India Luncurkan Skema Kesehatan Terbesar di Dunia

Jum'at, 02 Februari 2018 - 11:30 WIB
India Luncurkan Skema Kesehatan Terbesar di Dunia
India Luncurkan Skema Kesehatan Terbesar di Dunia
A A A
DELHI - India mengumumkan program asuransi kesehatan ambisius yang didesain menjadi jaring pengaman untuk jutaan orang yang berjuang mendapat layanan medis terjangkau. Program itu diperkirakan menjadi salah satu skema terbesar di dunia dan akan populer bagi para pemilih di perdesaan.

India saat ini membelanjakan sedikit di atas 1% dari produk domestik bruto (PDB) untuk layanan kesehatan publik atau salah satu yang terendah di dunia. Pengumuman program ini muncul kemarin dalam laporan anggaran tahunan yang bertujuan mendorong pertumbuhan menjelang pemilihan umum (pemilu) tahun depan.

Menteri Keuangan India Arun Jaitley juga mengalokasikan miliaran dolar untuk kesehatan, pendidikan, keamanan sosial, dan infrastruktur pedesaan. Dia menjelaskan, program asuransi kesehatan akan mencakup lebih dari 100 juta keluarga miskin dan menyediakan 500.000 rupee (Rp105 juta) biaya medis untuk setiap keluarga per tahun.

"Ini akan menjadi program layanan kesehatan yang didanai pemerintah terbesar di dunia," kata Jaitley saat pidato di parlemen, kemarin, dikutip BBC. "Pemerintah secara bertahap, tapi pasti terus mencapai tujuan cakupan kesehatan universal," kata Jaitley.

Hal ini merupakan anggaran untuk ekonomi perdesaan fokus pada petani dan warga desa yang muncul sebagai pemenang terbesar. Meski demikian, Kementerian Keuangan India juga menyoroti insentif untuk kelompok lain yang akan membantu mendorong pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, dan mempromosikan investasi swasta. Program Proteksi Kesehatan Nasional India itu bisa menjadi faktor penting bagi 500 juta orang yang membutuhkan dan tak dapat memperoleh layanan kesehatan layak. Meski demikian, para konsumen di India juga akan terkena dampak.

Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi telah memperingatkan ancaman proteksionisme global di Davos pekan lalu, tapi dia telah menyetujui peningkatan tarif impor untuk televisi dan telepon seluler. Pemerintah India berharap kebijakan ini akan mendorong manufaktur lokal di India. Adapun raksasa teknologi, seperti Apple dan Google, akan mendapat pukulan dari kebijakan ini, kecuali mereka membuka unit manufaktur lokal di India. Penurunan pajak korporat untuk bisnis kecil dan menengah juga dapat mendorong lapangan kerja.

Namun secara keseluruhan, para pengamat industri di Delhi tidak terlalu terkesan dengan langkah India. Beberapa pengamat menilai berbagai kebijakan itu lebih sebagai simbol dan tidak memiliki banyak makna. Tanpa ada perubahan pada tingkat pajak pendapatan dan sedikitnya insentif untuk kelas menengah, mereka akan menjadi salah satu yang kecewa dengan anggaran tahun ini.

Jaitley menambahkan, ekonomi India sebesar USD2,5 triliun berada dalam jalur untuk mencapai pertumbuhan lebih dari 8% pada waktu dekat. Awal pekan ini, proyeksi pemerintah menyatakan, tingkat pertumbuhan India akan naik pada tahun depan setelah beberapa tahun mengalami pelambatan. Pelambatan pertumbuhan India itu karena beberapa faktor, termasuk menurunnya ekspor, turunnya investasi swasta, dan turunnya pendapatan pertanian.

Pembatalan tiba-tiba hampir 86% dana tunai dalam sirkulasi November 2016 juga masih berpengaruh hingga 2017. Peluncuran Pajak Barang dan Jasa (GST) tunggal memiliki dampak besar pada pertumbuhan. Proyeksi pemerintah menyatakan tingkat pertumbuhan naik sepanjang tahun depan.

"Pertumbuhan ekonomi pada 2017-2018 akan antara 7% dan 7,5%, setelah turun menjadi 6,75% pada tahun fiskal sekarang. Ini akan membantu India memperoleh lagi posisinya sebagai ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia," ungkap proyeksi pemerintah India.

Data ini dirilis sebelum pemerintah meluncurkan anggaran federal kemarin. "Proyeksi dibangun dengan beberapa risiko untuk pertumbuhan, terutama risiko harga minyak. Jika harga minyak tetap kuat atau naik dari level itu, kami akan mencapai 7%," ujar Abheek Barua, kepala ekonom HDFC Bank pada kantor berita Reuters. "Ini posisi konservatif dan kredibel. Ada potensi kenaikan dari sini jika harga minyak cukup moderat dan Anda melihat kenaikan pada komponen permintaan domestik," ujarnya.

India mengimpor lebih dari 70% minyak untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi India tumbuh pada 7,4% pada 2018.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5382 seconds (0.1#10.140)