Dari Manggis Hingga Padi, Ikut Mendongkrak Kesejahteraan Petani

Jum'at, 07 Agustus 2020 - 17:30 WIB
loading...
A A A
Sehingga neraca perdagangan Indonesia pun surplus USD5,5 miliar. Sebagai perbandingan di Semester I tahun lalu, Indonesia malah mengalami defisit neraca perdagangan sebesar USD1,87 miliar.

20 Kali Lebih Mahal dari Apel
Menurut BPS sepanjang semester I tahun ini, ekspor pertanian meningkat 9,60%. Sebagai catatan penting, ekspor komoditas pertanian jadi satu-satunya sektor usaha nonmigas yang mencatatakan pertumbuhan positif. Sektor lainnya, seperti ekspor industri pengolahan dan pertambangan, anjlok cukup dalam dihadang virus Corona.

Seperti yang disampaikan oleh Kecuk Suhariyanto, disepanjang Semester I tahun ini, pertumbuhan ekspor pertanian disebabkan meningkatnya ekspor buah-buahan. Sementara penjualan kopi ke luar negeri, membuat pertumbuhan ekspor pertanian pada Juni 2020 meningkat 18,99% terhadap ekspor pertanian pada Mei 2020.

Meningkatnya ekspor buah-buahan memang terkait erat dengan datangnya pandemi Covid 19. konsumsi buah didunia meningkat. Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry, kebutuhan nutrisi dunia akan buah semakin meningkat terutama selama menjadi pandemi Covid-19. Di Indonesia misalnya, saat ini konsumsi buah jeruk di Indonesia meningkat enam kali lipat sejak 1995 atau berada di angka 4 kg/perkapita.

Ini menjadi peluang yang menjanjikan bagi petani jeruk Indonesia. Apalagi sekarang, Indonesia sudah mampu mengekspor jeruk sebanyak 1.752 ton. Jumlahnya belum signifikan dengan permintaan dari pasar ekpsor jeruk. Menurut Fadjry Djufry, kondisi ini menjadi peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh petani dan pengusaha jeruk di Indonesia.

Meningkatnya ekspor buah-buahan disambut gembira oleh Sahul Priyadi (49) petani manggis asal Desa Kendangtepus Senduro Lumajang, Jawa Timur. Sahul bahkan tidak menyangka manggis produksi dari desanya itu bisa diekspor ke luar negeri saat wabah Corona ini.

Sebenarnya setiap tahun Sahul yang juga menjadi ketua Asosiasi Petani Manggis Senduro Makmur Kendangtepus Senduro Lumajang hampir tiap tahun mampu mengekspor manggis melalui eksportir. Awalnya ia sempat khawatir karena lockdown di sejumlah negara, mengakibatkan ekspor manggis akan terhenti.

Ternyata sebaliknya, dalam sebulan ia dan petani manggis lainnya di Kendangtepus mampu mengekspor manggis sebanyak 90 ton. Padahal biasnaya hanya 55 ton per tahun. Saat panen harga manggis ditingkat petani dibeli eksportir dengan kisaran harga Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu per Kg. Menurut Sahul, manggis yang dibeli eksportir ini sangat membantu petani. Sebab, jika dilempar ke pasar domestik harganya jauh di bawah itu.

Manggis memang salah satu buah tropis yang digemari dunia. Harganya pun cukup menggurkan, sesuai dengan julukan manggis sebagai queen of fruits. Sebagai gambaran di dalam negeri manggis di tingkat konsumen harganya sekitar Rp 20 ribu per Kg. Di luar negeri seperti di Australia atau Korea Selatan bisa mencapai Rp 200 ribu bahkan lebih. Harga manggis di pasar dunia rata-rata memang 20 kali lipat lebih mahal dari apel.

Buah asal Indonesia yang diminati pasar ekpsor tidak hanya manggis. Ada juga pepaya dan nanas yang dimintai oleh penduduk Jepang. Lalu juga ada durian dan buah naga asal Indonesia yang digemari oleh konsumen di China.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1741 seconds (0.1#10.140)