Moskow Janjikan Balasan Setimpal Jika Eropa Rampok Aset Rusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Moskow menjanjikan respons balasan yang setimpal terhadap rencana penyitaan aset-aset Rusia oleh Uni Eropa
(UE). Diketahui, blok tersebut tengah berupaya untuk memakai keuntungan yang dihasilkan dari aset Rusia yang dibekukan Barat.
Tercatat, tahun lalu sekitar 260 miliar euro atau sekitar USD285 miliar (sekira Rp4.275 triliun, kurs Rp15.000 per USD) aset bank sentral Moskow dibekukan di negara-negara G7, UE, dan Australia. Secara rinci, sebanyak 210 miliar euro (USD230 miliar) cadangan devisa Rusia disimpan di UE; 191 miliar euro di Belgia; 19 miliar euro di Prancis; dan 7,8 miliar euro di Swiss.
Uni Eropa berencana memobilisasi sekitar 15 miliar euro dari keuntungan yang dihasilkan aset-aset yang dibekukan ini untuk membantu Ukraina. Namun, hal itu masih menunggu persetujuan bulat dari semua negara anggota.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov telah memperingatkan bahwa Moskow akan memberikan respons setimpal jika Uni Eropa memutuskan untuk memanfaatkan keuntungan yang dihasilkan dari aset Rusia yang dibekukan tersebut.
"Jika keputusan seperti itu dibuat, maka tanggapan yang simetris akan muncul dari Federasi Rusia," tegas Siluanov kepada saluran TV Rossiya 24, seperti dilansir Russia Today, Jumat (22/12/2023).
Dia mencatat bahwa ada aset yang cukup di rekening "tipe C", rekening bank khusus dalam mata uang rubel. Beberapa di antaranya termasuk kewajiban cadangan dividen kepada pihak lawan dari negara-negara yang "tidak bersahabat". Siluanov menambahkan bahwa semua aset tersebut dibekukan, jumlahnya tidak sedikit, dan hasil penggunaannya sangat besar.
Rencana Komisi Eropa telah tertunda sejak musim panas setelah beberapa negara anggota UE dan Bank Sentral Eropa menyampaikan kekhawatiran atas rencana pemanfaatan hasil dana Rusia yang dibekukan tersebut secara hukum dan keuangan.
Perancis, Jerman, dan Italia bersikap sangat berhati-hati terhadap gagasan tersebut. Sementara, menurut laporan terbaru oleh Financial Times, beberapa pejabat UE juga takut akan kemungkinan balasan dari Moskow jika dana tersebut disita. Surat kabar itu mengatakan inisiatif ini mendapat perhatian di antara negara-negara G7, karena AS dan UE gagal mendapatkan paket bantuan keuangan baru untuk Kiev.
Sementara itu, Kremlin mengatakan bahwa tindakan tersebut melanggar semua aturan yang ada, dan memperingatkan bahwa siapa pun yang memutuskan untuk menyita cadangan minyak Rusia akan menghadapi konsekuensi hukum dan yudisial yang serius.
(UE). Diketahui, blok tersebut tengah berupaya untuk memakai keuntungan yang dihasilkan dari aset Rusia yang dibekukan Barat.
Tercatat, tahun lalu sekitar 260 miliar euro atau sekitar USD285 miliar (sekira Rp4.275 triliun, kurs Rp15.000 per USD) aset bank sentral Moskow dibekukan di negara-negara G7, UE, dan Australia. Secara rinci, sebanyak 210 miliar euro (USD230 miliar) cadangan devisa Rusia disimpan di UE; 191 miliar euro di Belgia; 19 miliar euro di Prancis; dan 7,8 miliar euro di Swiss.
Uni Eropa berencana memobilisasi sekitar 15 miliar euro dari keuntungan yang dihasilkan aset-aset yang dibekukan ini untuk membantu Ukraina. Namun, hal itu masih menunggu persetujuan bulat dari semua negara anggota.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov telah memperingatkan bahwa Moskow akan memberikan respons setimpal jika Uni Eropa memutuskan untuk memanfaatkan keuntungan yang dihasilkan dari aset Rusia yang dibekukan tersebut.
"Jika keputusan seperti itu dibuat, maka tanggapan yang simetris akan muncul dari Federasi Rusia," tegas Siluanov kepada saluran TV Rossiya 24, seperti dilansir Russia Today, Jumat (22/12/2023).
Dia mencatat bahwa ada aset yang cukup di rekening "tipe C", rekening bank khusus dalam mata uang rubel. Beberapa di antaranya termasuk kewajiban cadangan dividen kepada pihak lawan dari negara-negara yang "tidak bersahabat". Siluanov menambahkan bahwa semua aset tersebut dibekukan, jumlahnya tidak sedikit, dan hasil penggunaannya sangat besar.
Rencana Komisi Eropa telah tertunda sejak musim panas setelah beberapa negara anggota UE dan Bank Sentral Eropa menyampaikan kekhawatiran atas rencana pemanfaatan hasil dana Rusia yang dibekukan tersebut secara hukum dan keuangan.
Perancis, Jerman, dan Italia bersikap sangat berhati-hati terhadap gagasan tersebut. Sementara, menurut laporan terbaru oleh Financial Times, beberapa pejabat UE juga takut akan kemungkinan balasan dari Moskow jika dana tersebut disita. Surat kabar itu mengatakan inisiatif ini mendapat perhatian di antara negara-negara G7, karena AS dan UE gagal mendapatkan paket bantuan keuangan baru untuk Kiev.
Sementara itu, Kremlin mengatakan bahwa tindakan tersebut melanggar semua aturan yang ada, dan memperingatkan bahwa siapa pun yang memutuskan untuk menyita cadangan minyak Rusia akan menghadapi konsekuensi hukum dan yudisial yang serius.
(fjo)