Ini Pesan Hamas untuk Warga Palestina yang Merayakan Idulfitri saat Agresi Israel
Alasan Aneh Meghan Markle...
Alasan Aneh Meghan Markle Tetap Memiliki Gelar Kerajaan Meski Tak Lagi Jadi Bangsawan
Berita Terkini
Negara Baru BRICS Ini...
Negara Baru BRICS Ini Tolak Mata Uang Lokal untuk Transaksi Minyak, Pilih Dolar AS
17 menit yang lalu
Sepanjang Arus Mudik...
Sepanjang Arus Mudik Lebaran 2025, Tercatat Ada 1,7 Juta Kendaraan Keluar Jabotabek
7 jam yang lalu
Orang Terkaya di Thailand...
Orang Terkaya di Thailand Borong Saham Perbankan Rp6,1 Triliun
8 jam yang lalu
BRI Dorong UMKM Kota...
BRI Dorong UMKM Kota Depok Naik Kelas Lewat Program Klasterku, Pelaku Usaha Beri Apresiasi
10 jam yang lalu
Sri Mulyani Pede Mudik...
Sri Mulyani Pede Mudik dan Lebaran Angkat Ekonomi Daerah, Ini 2 Pendorongnya
10 jam yang lalu
Bagi-bagi Takjil dan...
Bagi-bagi Takjil dan Layanan Kesehatan, BNI Hadir di Posko Mudik Malang
11 jam yang lalu
Infografis
Antisipasi Perang Besar,...
Antisipasi Perang Besar, Uni Eropa Siapkan Rp13.730 Triliun
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved