Ganjar Sebut Transisi Energi Bakal Ciptakan 3,7 Juta Lapangan Kerja Baru, Cek Faktanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon presiden, Ganjar Pranowo , memperlihatkan keyakinannya bahwa perubahan dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT) dapat membuka peluang besar dalam penciptaan lapangan kerja baru.
Calon Presiden Nomor Urut 3 tersebut mengatakan bahwa transisi ini berpotensi menciptakan sekitar 3,7 juta lapangan pekerjaan di Indonesia Pada acara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit 2023 di Senayan Park, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023).
Ganjar menyatakan bahwa peluang ini dapat direalisasikan dengan meningkatkan penggunaan EBT di Indonesia. Dia juga menegaskan bahwa transisi energi menjadi salah satu prioritasnya jika terpilih sebagai Presiden RI. "Sekitar 3,7 juta lapangan kerja dapat terbuka jika kita mengambil langkah-langkah menuju pengembangan EBT," ujar Ganjar dalam acara tersebut.
Namun, ia menyoroti pentingnya persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memaksimalkan potensi ini. "Namun, yang diperlukan adalah penciptaan lapangan kerja di berbagai sektor, dengan peningkatan keterampilan SDM, terutama di bidang teknik lingkungan, pangan, data scientist, dan mereka yang ahli di bidang material," tambahnya.
Namun, apakah peluang pekerjaan sebanyak itu benar-benar terwujud transisi energi menggunakan pembangunan dari sektor EBT? Pernyataan Ganjar Pranowo terbukti dengan laporan terbaru dari Badan Energi Terbarukan Internasional (Irena) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO).
Laporan dengan judul "Renewable Energy and Jobs: Annual Review 2023," yang merupakan edisi kesepuluh, menunjukkan lonjakan lapangan kerja di sektor energi terbarukan di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, lapangan kerja di bidang ini mencapai 7,3 juta, meningkat dua kali lipat menjadi 13,7 juta pada tahun 2022. Meskipun demikian, sebagian besar lapangan pekerjaan masih terpusat di beberapa negara. China, sebagai contoh, menyumbang 41 persen dari total lapangan kerja di sektor EBT global, dengan negara-negara seperti Brasil, Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat juga berperan penting.
Sektor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi kontributor terbesar dalam lapangan kerja baru pada tahun 2022, menyerap 4,9 juta tenaga kerja, lebih dari sepertiga total tenaga kerja di sektor energi terbarukan.
Direktur Jenderal Irena, Francesco La Camera, menekankan bahwa menciptakan jutaan lapangan kerja membutuhkan investasi lebih cepat dalam teknologi transisi energi.
"Pemimpin G20 baru-baru ini sepakat untuk mempercepat penambahan energi terbarukan global hingga tiga kali lipat pada 2030," katanya.
Direktur Jenderal ILO, Gilbert F Houngbo, menambahkan bahwa untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan lapangan kerja hijau, diperlukan kebijakan yang kuat.
"Kebijakan khusus untuk pertumbuhan makroekonomi yang inklusif, perusahaan berkelanjutan, pengembangan keterampilan, intervensi aktif pasar tenaga kerja lain, perlindungan sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, serta hak-hak lain di tempat kerja perlu diimplementasikan," ungkap Houngbo.
Dengan demikian, pernyataan Ganjar Pranowo tentang potensi lapangan kerja baru dari transisi energi ke EBT dapat dilihat sebagai pandangan yang sejalan dengan perkembangan global dalam sektor energi terbarukan.
Calon Presiden Nomor Urut 3 tersebut mengatakan bahwa transisi ini berpotensi menciptakan sekitar 3,7 juta lapangan pekerjaan di Indonesia Pada acara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit 2023 di Senayan Park, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023).
Ganjar menyatakan bahwa peluang ini dapat direalisasikan dengan meningkatkan penggunaan EBT di Indonesia. Dia juga menegaskan bahwa transisi energi menjadi salah satu prioritasnya jika terpilih sebagai Presiden RI. "Sekitar 3,7 juta lapangan kerja dapat terbuka jika kita mengambil langkah-langkah menuju pengembangan EBT," ujar Ganjar dalam acara tersebut.
Namun, ia menyoroti pentingnya persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memaksimalkan potensi ini. "Namun, yang diperlukan adalah penciptaan lapangan kerja di berbagai sektor, dengan peningkatan keterampilan SDM, terutama di bidang teknik lingkungan, pangan, data scientist, dan mereka yang ahli di bidang material," tambahnya.
Namun, apakah peluang pekerjaan sebanyak itu benar-benar terwujud transisi energi menggunakan pembangunan dari sektor EBT? Pernyataan Ganjar Pranowo terbukti dengan laporan terbaru dari Badan Energi Terbarukan Internasional (Irena) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO).
Laporan dengan judul "Renewable Energy and Jobs: Annual Review 2023," yang merupakan edisi kesepuluh, menunjukkan lonjakan lapangan kerja di sektor energi terbarukan di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, lapangan kerja di bidang ini mencapai 7,3 juta, meningkat dua kali lipat menjadi 13,7 juta pada tahun 2022. Meskipun demikian, sebagian besar lapangan pekerjaan masih terpusat di beberapa negara. China, sebagai contoh, menyumbang 41 persen dari total lapangan kerja di sektor EBT global, dengan negara-negara seperti Brasil, Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat juga berperan penting.
Sektor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi kontributor terbesar dalam lapangan kerja baru pada tahun 2022, menyerap 4,9 juta tenaga kerja, lebih dari sepertiga total tenaga kerja di sektor energi terbarukan.
Direktur Jenderal Irena, Francesco La Camera, menekankan bahwa menciptakan jutaan lapangan kerja membutuhkan investasi lebih cepat dalam teknologi transisi energi.
"Pemimpin G20 baru-baru ini sepakat untuk mempercepat penambahan energi terbarukan global hingga tiga kali lipat pada 2030," katanya.
Direktur Jenderal ILO, Gilbert F Houngbo, menambahkan bahwa untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan lapangan kerja hijau, diperlukan kebijakan yang kuat.
"Kebijakan khusus untuk pertumbuhan makroekonomi yang inklusif, perusahaan berkelanjutan, pengembangan keterampilan, intervensi aktif pasar tenaga kerja lain, perlindungan sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, serta hak-hak lain di tempat kerja perlu diimplementasikan," ungkap Houngbo.
Dengan demikian, pernyataan Ganjar Pranowo tentang potensi lapangan kerja baru dari transisi energi ke EBT dapat dilihat sebagai pandangan yang sejalan dengan perkembangan global dalam sektor energi terbarukan.
(nng)