Dari Manggis Hingga Padi, Ikut Mendongkrak Kesejahteraan Petani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seperti yang telah diduga sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II tahun ini lebih buruk dibandingkan kuartal sebelumnya, yakni – 5,32% secara year to year (yoy). Jika dibandingkan dengan kuartal I-2020, BPS mencataat kemerosotan pertumbuhan ekonomi sebesar -4,19%.
Terpuruknya kondisi ekonomi ini merupakan imbas dari pandemi virus Covid 19 (Corona). Indonesia tidak sendiri, hampir semua negara di dunia, kondisi perekonomiannya juga terpuruk akibat pandemi
Menurut BPS, pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah nol ini, merupakan akumulasi dari pertumbuhan yang terjadi pada 17 lapangan usaha. Dilihat dari kontribusi lapangan usaha terhadap PDB, hampir semua lapangan usaha berkontribusi negatif.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menjelaskan dari 17 lapangan usaha, hanya ada tiga jenis lapangan usaha yng tumbuh positif. Yakni sektor pertanian (pertanian, kehutanan dan perikanan), informasi dan komunikasi, serta pengadaan air.
Suhariyanto menyebutkan pertumbuhan lapangan usaha di sektor pertanian di Kuartal II dibandingkan dengan Kuartal I tercatat 16,24%. Untuk lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh 3,44%, sedangkan pengadaan air sebesar 1,28%.
Itu artinya usaha pertanian di masa pandemi ini masih bisa tumbuh positif. Tidak itu saja, lapangan usaha ini juga mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi diantara lapangan usaha lainnya. Tidak salah jika Pertanian Syahrul Yasin Limpo meyakini sektor pertanian mampu menjadi tumpuan perekonomian di tengah merebaknya pandemi Covid-19.
Melihat potensi yang dimiliki, sektor pertanian pun bisa menjadi pendongkrak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid 19 berakhir. Seperti yang disampaikan oleh Ekonom Indef Bhima Yudistira. Menurutnya pertanian bakal difungsikan oleh pemerintah untuk menjadi lokomotif menggerakkan rangkaian gerbong ekonomi, di saat ini maupun pascapandemi.
Alasannya, saat ekonomi terpuruk, daya beli merosot, masyarakat akan memprioritaskan untuk membeli kebutuhan pokok. Di sisi lain, serapan tenaga kerjanya sektor ini tergolong tinggi. Data yang disampaikan Kementerian Pertanian per Februari 2020 yang lalu menyebutkan, tenaga kerja yang diserap sektor pertanian mencapai 35 juta orang atau setara dengan 20,70% dari total jumlah tenaga kerja Indonesia (Stastistik KetenagakerjaanSektor Pertanian, Februari 2020).
Bhima Yudistira menambahkan di saat ekonomi terpuruk, mereka yang di PHK, atau kehilangan pekerjaan akan makin banyak. Berkaca pada krisi ekonomi yang pernah terjadi sebelumnya, mereka yang kehilangan pekerjaan itu pun beralih menjadi pekerja di sektor pertanian. Serapan tenaga kerja ke sektor pertanian pun makin banyak.
Meski pertumbuhan ekonomi tengah berkontraksi, faktanya sektor pertanian masih bisa diandalkan. Pertanian mampu menjadi kontributor yang membuat neraca perdagangan Indonesia surplus saat pandemi. Tercatat di enam bulan pertama tahun ini, kinerja ekspor mencapai USD 76,4 miliar, sedangkan impor USD 70,9 miliar.
Terpuruknya kondisi ekonomi ini merupakan imbas dari pandemi virus Covid 19 (Corona). Indonesia tidak sendiri, hampir semua negara di dunia, kondisi perekonomiannya juga terpuruk akibat pandemi
Menurut BPS, pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah nol ini, merupakan akumulasi dari pertumbuhan yang terjadi pada 17 lapangan usaha. Dilihat dari kontribusi lapangan usaha terhadap PDB, hampir semua lapangan usaha berkontribusi negatif.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menjelaskan dari 17 lapangan usaha, hanya ada tiga jenis lapangan usaha yng tumbuh positif. Yakni sektor pertanian (pertanian, kehutanan dan perikanan), informasi dan komunikasi, serta pengadaan air.
Suhariyanto menyebutkan pertumbuhan lapangan usaha di sektor pertanian di Kuartal II dibandingkan dengan Kuartal I tercatat 16,24%. Untuk lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh 3,44%, sedangkan pengadaan air sebesar 1,28%.
Itu artinya usaha pertanian di masa pandemi ini masih bisa tumbuh positif. Tidak itu saja, lapangan usaha ini juga mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi diantara lapangan usaha lainnya. Tidak salah jika Pertanian Syahrul Yasin Limpo meyakini sektor pertanian mampu menjadi tumpuan perekonomian di tengah merebaknya pandemi Covid-19.
Melihat potensi yang dimiliki, sektor pertanian pun bisa menjadi pendongkrak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid 19 berakhir. Seperti yang disampaikan oleh Ekonom Indef Bhima Yudistira. Menurutnya pertanian bakal difungsikan oleh pemerintah untuk menjadi lokomotif menggerakkan rangkaian gerbong ekonomi, di saat ini maupun pascapandemi.
Alasannya, saat ekonomi terpuruk, daya beli merosot, masyarakat akan memprioritaskan untuk membeli kebutuhan pokok. Di sisi lain, serapan tenaga kerjanya sektor ini tergolong tinggi. Data yang disampaikan Kementerian Pertanian per Februari 2020 yang lalu menyebutkan, tenaga kerja yang diserap sektor pertanian mencapai 35 juta orang atau setara dengan 20,70% dari total jumlah tenaga kerja Indonesia (Stastistik KetenagakerjaanSektor Pertanian, Februari 2020).
Bhima Yudistira menambahkan di saat ekonomi terpuruk, mereka yang di PHK, atau kehilangan pekerjaan akan makin banyak. Berkaca pada krisi ekonomi yang pernah terjadi sebelumnya, mereka yang kehilangan pekerjaan itu pun beralih menjadi pekerja di sektor pertanian. Serapan tenaga kerja ke sektor pertanian pun makin banyak.
Meski pertumbuhan ekonomi tengah berkontraksi, faktanya sektor pertanian masih bisa diandalkan. Pertanian mampu menjadi kontributor yang membuat neraca perdagangan Indonesia surplus saat pandemi. Tercatat di enam bulan pertama tahun ini, kinerja ekspor mencapai USD 76,4 miliar, sedangkan impor USD 70,9 miliar.