Perbandingan PDB Israel dan Palestina Pasca Operasi Badai Alqsa, Bikin Ekonomi Mundur 19 Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perang Israel versus Hamas yang sudah berlangsung sejak 7 Oktober 2023, memberikan tekanan terhadap perekonomian kedua negara. Lantas berapakah produk domestik bruto atau PDB Israel dan Palestina ?
Laporan terbaru yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) coba menguraikan dampak buruk perang terhadap ekonomi Palestina setelah sebulan perang dan pengepungan total Israel di Gaza.
Produk domestik bruto menyusut 4% di Tepi Barat dan Gaza pada bulan pertama perang, mengirim lebih dari 400.000 orang ke dalam kemiskinan. PBB menyebutkan dampak ekonomi itu tidak terlihat dalam konflik di Suriah dan Ukraina, atau perang Israel-Hamas sebelumnya.
Memanasnya kembali situasi di Gaza saat Pasukan Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober. Lebih dari dua pertiga penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta telah meninggalkan rumah mereka sejak Israel melancarkan serangan udara intens selama berminggu-minggu diikuti oleh operasi darat yang sedang berlangsung, dimana Isreal bersumpah untuk melenyapkan Hamas.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan, pada hari Kamis bahwa 10.818 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.400 anak-anak, telah tewas sejauh ini.
Penilaian cepat konsekuensi ekonomi dari perang Gaza, yang dirilis oleh Program Pembangunan PBB dan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat, adalah laporan PBB pertama yang menunjukkan dampak buruk dari konflik, terutama pada Palestina.
Jika perang berlanjut hingga bulan kedua, PBB memproyeksikan bahwa PDB Palestina, yang tercatat USD20,4 miliar sebelum perang dimulai akan turun 8,4% dan bakal menelan kerugian USD1,7 miliar.
Selanjutnya jika konflik berlangsung sampai bulan ketiga, PDB Palestina akan turun 12%, dengan proyeksi kerugian USD2,5 miliar dan lebih dari 660.000 orang didorong ke dalam kemiskinan
Asisten Sekretaris Jenderal Program Pembangunan PBB, Abdallah Al Dardari mengatakan, pada konferensi pers peluncuran laporan bahwa kerugian PDB 12% pada akhir tahun akan "besar dan belum pernah terjadi sebelumnya."
Sebagai perbandingan, katanya, ekonomi Suriah kehilangan 1% dari PDB per bulan pada puncak konfliknya, dan Ukraina membutuhkan satu setengah tahun pertempuran untuk kehilangan 30% dari PDB-nya, rata-rata sekitar 1,6% per bulan.
Pada awal 2023, wilayah Palestina – Tepi Barat dan Gaza – dianggap sebagai ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah dengan tingkat kemiskinan USD6 per hari per orang, kata Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi, Rola Dashti.
Pada bulan Januari, Gaza bergulat dengan pengangguran yang tinggi sekitar 46%, atau 3 setengah kali lebih tinggi dari Tepi Barat 13%, kata laporan itu.
Tetapi hanya beberapa minggu perang telah menghancurkan ratusan ribu pekerjaan. "Ketika perang mencapai satu bulan, 61% pekerjaan di Gaza, setara dengan 182.000 pekerjaan, diperkirakan telah hilang," katanya.
"Sekitar 24% pekerjaan di Tepi Barat juga telah hilang, setara dengan 208.000 pekerjaan," sambungnya
Al Dardari menyoroti gangguan besar-besaran terhadap ekonomi di Tepi Barat, yang bertanggung jawab atas 82% dari PDB Palestina. Ia menjelaskan, bahwa saat ini seharusnya menjadi musim bagi petani zaitun dan jeruk untuk mengumpulkan produk mereka, tetapi mereka tidak bisa melakukannya karena perang.
Dan "musim pariwisata praktis hilang - dimana pertanian dan pariwisata mewakili 40% dari PDB di Tepi Barat," katanya.
Selain itu Al Dardari mengatakan, ada gangguan besar pada perdagangan, transfer uang dari Israel ke Otoritas Palestina, yang mengendalikan Tepi Barat, dan tidak adanya investasi.
Sementara Dashti dari Komisi Ekonomi mengatakan "tingkat kehancuran tidak terbayangkan dan belum pernah terjadi sebelumnya" di Gaza.
"Pada 3 November, diperkirakan total ada 35.000 unit rumah telah dihancurkan dan sekitar 220.000 unit rusak sebagian," bebernya.
Laporan itu mengatakan, setidaknya 45% unit rumah Gaza telah hancur atau rusak. Jika ini terus berlanjut, ditakutkan mayoritas warga Gaza tidak akan memiliki rumah.
Al Dardari menambahkan, bahwa bahkan jika pertempuran berakhir sekarang akan ada proses jangka panjang besar-besaran, "dengan semua konsekuensi kemanusiaan, pembangunan ekonomi dan keamanannya."
Sambung Al Dardari menerangkan, wilayah Palestina telah menjadi ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah, "karena semua pertumbuhan dan perkembangan itu akan mundur antara 11, 16, atau bahkan 19 tahun jika pertempuran berlanjut. ... Kita akan kembali ke tahun 2002."
Produk domestik bruto (PDB) Israel tumbuh 2,8% secara tahunan pada periode Juli-September, dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Namun dalam jajak pendapat analis Reuters, diprediksi sebelumnya bakal ekspansi 3,8%. Namun pada basis per kapita, PDB tumbuh 0,9%.
Ekonomi tumbuh 3,3% pada kuartal kedua, dibandingkan dengan 3,1% pada proyeksi sebelumnya. Ekonomi Israel diperkirakan akan berkontraksi pada kuartal keempat karena perang, dan diterjemahkan ke tingkat pertumbuhan 2,3% untuk tahun 2023, menurut Bank of Israel.
Sedangkan S&P Global Ratings minggu ini memperkirakan kontraksi 5% selama tiga bulan terakhir tahun 2023. Meskipun ekonomi melemah yang kemungkinan akan menjadi pukulan terhadap belanja konsumen dan investasi, bank sentral telah memberikan sinyal tidak akan menurunkan suku bunga selama perang.
Mengutip pandangan tersebut, bahwa premi risiko Israel tetap tinggi dan penurunan suku bunga dari 4,75% saat ini dapat semakin melemahkan shekel dan memicu kembali inflasi. Pembuat kebijakan telah membiarkan biaya pinjaman jangka pendek tidak berubah dari tiga keputusan terakhir setelah pengetatan agresif yang membawa suku bunga acuan dari 0,1% pada April 2022 menjadi 4,75% pada Mei 2023.
Pada hari Rabu, biro statistik mengatakan level inflasi tahunan Israel turun menjadi 3,7% pada Oktober dari 3,8% pada September. Lalu bank sentral menekankan, tekadnya untuk mengembalikan suku bunga ke target 1-3%. Keputusan suku bunga Bank of Israel berikutnya bakal diumumkan pada 27 November, mendatang.
Pada kuartal ketiga, pengeluaran swasta - lebih dari setengah kegiatan ekonomi - tumbuh 1,8%, sementara ekspor naik 8,8%, investasi meningkat 1,2% dan pengeluaran pemerintah naik 5,9%. Sedangkan laju impor turun 0,9%.
Laporan terbaru yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) coba menguraikan dampak buruk perang terhadap ekonomi Palestina setelah sebulan perang dan pengepungan total Israel di Gaza.
Produk domestik bruto menyusut 4% di Tepi Barat dan Gaza pada bulan pertama perang, mengirim lebih dari 400.000 orang ke dalam kemiskinan. PBB menyebutkan dampak ekonomi itu tidak terlihat dalam konflik di Suriah dan Ukraina, atau perang Israel-Hamas sebelumnya.
Memanasnya kembali situasi di Gaza saat Pasukan Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober. Lebih dari dua pertiga penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta telah meninggalkan rumah mereka sejak Israel melancarkan serangan udara intens selama berminggu-minggu diikuti oleh operasi darat yang sedang berlangsung, dimana Isreal bersumpah untuk melenyapkan Hamas.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan, pada hari Kamis bahwa 10.818 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.400 anak-anak, telah tewas sejauh ini.
Penilaian cepat konsekuensi ekonomi dari perang Gaza, yang dirilis oleh Program Pembangunan PBB dan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat, adalah laporan PBB pertama yang menunjukkan dampak buruk dari konflik, terutama pada Palestina.
Jika perang berlanjut hingga bulan kedua, PBB memproyeksikan bahwa PDB Palestina, yang tercatat USD20,4 miliar sebelum perang dimulai akan turun 8,4% dan bakal menelan kerugian USD1,7 miliar.
Selanjutnya jika konflik berlangsung sampai bulan ketiga, PDB Palestina akan turun 12%, dengan proyeksi kerugian USD2,5 miliar dan lebih dari 660.000 orang didorong ke dalam kemiskinan
Asisten Sekretaris Jenderal Program Pembangunan PBB, Abdallah Al Dardari mengatakan, pada konferensi pers peluncuran laporan bahwa kerugian PDB 12% pada akhir tahun akan "besar dan belum pernah terjadi sebelumnya."
Sebagai perbandingan, katanya, ekonomi Suriah kehilangan 1% dari PDB per bulan pada puncak konfliknya, dan Ukraina membutuhkan satu setengah tahun pertempuran untuk kehilangan 30% dari PDB-nya, rata-rata sekitar 1,6% per bulan.
Pada awal 2023, wilayah Palestina – Tepi Barat dan Gaza – dianggap sebagai ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah dengan tingkat kemiskinan USD6 per hari per orang, kata Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi, Rola Dashti.
Pada bulan Januari, Gaza bergulat dengan pengangguran yang tinggi sekitar 46%, atau 3 setengah kali lebih tinggi dari Tepi Barat 13%, kata laporan itu.
Tetapi hanya beberapa minggu perang telah menghancurkan ratusan ribu pekerjaan. "Ketika perang mencapai satu bulan, 61% pekerjaan di Gaza, setara dengan 182.000 pekerjaan, diperkirakan telah hilang," katanya.
"Sekitar 24% pekerjaan di Tepi Barat juga telah hilang, setara dengan 208.000 pekerjaan," sambungnya
Al Dardari menyoroti gangguan besar-besaran terhadap ekonomi di Tepi Barat, yang bertanggung jawab atas 82% dari PDB Palestina. Ia menjelaskan, bahwa saat ini seharusnya menjadi musim bagi petani zaitun dan jeruk untuk mengumpulkan produk mereka, tetapi mereka tidak bisa melakukannya karena perang.
Dan "musim pariwisata praktis hilang - dimana pertanian dan pariwisata mewakili 40% dari PDB di Tepi Barat," katanya.
Selain itu Al Dardari mengatakan, ada gangguan besar pada perdagangan, transfer uang dari Israel ke Otoritas Palestina, yang mengendalikan Tepi Barat, dan tidak adanya investasi.
Sementara Dashti dari Komisi Ekonomi mengatakan "tingkat kehancuran tidak terbayangkan dan belum pernah terjadi sebelumnya" di Gaza.
"Pada 3 November, diperkirakan total ada 35.000 unit rumah telah dihancurkan dan sekitar 220.000 unit rusak sebagian," bebernya.
Laporan itu mengatakan, setidaknya 45% unit rumah Gaza telah hancur atau rusak. Jika ini terus berlanjut, ditakutkan mayoritas warga Gaza tidak akan memiliki rumah.
Al Dardari menambahkan, bahwa bahkan jika pertempuran berakhir sekarang akan ada proses jangka panjang besar-besaran, "dengan semua konsekuensi kemanusiaan, pembangunan ekonomi dan keamanannya."
Sambung Al Dardari menerangkan, wilayah Palestina telah menjadi ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah, "karena semua pertumbuhan dan perkembangan itu akan mundur antara 11, 16, atau bahkan 19 tahun jika pertempuran berlanjut. ... Kita akan kembali ke tahun 2002."
Ekonomi Israel
Di sisi lain ekonomi Israel tumbuh solid pada kuartal ketiga tahun 2023, meskipun sedikit menyusut dari perkiraan sebelumnya berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik. Namun menjelang akhir tahun ekonomi diramalkan melemah imbas perang Israel dengan pejuang Hamas, Palestina.Produk domestik bruto (PDB) Israel tumbuh 2,8% secara tahunan pada periode Juli-September, dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Namun dalam jajak pendapat analis Reuters, diprediksi sebelumnya bakal ekspansi 3,8%. Namun pada basis per kapita, PDB tumbuh 0,9%.
Ekonomi tumbuh 3,3% pada kuartal kedua, dibandingkan dengan 3,1% pada proyeksi sebelumnya. Ekonomi Israel diperkirakan akan berkontraksi pada kuartal keempat karena perang, dan diterjemahkan ke tingkat pertumbuhan 2,3% untuk tahun 2023, menurut Bank of Israel.
Sedangkan S&P Global Ratings minggu ini memperkirakan kontraksi 5% selama tiga bulan terakhir tahun 2023. Meskipun ekonomi melemah yang kemungkinan akan menjadi pukulan terhadap belanja konsumen dan investasi, bank sentral telah memberikan sinyal tidak akan menurunkan suku bunga selama perang.
Mengutip pandangan tersebut, bahwa premi risiko Israel tetap tinggi dan penurunan suku bunga dari 4,75% saat ini dapat semakin melemahkan shekel dan memicu kembali inflasi. Pembuat kebijakan telah membiarkan biaya pinjaman jangka pendek tidak berubah dari tiga keputusan terakhir setelah pengetatan agresif yang membawa suku bunga acuan dari 0,1% pada April 2022 menjadi 4,75% pada Mei 2023.
Pada hari Rabu, biro statistik mengatakan level inflasi tahunan Israel turun menjadi 3,7% pada Oktober dari 3,8% pada September. Lalu bank sentral menekankan, tekadnya untuk mengembalikan suku bunga ke target 1-3%. Keputusan suku bunga Bank of Israel berikutnya bakal diumumkan pada 27 November, mendatang.
Pada kuartal ketiga, pengeluaran swasta - lebih dari setengah kegiatan ekonomi - tumbuh 1,8%, sementara ekspor naik 8,8%, investasi meningkat 1,2% dan pengeluaran pemerintah naik 5,9%. Sedangkan laju impor turun 0,9%.
(akr)