Profesional Muda se-Asia Tenggara Kumpul di Tengah Gelombang Resesi, Ada Apa?

Sabtu, 08 Agustus 2020 - 17:00 WIB
loading...
Profesional Muda se-Asia Tenggara Kumpul di Tengah Gelombang Resesi, Ada Apa?
Profesional muda kumpul di tengah gelombang resesi. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - PwC Singapura bersama ICAEW (The Institute of Chartered Accountants in England and Wales) mengambil langkah mengumpulkan profesional muda di seluruh kawasan Asia Tenggara dan Tiongkok di tengah gelombang resesi ekonomi dunia. Tujuannya mengajak profesional muda dapat ikut andil dalam menciptakan masa depan bisnis yang lebih berkelanjutan menyongsong peradaban baru.

“Saat ini kita telah mencapai titik kritis di mana sektor bisnis perlu menyadari pentingnya memberikan manfaat sosial dan lingkungan, yakni bagaimana dapat mendorong nilai jangka panjang operasional dan profit bisnis mereka," ujar Direktur Regional ICAEW untuk Kawasan China dan Asia Tenggara Mark Billington seperti dilansir dari keterangan resminya yang diterima SINDONews, di Jakarta, Sabtu (8/8/2020).



Sementara itu, Responsible Business Manager PwC Singapura Rebecca Kershaw mengatakan pandemi Covid-19 menjadi momentum penting untuk menyelaraskan model bisnis yang berkelanjutan dengan tetap peduli terhadap gejolak sosial masyarakat sekitar. Terlebih, saat ini dunia sedang dilanda wabah corona maka perlu bergandeng tangan mengatasi bersama-sama meringankan beban masyarakat. "Pendekatan bisnis terhadap lingkungan dan sosial terbilang masih sangat kurang. Padahal perusahaan menyadari isu lingkungan dan sosial bepengaruh terhadap profit bisnis mereka," kata dia.



Dia mencontohkan profesional muda di sektor keuangan dapat berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan dalam mengintegrasikan nilai-nilai Environmental, Social, and Governance (ESG) ke dalam operasional bisnis. Meskipun sektor bisnis di Asia Tenggara masih sangat berorientasi pada profit. "Tapi akhir-akhir ini mulai ada kesadaran yang tumbuh di kalangan profesional muda, tentang dampak lingkungan, sosial masyarakat dan risiko yang dihadapi bisnis jika mereka mengabaikan isu-isunya," kata dia.

Berdasarkan Survei Center of Risk Management and Sustainability Studies (CRMS Indonesia) pada 2019 lalu hanya sekitar 18,7% dari responden yang menyatakan bahwa pimpinan perusahaan yang telah menerapkan kebijakan terkait pengelolaan lingkungan dalam proses bisnis dan operasionalnya.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2764 seconds (0.1#10.140)