Kontraksi Ekonomi Indonesia Tidak Sedalam India, Perlukah Disyukuri?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak Maret lalu sangat berimbas bukan hanya pada sektor kesehatan, tapi juga perekonomian global . Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, bahwa Indonesia juga tidak terkecuali menjadi negara yang ekonominya terpengaruh.
(Baca Juga: Indonesia Diambang Resesi, Pemerintah, BI, dan OJK Harus Solid)
"Kita bayangkan, ada 213 negara terdampak, termasuk Indonesia. Namun perlu diperhatikan, meski di kuartal II 2020 ekonomi kita terkontraksi -5,32%, tapi kita tidak separah India," ujar Iskandar dalam 'Sosialisasi Virtual Permenko Nomor 15 dan Permenko Nomor 16 Tahun 2020 di Wilayah Jawa' di Jakarta, Senin (7/9/2020).
Dia mengatakan, pada hari Jumat kemarin, India baru saja menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-nya mengalami kontraksi yang amat dalam. "Ekonomi mereka terkontraksi hingga -29,3%, dibandingkan kuartal I nya dimana mereka tumbuh positif 4,4%. Ini terjadi juga karena mereka cepat sekali mengadakan lockdown, sehingga lonjakannya ke bawah sangat dalam," ungkap Iskandar.
Hal ini berarti, lanjut dia, hampir sepertiga pertumbuhan tahun lalu India tergerus dengan adanya pandemi Covid-19. China, sebagai negara pertama yang terimbas pandemi, tumbuh positif di kuartal II meski mereka juga terdampak di kuartal I.
(Baca Juga: Club Resesi Makin Banyak Anggotanya, Sinyal Bagi RI Makin Nyata )
"Hal yang sama terjadi di Indonesia, meski kontraksinya tidak separah negara lain. Dari sisi sektoral, Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi terdalam -30,84% (yoy) disusul Akomodasi dan Mamin sebesar -22,02% (yoy)," tambah Iskandar.
Kendati demikian, dia mencatat bahwa ada beberapa sektor yang masih bisa tumbuh positif meski ekonomi Indonesia terkontraksi. "Ada sektor Pertanian, Infokom, Jasa Kesehatan, dan Jasa Keuangan. Perlu dilihat juga bahwa, recovery rate kita dalam pandemi Covid-19 adalah sebesar 71,4%, lebih tinggi dari recovery rate rata-rata dunia 68,8%," pungkas Iskandar.
(Baca Juga: Indonesia Diambang Resesi, Pemerintah, BI, dan OJK Harus Solid)
"Kita bayangkan, ada 213 negara terdampak, termasuk Indonesia. Namun perlu diperhatikan, meski di kuartal II 2020 ekonomi kita terkontraksi -5,32%, tapi kita tidak separah India," ujar Iskandar dalam 'Sosialisasi Virtual Permenko Nomor 15 dan Permenko Nomor 16 Tahun 2020 di Wilayah Jawa' di Jakarta, Senin (7/9/2020).
Dia mengatakan, pada hari Jumat kemarin, India baru saja menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-nya mengalami kontraksi yang amat dalam. "Ekonomi mereka terkontraksi hingga -29,3%, dibandingkan kuartal I nya dimana mereka tumbuh positif 4,4%. Ini terjadi juga karena mereka cepat sekali mengadakan lockdown, sehingga lonjakannya ke bawah sangat dalam," ungkap Iskandar.
Hal ini berarti, lanjut dia, hampir sepertiga pertumbuhan tahun lalu India tergerus dengan adanya pandemi Covid-19. China, sebagai negara pertama yang terimbas pandemi, tumbuh positif di kuartal II meski mereka juga terdampak di kuartal I.
(Baca Juga: Club Resesi Makin Banyak Anggotanya, Sinyal Bagi RI Makin Nyata )
"Hal yang sama terjadi di Indonesia, meski kontraksinya tidak separah negara lain. Dari sisi sektoral, Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi terdalam -30,84% (yoy) disusul Akomodasi dan Mamin sebesar -22,02% (yoy)," tambah Iskandar.
Kendati demikian, dia mencatat bahwa ada beberapa sektor yang masih bisa tumbuh positif meski ekonomi Indonesia terkontraksi. "Ada sektor Pertanian, Infokom, Jasa Kesehatan, dan Jasa Keuangan. Perlu dilihat juga bahwa, recovery rate kita dalam pandemi Covid-19 adalah sebesar 71,4%, lebih tinggi dari recovery rate rata-rata dunia 68,8%," pungkas Iskandar.
(akr)