Sistem Jual-Beli Online Bisa Putus Mata Rantai Distribusi Cabai
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widayanti mengakui bahwa saat ini mata rantai distribusi cabai masih sangat panjang. Karena itu, pola perdagangan online bisa menjadi solusi untuk memutus mata rantai tersebut.
(Baca Juga: Kemendag Pastikan Harga Cabai Stabil)
Dia menjelaskan, sejak diproduksi petani, cabai kemudian didistribusikan ke pengepul mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten hingga ke bandar besar. Setelah itu, baru didistribusikan ke pasar induk.
"Panjangnya rantai ini membuat masing-masing titik simpul mencari margin yang akhirnya harga ditingkat petani sampai ke tingkat konsumen marginnya cukup lebar. Dengan adanya e-commerce kita bisa potong," katanya di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Namun, sambung dia, perdagangan online memiliki kendala untuk bisa mengirim pesanan dengan tepat waktu. Sebab, mereka tidak memiliki tempat penyimpanan untuk beberapa komoditi pertanian.
"Jadi, ada juga kesulitan pelaku e-commerce untuk bisa menyampaikan order dengan tepat waktu. Karena, para pelaku usaha e-commerce tidak punya ruang simpan untuk beberapa komoditi pertanian," imbuh dia.
Sebab itu, industri pasca panen memiliki peran penting dalam hal tersebut. Sehingga, pelaku usaha e-commerce dapat menyimpan barang dalam jangka waktu lebih lama.
"Jadi, pasca panen perlu diperhatikan untuk bisa mereka menyimpan dalam jangka waktu, sehingga waktu order dia tidak perlu mencari-cari dulu ke petani. Jadi permintaan itu baru bisa direalisasikan satu minggu lebih, itu bukan hal yang cukup baik," tuturnya.
(Baca Juga: Kemendag Pastikan Harga Cabai Stabil)
Dia menjelaskan, sejak diproduksi petani, cabai kemudian didistribusikan ke pengepul mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten hingga ke bandar besar. Setelah itu, baru didistribusikan ke pasar induk.
"Panjangnya rantai ini membuat masing-masing titik simpul mencari margin yang akhirnya harga ditingkat petani sampai ke tingkat konsumen marginnya cukup lebar. Dengan adanya e-commerce kita bisa potong," katanya di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Namun, sambung dia, perdagangan online memiliki kendala untuk bisa mengirim pesanan dengan tepat waktu. Sebab, mereka tidak memiliki tempat penyimpanan untuk beberapa komoditi pertanian.
"Jadi, ada juga kesulitan pelaku e-commerce untuk bisa menyampaikan order dengan tepat waktu. Karena, para pelaku usaha e-commerce tidak punya ruang simpan untuk beberapa komoditi pertanian," imbuh dia.
Sebab itu, industri pasca panen memiliki peran penting dalam hal tersebut. Sehingga, pelaku usaha e-commerce dapat menyimpan barang dalam jangka waktu lebih lama.
"Jadi, pasca panen perlu diperhatikan untuk bisa mereka menyimpan dalam jangka waktu, sehingga waktu order dia tidak perlu mencari-cari dulu ke petani. Jadi permintaan itu baru bisa direalisasikan satu minggu lebih, itu bukan hal yang cukup baik," tuturnya.
(izz)