Singgung Soal BUMN Sakit, Wamen Tiko: Kalau Tidak Bisa Diperbaiki, Kita Akan Tutup
loading...
A
A
A
JAKARTA - Langkah pembubaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dipastikan bakal berlanjut di tahun 2024, ketika bisnis dan keuangan perseroan tidak dapat ditransformasikan alias diperbaiki lagi. Wakil Menteri BUMN , Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko mengatakan, pihaknya masih melihat perkembangan sepanjang sembilan bulan pertama 2024 ini.
Apabila pada periode itu tidak ada perbaikan secara signifikan, maka likuidasi perusahaan menjadi opsi.
“Tadi saya bilang, kalau misalnya tidak bisa diperbaiki, tidak bisa ditransformasi, kita akan menambah penutupan lagi. Tapi kita lagi liat sampai di sembilan bulan ini seperti apa,” ujar Tiko kepada wartawan, Senin (8/1/2024).
Kendati begitu, Tiko belum dapat memastikan bahwa pembubaran BUMN ‘sakit’ bisa dilakukan tahun ini lantaran masih dalam tahap kajian dan pemantauan kinerja perusahaan. “Belum, belum, lagi kita kaji, tapi nanti kita lihat,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN telah menutup tujuh dari 22 BUMN yang menjadi 'pasien' PT PPA. Perusahaan tersebut di antaranya, PT Iglas, PT Industri Sandang Nusantara, PT Istaka Karya, PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces, PT Merpati Nusantara Airlines, serta PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (PANN).
Lalu, Terdapat 15 BUMN lain yang masih dalam kajian seperti PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Djakarta Lloyd (Persero), PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero).
Lalu, PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Indah Karya (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), PT Semen Kupang (Persero), PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam (Persero), Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI).
Diikuti, PT Primissima (Persero), PT Varuna Tirta Prakasya (Persero) serta anak perusahaan BUMN PT PANN Pembiayaan Maritim.
Apabila pada periode itu tidak ada perbaikan secara signifikan, maka likuidasi perusahaan menjadi opsi.
“Tadi saya bilang, kalau misalnya tidak bisa diperbaiki, tidak bisa ditransformasi, kita akan menambah penutupan lagi. Tapi kita lagi liat sampai di sembilan bulan ini seperti apa,” ujar Tiko kepada wartawan, Senin (8/1/2024).
Kendati begitu, Tiko belum dapat memastikan bahwa pembubaran BUMN ‘sakit’ bisa dilakukan tahun ini lantaran masih dalam tahap kajian dan pemantauan kinerja perusahaan. “Belum, belum, lagi kita kaji, tapi nanti kita lihat,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN telah menutup tujuh dari 22 BUMN yang menjadi 'pasien' PT PPA. Perusahaan tersebut di antaranya, PT Iglas, PT Industri Sandang Nusantara, PT Istaka Karya, PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces, PT Merpati Nusantara Airlines, serta PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (PANN).
Lalu, Terdapat 15 BUMN lain yang masih dalam kajian seperti PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Djakarta Lloyd (Persero), PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero).
Lalu, PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Indah Karya (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), PT Semen Kupang (Persero), PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam (Persero), Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI).
Diikuti, PT Primissima (Persero), PT Varuna Tirta Prakasya (Persero) serta anak perusahaan BUMN PT PANN Pembiayaan Maritim.
(akr)